(Not) Bad (Oneshoot)

304 48 1
                                    

Happy reading~
.
.
.

Merupakan kesalahan besar mengajak Hinata pergi ke mall untuk nonton hari sabtu ini. Sebagai pelajar SMA, jalan-jalan tentu hanya bisa dilakukan saat weekend. Sasuke dan Hinata pun tidak jauh berbeda.

Rencana telah ada sejak beberapa hari lalu, tidak menyangka kalau kebetulan kekasihnya kedatangan tamu bulanan hari pertama. Artinya apa? Bencana. Hinata yang datang bulan hari pertama sensitifnya bukan main.

Sudah begitu, Sasuke cari gara-gara dengan terlambat menjemput. Di depan rumah, dengan tubuh berbalut jaket kebesaran sebab udara lumayan dingin, si gadis Hyuuga kelihatan cemberut menanti kehadirannya. Hampir saja mereka batal pergi, tapi atas bujuk rayu hati Hinata berhasil luluh. Yah, walau cuma sedikit.

Masalah tidak berhenti di sana, pemirsa.

Perdebatan lain terjadi ketika mereka memilih film apa yang hendak ditonton. Hinata menginginkan film horror, sedangkan Sasuke ingin film barat bertema fantasi.

"Kita nonton film horror!"

"Kau tidak akan menatap layar sepanjang film."

"Tapi film itu sedang viral. Teman sekelasku minggu lalu nonton, katanya seru sekali. Aku penasaran."

Sasuke hanya bisa menghela napas panjang lantas mengangguk lesu. Ia tidak masalah dengan genre itu, tapi bisa ditebak Hinata takkan menonton film sama sekali dan hanya bersembunyi di balik telapak tangan. Alias jadi tidak ada gunanya menonton film.

Namun, demi kenyamanan orang-orang di gedung ini, Sasuke memutuskan untuk menurut saja. Kalau sampai Hinata ngambek dan mengancam pulang sendiri, bisa terjadi aksi kejar-kejaran antara mereka nantinya. Come on... ini bukan film india!

Dan memang terbukti Hinata tidak sanggup menonton, karena saat mereka keluar dari studio gadis itu meminta Sasuke untuk menceritakan alur filmnya secara keseluruhan. Yang tentu saja dituruti meski setengah hati. Menceritakan poin-poin penting film tadi.

Lelah, Sasuke lelah.

Nah, obat paling mujarab yang pria Uchiha itu butuhkan saat ini adalah makan. Mungkin setelahnya ia akan punya tenaga lebih untuk menghadapi sang kekasih.

"Aku mau makan ramen!" seru Hinata.

"Lho biasanya makan nasi?"

"Bosan ah."

"Selain ramen kalau begitu."

"Maunya ramen, enak makan yang panas-panas di udara dingin begini."

"Ya jangan ramen juga, aku tidak selera."

"Ya sudah kita pisah tempat makan, nanti bertemu lagi di sini. Gampang 'kan?"

Usai berkata demikian, Hinata langsung jalan tanpa mempedulikan Sasuke yang masih diam di tempat. Hanya seperkian detik saja karena pria itu segera menyusul langkah sang gadis. Mereka kembali berjalan bersisian.

"Iya oke, kita makan ramen."

Sungguh Sasuke bukanlah seorang penggemar ramen. Ia memakan makanan tersebut hanya jika keadaan sangat memaksa, itu pun seringkali tidak dihabiskan. Kenyataannya saat ini ada banyak sekali pilihan. Hinata saja yang tak mau paham.

Namun sekali lagi, Sasuke memilih menuruti kemauan Hinata. Daripada ia harus makan sendirian atau lebih parahnya ia mati kelaparan.

Bucin? Mungkin.

Tapi yang namanya selera makan tiap orang memang berbeda serta tidak bisa dipaksakan. Lihat saja, satu porsi ramen milik Sasuke masih tersisa setengah dan pria itu tak berniat lanjut makan. Padahal masih sangat lapar.

SasuHina CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang