Di tengah kegelapan kamarnya, seorang gadis membuka mata dan butuh waktu sekitar sepuluh detik untuk mengumpulkan nyawa.
Kamarnya sangat gelap, karena saat tidur semalam dia mematikan lampu dan penutup jendela belum terbuka sedikit pun.
Bangkit dari tidurnya, dia melipat tangan dan menutup mata. "Morning, God. Nggak minta lebih, yang terbaik aja buat hari ini dan seterusnya. Amen and thanks."
Cryllie namanya. Orang-orang memanggil dengan 'Cry'.
Cry sendiri sudah membuat arti namanya begitu tepat dan pas dengan kehidupan yang dia jalanin.
Cry is menangis.
Menangisi perjalanan hidup yang hampir setiap detik tidak pernah bahagia, namun andai saja gadis itu tidak dapat menahan tangis di depan orang lain, mungkin perjalanannya semakin menyedihkan.
Setelah melakukan doa singkat di pagi hari seperti biasanya, Cry langsung menyalakan lampu, mengambil handuk, dan menuju kamar mandi.
Menjalani kehidupan yang penuh tuntutan memang mengenaskan, membuatnya beralih untuk membuat sakit di dirinya sendiri, meski tidak berniat bunuh diri, tetapi... setiap waktu berjalan dia akan ikhlas jika Tuhan mengambil nyawanya.
Pasrah atau berserah? Dia pun tidak tahu dan tidak memikirkannya juga.
Setelah melepas semua pakaian yang dia pakai, menatap pantulan dirinya di cermin melihat banyaknya bekas-bekas luka baretan, luka memar, dan luka yang masih belum kering. "Kulit putih tapi kalo begini keliatannya juga kotor," ucapnya, kemudian langsung melakukan ritual mandi.
Selesai dengan kegiatan mandinya, Cry langsung bersiap tanpa lama, kemudian keluar kamar untuk menuju ruang makan, alisnya terangkat satu saat melihat tidak ada Ed di meja makan. "Tuh anak pasti masih molor."
Benar saja, saat Cry membuka pintu kamar Ed, pria itu masih bermanja dengan ranjang, bantal, dan selimutnya. Tatapan datar dan langkah santai Cry menghampiri Ed lalu mengguncang tubuhnya. "Ed, wake up! Siap-siap sekolah."
Terusik tidurnya, Ed menatap sebentar kakak perempuannya itu. "Apa, Kak? Gue nggak mau sekolah hari ini, capek! Mau rebahan aja."
"Dih, enak aja rebahan. Nggak ada, buruan bangun!" teriak Cry tepat di telinga Ed.
Ed mendelik tajam Cry, kemudian dengan malas bangun dari ranjang. "Ck! Iya-iya gue bangun," decaknya. Karena Ed akui dia pun tidak bisa membantah kakak perempuan yang sangat dia sayangi, "Yaudah, lo keluar dulu gue mau siap-siap, nggak sampe lima menit."
Mengerutkan keningnya, Cry mulai melangkah ke luar. "Nggak mandi lo?"
"Males, niat banget gue mandi buat ke sekolah doang," jawab Ed tanpa menatap Cry.
Mengangkat pundaknya, Cry berkata. "Mandi aja males, gimana mau dapet cewek," gumam Cry sampai akhirnya benar-benar pergi.
Mendengar itu Ed menghela napas cepat. "Siapa juga yang mau sama gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP! (END).
Teen FictionBUKAN KISAH PERCINTAAN REMAJA. (FOLLOW SEBELUM MEMBACA). (Fiksi remaja, Mental health). {PART MASIH LENGKAP}. Kenapa harus dianggap gila dan aneh? Orang-orang menganggapnya gila dan aneh. Karena tubuhnya tidak bersih seperti kebanyakan manusia pada...