02 II LATER

15 2 0
                                    

- Jika aku bisa memutar waktu,apakah kamu tetap mengikuti alur waktu itu ?


-----------------------          

 Alarm kamar menunjukan pukul jam 05.48

Nara segera untuk bangun dari tempat kasurnya dan memulai aktivitas seperti biasanya. Dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.


"Bi, Papah sama Mamah dimana?"

"Udah berangkat neng, barusan"

"Ohh, tumben pagi banget,"

"Katanya mau ngurusin dokumen neng Adel, buat masuk kuliah bulan depan"

"Ah iya," Nara segera menghabiskan nasi goreng yang sudah bertengger diatas meja makan itu,seperti biasa Nara sangat lahap memakan sarapan buatan Bibi Irma.

Adellin Maitsara Kakak kandung Nara, 

Adelin yang ambisius,pintar,cantik,rajin,baik,sopan,idaman, anak kesayangan dan satu lagi banggaan kedua orang tuanya. 

Nara merasa terhasut karena dianak tirikan oleh kedua orang tua nya itu.

Nara sangat membenci kakaknya itu karena ia selalu dibanding-bandingkan dengannya, karena Nara anak yang sangat keras kepala dan suka membantah. 

Satu hal lagi, Adellin tidak membenci adiknya. 

Adellin mengerti perasaan adik kesayangannya itu, dan Ia juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela ungkitan buruk Nara dari kedua orang tuanya pun tidak 'Akan' ditanggapi. 

Bahkan, disaat Adellin perhatian dengan adiknya itu, justru Nara malah menganggap Kakaknya itu hanya 'Sok peduli' dengannya.

Rasa sayang Adellin sangat tulus, tetapi ketulusannya itu tidak diterima oleh Nara.

Begitupun beradu konflik dengan Raffan Adiraga Septian, sosok yang sekarang ini menjabat sebagai kepala keluarga dirumah besar yang selalu membuat Nara beranggapan 'Rumahnya' bukan tempat pulang ternyaman'

Namun disisi terbalik, Amanda Riani, Mama tiri Nara yang mempunyai berhati hangat, tapi sayangnya Nara malah membenci wanita itu. 

Karena Nara pikir... dialah yang telah membuat keluarganya hancur.

Lantas, dimana Ibu kandung Nara? 

Dia pergi.

Pergi mengikuti alur jalan Tuhan yang sudah tertata rapi diatas sana.

------       

Setelah beberapa menit, Nara sudah menghabiskan sarapannya lalu berpamitan kepada Bibi Irma, yang mewakili urusan rumah tangga dirumah besar itu. 

Bagi Nara, Bi Irma lah yang sangat mempedulikan kondisi Nara, tidak dengan Papa nya dan Mama nya, Nara berpendapat bahwa semua orang rumah tidak peduli padanya yang ada pun hanya satu, Bi Irma.

-----

"Yaudah, Bi... Nara mau berangkat dulu ya,"

"Iya, hati hati ya Neng! jangan lupa bawa jas hujan, biar nggak kehujanan nanti!" teriak Bi Irma.

"Iya Bi... Assalamualaikum," pamit Nara lembut.

"Waalaikumsallam,"

Nara buru buru masuk mobil pribadi nya, hanya butuh beberapa menit sudah sampai di sekolah Nara, karena Sekolah itu tidak memasuki perbatasan yang lumayan jauh dari rumahnya.

------            

Sesampai di sekolah

"NARAAAA!!!!" teriak seseorang dibelakang Nara, Nara sempat kaget dan menoleh ke belakang. Dan benar saja, itu Airin. 

Airin ngos-ngos an tampak wajahnya pucat karena kelelahan, Nara yang menyadari itu langsung memberi Airin minuman, untuk menetralisir kondisi Airin sekarang ini.

"Lo kenapa si? buru-buru banget" tanya Nara heran. 

"It-itu... G-gue anu... itu" Nara memutar bola matanya malas, dan mengerutkan dahinya seraya berkacak pinggang.

"Ngomong tuh yang jelas Rin, kalo nggak jelas gimana gue ngerti coba"

"Ituu tadi panik banget,"

"Panik kenapa?"

"Gue ketemu Erlan, Nar !!!! AAAAAAAA GILAAA MAKIN GANTENG LOH DIAAA IHHH GEMOOYY PISAN EUYYY" jeritan Airin membuat Nara terlonjak kaget

"Sssttt... ini sekolah Rin !!!"

"Yaa abis ganteng banget sihh minta di halalin jadinya" Nara menoyor kepala Airin, gemas melihat tingkah laku konyol sahabatnya itu.

"Ngaco."

Airin terkekeh pelan, "Dingin banget pagi ini, mana gue nggak bawa jaket lagi" gumam Airin pelan. 

Airin yang merasa suasana mendadak hening, sontak gadis itu memandang Nara. Dan betul saja, Nara sedang memandang dua orang yang tengah berdiri di parkir sekolah, dan itu Gara dan Alana. Airin yang menyadari itu segera mengajak Nara untuk masuk ke kelas mereka, sebelum timbulnya masalah baru.

"Nar, Gue laper. Temenin ke kantin yuu" ajak Airin mengalihkan pikiran Nara saat ini.

"Ayo."

Airin tersenyum tipis, tidak habis pikir dia sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Nara, seorang gadis yang sangat sabar, bahkan dari kesabaran nya itu terdapat sebuah luka terpatri.





LATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang