At My Worst (paid content)

912 63 8
                                    

Warning! Versi lengkap tidak tersedia di wattpad! Ini hanya 3 chapter awal aja sebagai gambaran yaa🙏🏻

Happy reading~
.
.
.

(Chapter 1)

Entah sudah berapa lama Sasuke mengamuk di dalam kamar. Berkali-kali suara benda pecah atau rubuh menyapa telinga. Terlalu keras sampai Itachi dan istrinya, Izumi, khawatir setengah mati. Mereka bisa saja membuka pintu -dan memang sudah dicoba, tapi benda-benda langsung melayang hampir menyapa wajah tepat saat pintu dibuka.

Uchiha Itachi sebenarnya berniat mengorbankan diri memaksa masuk ke dalam demi mengamankan sang Adik, tapi Izumi tidak membiarkan. Wanita itu jelas lebih mengkhawatirkan apa yang akan terjadi pada suaminya jika menerobos masuk. Ia hanya bisa berharap adik iparnya tidak melukai diri sendiri.

"Coba telepon Hinata." Izumi menyarankan. Yakin bahwa gadis bermarga Hyuuga itu kini merupakan harapan satu-satunya untuk menghentikan Sasuke.

Sepuluh menit berlalu, keributan dari ruangan di lantai satu tersebut masih berlangsung meski sedikit berkurang. Sepuluh menit berikutnya mulai jarang. Saat itulah gadis bernama Hyuuga Hinata datang. Mengenakan kaos putih dan jeans, lalu rambut dicepol satu asal-asalan. Sesuatu yang di jaman sekarang banyak orang sebut sebagai girl crush atau... yah semacam itulah.

"Kak!"

"Hinata! Tolong... tolong bujuk Sasuke untuk berhenti."

Gadis berambut indigo itu mengangguk. Tanpa basa-basi meraih gagang pintu, lalu membukanya lebar-lebar sampai suara debaman antara pintu dan tembok terdengar beringas.

"Aku bilang pergi!"

BUK!

"Argh!" Hinata memegangi keningnya, terasa ada yang basah di sana setelah sesuatu menyapa keras, "Sasuke kau makhluk tidak berguna."

Keributan seketika menghilang, terganti oleh sepi. Kejadian barusan mematikan segala jenis suara selama beberapa detik. Terlalu cepat hingga tak satu pun bisa mencegah Sasuke melempar buku tebal dengan hard cover hingga ujung yang cukup tajam itu mengenai kening Hinata. Sangat keras. Darah yang keluar menjadi bukti.

"Hinata!"

Pasangan suami istri yang masih berdiri di luar kamar berseru panik, lebih-lebih setelah melihat darah mengalir dari kening Hinata. Mustahil menemukan tisu apalagi kotak P3K di kamar -masih pantaskah disebut kamar?- yang mirip kapal pecah itu, maka Izumi segera berlari pergi mencari ke ruang keluarga.

Sementara si pelaku mematung di atas kursi rodanya. Diam tak bergerak. Sasuke sama sekali tidak menyadari kalau yang masuk bukanlah kakaknya melainkan Hinata, jadi ia sembarangan melempar barang. Dalam hati merasa bersalah dan khawatir, tapi memilih menyembunyikan rasa.

"Mau apa kau ke sini, Hyuuga?"

"Sasuke-"

"Menghentikan tingkah kekanakan seseorang," Hinata memotong Itachi yang hendak menegur keras, "Tapi kelihatannya kehadiranku sangat tidak diharapkan, jadi aku pergi saja. Bye."

Well, Hinata bukan tipe orang yang akan memohon sambil menangis demi tetap tinggal atau sejenisnya. Jika ia tak diinginkan, maka ia takkan memaksa untuk bertahan. Malas. Terlalu buang-buang waktu. Berkelahi atau balapan liar bahkan lebih mudah daripada ini.

Gadis Hyuuga itu keluar kamar Sasuke. Dari tempatnya berpijak bisa dilihat Izumi tergopoh-gopoh membawa kotak P3K. Raut cemas yang sama sejak beberapa menit lalu belum meninggalkan wajah jelita sang wanita.

"Obati lukamu dulu, Hinata."

"Tidak perlu, Kak Izumi. Nanti saja di rumah."

"Kami yang memintamu datang, ini jadi tanggung jawab kami," Itachi menekankan, "Kita ke ruang keluarga, Izumi akan mengobatimu."

SasuHina CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang