Chapter 2 - New York

813 127 12
                                    

Gun memerhatikan sosok pria yang beraktivitas dengan bebas di dapurnya. Luke, pria yang bahkan tidak Gun sukai pada awalnya, entah bagaimana kini justru berkeliaran di apartemennya dengan lagak yang paling kasual. Tak pernah terpikir sama sekali jika ia akan sedekat ini dengan Luke, mengingat jika dulu ratusan kata penolakan ia lontarkan kepada pria tampan itu.

"Here you go." Kata Luke sembari memberikan cangkir putih berisi coklat hangat yang Gun pinta barusan.

"Thanks." Gun menggeser sedikit tubuhnya, memberi cukup ruang bagi Luke agar kembali bergabung bersamanya.

Agaknya Luke lagi-lagi terpesona, dipandangnya Gun yang sedang nikmat meminum coklat hangat buatannya. Merasa diperhatikan Gun menoleh, dahinya sedikit berkerut.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanyanya dengan nada sedikit merajuk.

Tangan Luke terangkat, mengusap jejak coklat yang tertinggal di sudut bibir Gun."Kenapa ya.."

"Sedang minum saja kau cantik seperti ini?" Ujar Luke dengan entengnya.

Gun melotot, bicara seperti itu tampak sederhana bagi Luke, "Berhenti bicara omong kosong." Ketus Gun

"Aku serius."

Gun memutar bola matanya, memilih kembali fokus pada acara yang sempat ia tonton barusan. Tapi sepertinya pikirannya tak mengizinkan, pasalnya kini pikiran Gun berkelana kemana-mana.

Hubungannya dengan Luke ya?

Beberapa kali Luke menanyakan perihal status hubungan mereka, seperti tadi misalnya. Gun sudah memikirkan hal itu sampai ribuan kali, tapi tetap saja, ia tak menemukan jawaban yang benar atas perasaannya pada Luke.

Nyaman?

Suka?

Cinta?

Atau bahkan hanya sekedar merasa terisi karena ia sudah lama kosong.

Gun tahu, tentu saja, bahwa ini tak adil bagi Luke. Pria itu pasti ingin kejelasan hubungan mereka setelah terjalin atas dasar bukan apa-apa selama dua tahun ini. Tapi...

Tanpa sadar Gun mendesah kasar, membuat Luke yang duduk disampingnya otomatis menoleh.

"Ada apa?" Tanya Luke.

"Hm? Nothing. Hanya.. acaranya membosankan." Buru-buru Gun meraih remot tv dan pura-pura mencari acara lain yang lebih menarik.

Luke mengangguk paham, "Enak?" Tanya Luke

"Apa?"

"Coklat hangat."

Gun terkekeh, "Tiba-tiba? Yah, seperti biasa."

"Mau aku pijat?" Tanpa menjawab Gun menaikkan kakinya ke atas paha Luke.

"Kau tahu?"

"Apa?" Tanya Luke.

"Kau terlalu memanjakanku."

"Itu tugasku." Jawab Luke enteng.

"Sebegitunya kau menyukaiku?"

"Perlu aku jawab? Kau tahu jawabannya."

"Tapi.. banyak yang menginginkanmu, yang lebih dari aku."

"Yang aku inginkan hanya seorang Gun Atthaphan."

"Tapi.."

"Kau ingin aku memilih yang lain?"

"Bukan begitu." Cicit Gun

"Kalau begitu terima saja."

"Apanya?"

"Aku. Dan.. soal dimanjakan."

SIN S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang