07 II LATER

8 0 0
                                    


- Mencintaimu sama dengan berperang, tetapi membuat perasaan itu berhenti bagaimana caranya?

------------------

---------

"MAMAH!!! JANGAN TINGGALIN NARA!!!! MAHHH!!!!"

Nara membuka matanya panik, dadanya terasa sempit.

"Hah... hah... hah..." 

Nara memejamkan matanya kuat, nafasnya sesak. kedua tangannya memukul kepalanya berkali-kali, Memori itu kembali lagi berharap ingatan itu hilang.

Namun tak bisa. 

Ingatan itu terus menghantui Nara ketika itu terjadi ketika Ia melihat langsung, air matanya mengucur deras. Ingatan itu terus membuatnya semakin bersalah kepada Mamanya, dan berpikir bahwa itu salahnya.

Nara menoleh ke kanan dan ke kiri, ternayata Ia sekarang ada di Kamar tidurnya.

Nara melihat gelas air kaca yang sudah berada di meja samping tempat tidurnya. Nara buru-buru mengambil air minumnya, namun karena tangannya bergetar hebat membuat gelas kaca itu terjatuh ke lantai.

PRANG!!!

Nara menangis kencang, suara itu lebih keras dan menghantui isi kepalanya. Hatinya perih setiap Ia mengingat kejadian pilu itu. Tangannya terus mengusap kasar rambutnya. Keadaannya sekarang sangat kacau.

Seseorang membuka pintu kamar Nara tergesa-gesa, dan disana menampilkan Gara, dengan wajah paniknya. Gara menghampiri Nara cepat, dan mengusap punggung Gadis itu untuk tenang. Gara yang mengetahui gelas kaca diatas meja sudah pecah, dan mengambil yang baru untuk ke dapur dan mengambil yang baru lagi.

Sesudah Gara mengambil gelas air yang baru, Gara memberikan gelasnya kepada Nara, dan serpihan kaca itu Ia pinggirkan sebentar dengan hati-hati.

"Pelan-pelan Nar..."

Nara mengangguk dan segera meminum air itu. Gadis itu sesenggukan dan wajahnya pucat. Gara memandang Nara cemas.

Gara menarik kursi meja belajar milik Nara lalu duduk disamping Nara sembari merapikan rambut Nara pelan.

"Kamu kenapa Nar?"

Nara menggeleng pelan, "Ngga pap-"

"Bohong." potong Gara.

"Aku ngga papa kok,"

"Pasti ada sesuatu." Gara menelisik kedua mata lentik Nara.

"Aku kecapean Gara..." jawab Nara bohong.

"Kenapa ngga telfon minta aku temenin?" 

"Aku mau sendiri dan aku ngga mau ganggu kamu,"

"Aku selalu ada buat kamu, kalo kamu mau minta temenin, panggil aku aja."

Nara tersenyum tipis,

"Yang kamu maksud selalu ada buat Alana."

Gara menatap Nara datar seketika, merasa tersinggung dengan ucapan Nara yang selalu melibatkan Alana. Tetapi Gara harus mengerti keadaan, jika Ia terbawa suasana akan menambah kesulitan lagi. Nara yang selalu mengetahui isi hati Gara, Ia langsung Peka bagaimana suasana Gara sekarang. 

"Kamu pergi aja, aku nggak papa Ga.." Kata Nara.

"Aku mau nanya, kamu kenapa pingsan di taman?" Tanya Gara, "Gausah nutup-nutup masalah sama aku, Nar"

Nara bungkam setelah mendengar itu.

"Bilang sama aku, Nar. Barusan Alana nggak sengaja liat kamu pingsan di taman tadi.."

"Kamu sakit kenapa?" Tanya Gara khawatir.

"Nggak."

Gara menghela nafasnya pelan, susah membuat Nara untuk tidak menjadi anak yang keras kepala dan selalu menurut. Ia berusaha sabar kepada pacarnya itu.

"Kamu ka-"

Piipp piip

Ponsel milik Gara berdering disana menampilkan sebuah kontak bernama 'Alana' Gara menatap Nara sebentar. Nara mengalihkan pandangannya dari Gara hatinya kesal, selalu saja waktu yang Gara berikan kepada Nara, tersitakan oleh Alana yang selalu mengganggu. 

"Halo,"

"Haloo, Gara dimana? Ana udah lama nunggu.."

"Lagi dirumah Nara,"

"Aku mau nonton tauu, sebentar lagi mau mulai lohh"

Gara menghembuskan nafasnya pelan, matanya terpejam lama. Sedangkan Nara terdiam masih menyimak apa yang kedua orang itu sedang bicarakan. Nara yakin, pasti cowok itu lebih memilih Alana dibanding dia..

Yang sedang tidak baik-baik saja.

"Yaudah tunggu disana,"

"YEEEYYYY!!! ANA TUNGGU YAAA!!"

"Iya.."

Tuuts..

Gara menatap Nara lekat, mengusap pucuk rambut Nara lembut. Jujur saja, hatinya sakit setelah mendengar percakapan Gara dan Alana. Nara masih mengalihkan pandangannya dari Gara, menatap datar jendela yang terbuka lebar disampingnya.

"Nar..."

"Iya, gapapa."

"Aku b-"

"Iya, boleh."

Gara merasa bersalah kepada Nara, tangannya mencengkeram kuat selimut milik Nara. Hal yang tersulit bagi Gara adalah memilih salah satu diantara kedua gadis yang Ia sayang. Gara menunduk sebentar lalu menatap Nara. 

"Kamu sekarang udah baikan?" tanya Gara memastikan.

Nara hanya menjawab dengan anggukan, dengan senyuman tipis nya.

"Yaudah, aku temenin Alana dulu gapapa ya?"

"Iya, gapapa."

Gara mengecup dahi Nara lembut, dan mengusap surai hitam Nara sekilas,

"Jangan lupa minum obat yaa, aku pergi dulu" Gara segera mengambil jaket hitam dan kunci motor nya yang sedari tadi diatas meja tiga puluh menit yang lalu. Gara mengusap rambut Nara gemas, "Besok kita ngobrol lagi,"

Gara segera beranjak dari ruangan yang bernuansa monokrom itu. Tanpa Nara sadari cairan hangat telah turun dari kelopak matanya. Nara meremas selimut tidurnya kencang. Nara sangat kesal. Sangat.

"Kenapa...."

Nara mengusap pipinya cepat dan menuju laci disalah satu dalam kamarnya, namun tujuannya terhambat karena kakinya tertusuk kaca.

Nara meringis sakit bahwa kakinya tertusuk butiran kaca yang Ia tumpahkan tadi. Sakit itu tidak mengalahkan sakit hatinya kepada orang yang Ia cintai. 

Nara beranjak keluar untuk mencari perban untuk menghambat keluarnya cairan merah dari kakinya, dan segera membersihkan serpihan kaca seusai Ia memecahkan gelas sebelumnya.

























LATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang