Di pemakaman... semua keluarga, kerabat, dan orang terdekat hadir. Bahkan ada Aiden, Sky, dan beberapa guru juga di sana.
Ah, Yah. Teman-teman Ed yang hadir hanya beberapa, mereka adalah orang yang tidak pernah mengusik Ed, tetapi juga tidak ingin mencampuri masalah atau urusan pria itu.
Kematian Ed murni bunuh diri, karena saksi mata melihat Ed sendiri yang menjatuhkan dirinya dari rooftop sekolah dan tidak ada bukti akurat bahwa Ed dibunuh.
Edgar dan Caroline pun menerima kenyataan tersebut, jadi kematian Ed dinyatakan asli bunuh diri.
Ini bukan mimpi atau hanya sekedar mengerjai. Kejadian kemarin memang nyata.
Tanah yang masih basah, dengan kayu berbentuk salib yang tertera nama Ed Glory itu terpampang jelas.
Orang-orang mulai menaburkan bunga mawar merah dan mawar putih, menutupi tanah berwarna cokelat kemerahan.
Air mata Cry terasa mengering, dia ingin menangis, namun matanya sangat lelah, hati pun terasa tercabik-cabik.
Dipegang erat bingkai yang terdapat foto Ed sedang tersenyum, Cry tersenyum miris mengingat mulai hari ini hidupnya tanpa Ed.
Pertanyaan-pertanyaan memutar di otaknya.
Bagaiman ke depannya tanpa Ed?
Apa yang harus dia lakukan?
Seperti apa harinya tanpa Ed?
Sampai tanpa sadar semua orang telah pergi meninggalkan makam, tersisah Edgar, Caroline, dan Cry saja.
"Cry, kita pulang," ucap Edgar.
Namun Cry menggeleng pelan. "Papa sama Mama duluan aja, Cry masih mau di sini. Nanti aku pulang sendiri."
Caroline memberikan isyarat pada suaminya lewat tatapan untuk membiarkan Cry di sini sampai dia merasa cukup.
"Mama sama Papa pulang duluan, kamu hati-hati di jalan nanti, jangan sampe malam di sini." Usai mengatakan itu Caroline melangkah pergi disusul Edgar.
Cry duduk tepat di samping, masih memeluk erat foto Ed, dia tertawa renyah dan sesekali tersenyum kecil. "Lo bohong sama gue, Ed. Beberapa hari yang lalu lo bilang nggak bakal ninggalin gue, bahkan lo udah janji dari kecil, tapi apa sekarang? Lo ninggalin gue."
"Bener, ya. Janji manusia nggak bisa dipercaya. Sewaktu-waktu bakal diingkari juga, lo rusak kepercayaan gue, lo bikin gue serba salah sama yang gue rasain sekarang. Jujur, gue marah banget sama lo, tapi gimana gue luapin marah ini?" Tanpa sadar tanganya sudah mengepal kuat, bahkan matanya berkaca-kaca, "Lo jahat, sih asli. Nggak mikirin gimana gue kalo nggak ada lo, parah... Ninggalin kakak sendiri dalam keadaan kayak gini."
"Ed!" triak Cry tiba-tiba, isakannya pun terdengar, "Gue nggak bisa, nggak sanggup gue!" Tangannya memukul-mukul gundukan tanah yang dihiasi bunga mawar merah dan putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP! (END).
Teen FictionBUKAN KISAH PERCINTAAN REMAJA. (FOLLOW SEBELUM MEMBACA). (Fiksi remaja, Mental health). {PART MASIH LENGKAP}. Kenapa harus dianggap gila dan aneh? Orang-orang menganggapnya gila dan aneh. Karena tubuhnya tidak bersih seperti kebanyakan manusia pada...