Help_9🥀.

213 65 76
                                    

Pagi harinya, Cry sudah siap untuk berangkat ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi harinya, Cry sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Namun tertahan karena Caroline memanggilnya.

"Sarapan dulu, jangan bikin guru-guru ngiranya kamu nggak diurusin mama sama Papa," celetuk Caroline.

Cry berdesis pelan, kemudian tersenyum kecil melihat ibunya. "Fakta. Kan, Mama sama Papa emang nggak ngurusin aku."

Caroline menghampiri putrinya, dan menarik kasar tangan Cry, melihat ada dua luka baret yang masih sangat baru, sangat dalam, dan garisnya pun lebih panjang. "Ngapain lagi kamu begini?"

Seketika tangan gadis itu mengepal hebat, dia ingat betul bagaimana semalam membuat luka tersebut sebagai pelampiasan rasa sakit hati, emosi, dan kecewa.

Cry tersenyum smirk, kemudian mengangkat pisau itu tinggi-tinggi ke arah Edgar dan Caroline.

Srek!

Srek!

Namun... ternyata otak dan hatinya masih memiliki perasaan untuk tidak melukai dua orang yang sedang tertidur nyeyak.

Pisau tersebut tidak jadi mengenai Edgar dan Caroline, melaikan melukai tangannya sendiri, dua baretan yang sangat dalam, darah menetes keluar dan berjatuh di lantai... adalah darah Cry.

Cry menatap penuh luka pada orang tuanya, air mata menetes, namun dia tidak mengeluarkan suara sedikit pun.

Tidak lama kemudian Cry menghapus kasar air matanya dan keluar mengambil kain basah untuk membersihkan darah yang menetes di lantai.

Setelah itu Cry keluar tanpa meninggalkan jejak apa pun dan tanpa suara.

Sesampai di kamar setelah membersihkan pisau dan menaruh kembali di dapur, Cry membersihkan darah di tangannya.

Luka itu memang sangat dalam, bagaimana daging merah terlihat, bahkan beberapa kali Cry mencucinya pun darah tetap keluar.

Tidak lama kemudian Cry berhenti, dia merasa lelah membersihkan darah yang terus keluar, akhirnya pun dia memutuskan untuk membiarkannya saja

Biasanya juga seperti itu, Cry membiarkan setiap luka sampai mengering dan sembuh sendiri.

Menarik tangannya sendiri dari genggaman Caroline, Cry menatap ibunya itu dengan datar. "Bukan urusan mama." Melangkah pergi setelah mengatakan itu.

🥀HELP🥀

Cry berlari memasuki kelasnya karena pas saat dia sampai depan gerbang, hujan turun dengan tiba-tiba.

Padahal tadi saat dia sedang di jalan menuju sekolah, langit masih terang, namun sekarang sudah menjadi gelap dan hujan turun.

Seragam Cry sedikit basah, dan dia merasa dingin.

Sesampainya di kelas, sudah cukup ramai karena sebagian siswa-siswi di kelasnya sudah pada datang.

HELP! (END).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang