Chapter 1 - Past and Present

885 138 13
                                    

NYC, 2028.
At Gun's apartment

Gun terus sibuk dengan ponselnya, memilih-milih hasil foto yang baru saja ia ambil barusan. Jarinya terhenti, tak sengaja menemukan potret dirinya bersama seorang yang membuat Gun tersenyum seketika.

"Lihat apa sih?" Tanya seseorang yang berjalan menghampirinya, buru-buru Gun mematikan layar ponselnya.

"Bukan apa-apa." Gun menarik selimut yang sempat terjatuh.

"Dingin?"

"Iya, penghangatnya belum menyala?"

"Sudah kok." Kata Luke sambil bangkit menuju kamar.

Musim dingin. Gun memang suka melihat salju yang turun perlahan dengan indahnya, tapi Gun tidak suka suhu dinginnya yang bahkan bisa mencapai -2°, kalau sudah begitu inginnya dia hanya berbaring tanpa melakukan aktivitas apapun.

Lamunan Gun terganggu saat Luke kembali menuju ruang tamu dengan selimut tambahan ditangannya. Segera lelaki itu meringsek masuk kedalam selimut tebal yang ia bawa barusan.

"Kirain buat aku." Cibir Gun

"Sini." Luke menarik tangan Gun dan mengajaknya untuk berada didalam selimut yang sama.

"Kau tidak bekerja?" Tanya Gun sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Luke, sementara tangannya sibuk memencet remote tv, mencari-cari acara tv yang menurutnya seru.

"Hmm, aku libur hari ini."

"Kenapa?" Tanya Gun masih tak mengalihkan pandangannya dari tv.

"Karena kau libur."

"Alasan macam apa, jangan begitu, setiap aku libur kau juga ikut libur."

"Habis aku merindukanmu."

Jangan salah paham, Gun dan Luke tidak memiliki hubungan apapun. Lebih tepatnya, terjebak dalam hts (hubungan tanpa status).

Sudah hampir dua tahun sejak mereka pertama kali bertemu, berawal dari hubungan bisnis antara investor dan pemilik perusahaan yang masih merintis, Luke tak bisa memungkiri jika ia jatuh hati pada pandangan pertama, siapa bisa menolak disaat pesona Gun menariknya begitu kuat. Meski mendapatkan ratusan penolakan, usahanya mendekati Gun mulai menuai hasil. Perlahan Gun melunak dan membuka diri padanya, meski yah.. Luke harus terima jika ia digantungkan pada sebuah hubungan yang tak jelas.

Luke memperhatikan Gun yang tertawa lepas karena acara yang sedang ia tonton, begitu cantik. Luke harusnya bersyukur karena bisa bersama Gun sedekat ini, bukan waktu yang tepat baginya untuk meminta kejelasan hubungan. Bagaimana jika Gun pergi? Atau bagaimana jika Luke mendapatkan jawaban yang tak ia harapkan? Sudahlah, ia akan menikmati momen ini sedikit lebih lama.

Luke meraih tangan Gun dan memainkan ujung-ujung jarinya, "Bukankah tahun depan Kakakmu menikah, kau akan datang?" Tanya Luke

Perhatian Gun sedikit beralih pada jemarinya yang asyik Luke mainkan, "Entahlah, Gente sedang sibuk-sibuknya, lagipula aku malas pulang ke Thailand, tak ada teman. Oab juga sekarang tinggal di luar negeri."

"Tapi kan itu pernikahan Kakakmu, masa tidak datang?"

"Mereka honey moon ke sini kok, sekalian saja bertemu di sini." Ujar Gun santai.

"Mau aku temani?"

"Apanya?"

"Ke Thailand?"

Gun menegakkan tubuhnya, dahinya berkerut dalam. "Kenapa?"

"Kau bilang tak ada teman."

"Kenapa kau mau jauh-jauh menemani ku?"

"Memang apa lagi? Untuk bertemu Kakak ipar?"

SIN S2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang