Help_15🥀.

230 53 58
                                    

Satu Bulan Kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu Bulan Kemudian...

Dua remaja berlari sambil tertawa bahagia. Terlihat mereka saling menyayangi satu sama lain, dan saling menjaga setiap berlari melewati beberapa batu di depannya.

Pria itu menggenggam erat tangan kakaknya, menyalurkan rasa sayang yang begitu dalam.

"Kak... jadi hidup yang baik pas lo bangun nanti, ya," ucapnya, tidak lain adalah Ed.

Gadis itu mengerutkan kening. "Siapa bilang gue mau bangun?"

"Mau nggak mau lo harus bangun, belum waktunya buat lo," jawab Ed.

Cry nampak kecewa dengan jawaban adiknya. "Tapi gue suka di sini, gue mau sama lo aja."

"Lo tetep sama gue kok, Kak. Gue nggak ke mana-mana, ada terus di hati sama pikiran lo. Cuma buat sekarang... kita LDR dulu, ya." Ed mengelus rambut halus Cry sambil tersenyum manis.

Cry menunduk, meremas jari-jari. "LDR-nya jauh sama berat banget," lirihnya.

Ed menyentil kening Cry. "Lebay. Udah, buruan bangun. Jangan lupa jadi hidup yang baik." Menjeda perkataannya sebentar, "Stop, lakuin hal yang nggak baik."

Kilauan cahaya yang membuat Cry harus memejamkan mata, menyorot tajam memenuhi tempat tersebut.

Srep!

Membuka matanya secara tiba-tiba, Cry merasa jantungnya berdetak lebih cepat dan lebih keras, bahkan dia dapat mendengar suara detakan itu.

Cry mengembus napas panjang, mimpi yang dia alami hanya dua kata yang dia ingat. 'Jadi hidup yang baik' dan 'Stop, lakuin hal yang nggak baik'.

Beberapa menit berkulat dengan pikirannya sendiri, Cry segera bangun dan melakukan doa singkat di pagi hari seperti biasanya. "Morning, God. Nggak minta lebih, yang terbaik aja buat hari ini dan seterusnya. Amen and thanks."

Tangannya menyalakan lampu untuk menerangi kamar yang selalu gelap setiap malam dia tidur.

Cry membuka jendela kamarnya, mentari sudah menyambut hangat. Hari ini terang, cuaca pun seoleh bersuka cita. "Lembaran baru, ya? Oke, gue siap!"

Cry membuka laci meja belajarnya, megambil cutter, silet, jarum, dan berbagai benda tajam lainnya yang sering digunakan untuk menyakiti diri sendiri.

Setelah semua terkumpul, Cry mengambil kantung plastik hitam dan memasukannya semuanya, dia pun menarik napas dalam lagi dan membuangnya pelan sambil tersenyum manis. "Gue bakal coba, Ed."

🥀HELP🥀

Prak!

Aiden dan Sky menatap heran kantung plastik hitam yang Cry taruh di atas bangku rooftop sekolah.

HELP! (END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang