A Relationship (paid content)

936 47 13
                                    

Warning! Versi lengkap tidak tersedia di wattpad! Ini hanya 5 chapter awal aja sebagai gambaran yaa🙏🏻

Happy reading~
.
.
.

Chapter 1

Gadis itu tiduran di sofa ruang keluarga masih dengan piyamanya. Di tangannya terdapat sebuah apel merah yang sudah digigit sebagian. Pandangannya fokus pada televisi di ruangan tersebut. Menyaksikan tayangan pagi kesukaannya.

“Hinata, ayo sarapan!” ajakan seseorang dengan oktaf suara yang cukup tinggi sampai ke telinga gadis di sofa tadi yang dipanggil dengan nama Hinata.

Nii-san duluan saja! Aku belum lapar!” sahut Hinata dengan oktaf suara yang tak kalah tinggi.

Pria di ruang makan yang memanggil Hinata tadi menggelengkan kepalanya mendengar ucapan gadis itu. Ia tahu, Hinata pasti masih malas-malasan di ruang keluarga. Ia memilih untuk duduk sendiri dan mengambil beberapa lembar roti untuk diolesi selai.

Baru setengah berjalan acara sarapannya, ponselnya yang terdapat di atas meja berdering tanda ada panggilan masuk. Ia membulatkan mata -yang pada dasarnya sudah bulat— melihat nama kontak yang tertera di sana. Ayahnya, Hyuuga Hiashi. Segera Neji geser ikon berwarna hijau pada layar lalu menempelkan benda persegi itu ke telinganya.

“Halo? Tou-san..”

“Bagaimana kabarmu dan Hinata, Neji?”

“Kami baik-baik saja. Tapi gadis itu masih agak sulit diatur. Masih seperti gadis Amerika.”

“Ahh, Tou-san lega mendengarnya. Biarkan saja Hinata. Selama dia baik-baik saja, itu tidak masalah.”

“Kenapa menghubungiku? Apa aku dan Hinata sudah bisa kembali ke Italy?”

“Tidak. Tapi kau bisa. Kau harus datang ke mari secepatnya. Tou-san agak kesulitan di sini.”

“Kenapa Hinata masih tidak boleh kubawa?”

“Orang-orang itu bisa mencelakainya. Biarkan ia di Tokyo. Selamanya ia tidak boleh ke Italy. Kau bisa 'kan?

“Hmm... akan kuhubungi lagi nanti.”

Neji meletakkan kembali ponselnya. Ia beranjak menghampiri Hinata yang ia tahu sedang menonton televisi di ruang keluarga. Begitu mendapati Hinata –adiknya— tengah tiduran masih dengan piyamanya, Neji langsung bergerak cepat menghampirinya.

Tangan pria itu menarik kedua lengan Hinata hingga membuat posisi badan gadis itu setengah di sofa, setengahnya lagi mengambang di udara. Bahkan apel yang tadi dipegang Hinata terlempar begitu saja.

“Astaga! Nii-san, hei! Apa yang kau lakukan?!”

“Kupikir kau sudah mandi. Kau harusnya mandi lalu sarapan, kenapa malah asik di sini? Gadis gila.” Geram Neji. Tangannya masih berada di lengan Hinata dan menariknya ke atas agar kepala Hinata tidak menyentuh lantai. Bisa patah tulang belakang gadis itu jika Neji melepas tangannya.

“Aishh, aku masih ingin menonton. Nii-san ayolah, kau baik sekali,” Hinata mulai mengeluarkan suara manisnya untuk membujuk kakaknya itu.

“Aku tahu aku baik. Saking baiknya aku terlalu memanjakanmu,” balas Neji.

“Memanjakan apanya? Tiap hari dia menyebutku gadis gila,” gumam Hinata tapi masih bisa ditangkap oleh indra pendengaran Neji.

Nii-san, lepaskan. Kau tahu? Aku habis memakan sebuah apel. Kau mau membuat aku mati tersedak? Hei, Disney sudah sepakat untuk tidak membuat animasi Putri Salju season dua. Kau tidak bisa membuat season dua itu sendiri sesuai keinginanmu. Meskipun kuakui kau pantas menjadi nenek sihir.”

SasuHina CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang