11 II LATER

7 0 0
                                    

- Cinta adalah harapan yang membuat segala yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Jam menunjukkan pukul 05.21

Gara memasuki kamar tamunya, yang disana Nara masih terkapar dengan tempat tidur bernuansa putih itu. Awalnya mereka sempat beradu cekcok mulut karena Gara ingin gadis itu tidur di kamarnya, sedangkan Gara tidur di sofa luar. Namun karena Nara tidak setuju, Ia memilih untuk tidur di ruang tamu.


Gara memperhatikan Nara lama, memandang setiap ukiran ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.

Terkadang, ada momen dimana Gara sangat bersalah karena prioritasnya bukan hanya Nara lagi, tetapi juga Sahabatnya. Gara merutuki dirinya kesal, Ia telah menaruh terlalu banyak luka kepada gadis yang selama ini Ia cintai, tidak tahu apa-apa.

Gara mencintai Nara lebih dari rasa cinta kepada semua orang yang Ia sayangi.

Namun, Gara sulit untuk bagaimana menyampaikan rasanya, dan menyadari bahwa kesalahannya terlalu lampau menjauhi batas wajar kepada Nara.

Gara mengusap lembut surai hitam cokelat itu, "Nar, bangun..." lirih Gara.

Spontan Nara membuka kelopak matanya, menatap paras tampan didepannya di pagi yang buta. Sudut bibirnya naik keatas, Nara merasa bahagia. 

Nara merasa dilindungi ketika ada Gara disisinya.

"Gara..."

Gara tersenyum, "Morning my princess,"

Nara terkekeh pelan, tangannya menaik ke udara melayangkan sebuah tepukan lemah ke lengan kiri laki-laki itu, tenaga dan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Morning too my prince,"

Gara memeluk Nara erat, "Aku sayang sama kamu."

Nara tersenyum tipis, hatinya kembali terasa perih ketika teringat Alana dibenaknya. Tak dipungkiri bahwa, ketika Gara menyalurkan rasa kasih sayangnya kepada Nara, Nara selalu teringat dengan Alana. Bahkan Nara pun masih ragu dengan kalimat manis itu, karna Nara tahu...

Nara bukanlah orang satu-satunya yang Gara sayang. 

Melainkan, Alana.

-----------------------

"Gara, ayo cepet!!!" teriak Nara keras diparkiran Apartement yang ditempati Gara. Mereka sedang bersiap-siap untuk segera menuju ke sekolah.

 Sesekali sembari menunggu Gara memanaskan motor Sport nya, Nara melihat notifikasi chat di Handphone nya. Banyak chat dan panggilan yang tidak terjawab dari Adel sedari tadi malam, bahkan Ia pun lupa bahwa Ia diusir mentah-mentah dengan Papa nya itu. 

Nara tersenyum nanar menatap nama kontak yang tertera disana, lalu memasukkan Ponselnya kedalam kantong seragam sekolahnya.

"AYOOO KITA BERANGKATT!!!"

Sontak Nara menoleh kebelakang, Nara melebarkan senyumannya dan kembali bersemangat. Hati Nara berdesir kuat ketika Gara menurunkan Footstep untuknya. Hal kecil begitu, membuat Nara kembali berbunga-bunga.

"Mari naik nona manis,"

"Baik pangeran ganteng,"

Nara segera menaiki motor kesayangan Gara pelan, merengkuh tubuh jangkung itu dari samping, aroma tubuh Gara menguar khas di indera penciumannya. Nara memejamkan matanya, meresapi setiap momen yang jarang sekali ia rasakan ini. 

"Udah siap?" tanya Gara,

"Siappp Komandan!!!"

Keduanya kembali bertukar tawa, Gara segera melajukan motor nya dengan hati-hati. Laki-laki itu tahu, bahwa Nara tidak suka ketika Gara selalu membawa motornya dengan ngebut. Padahal, memang sebenarnya Gara hobi mengendarai motornya dengan kecepatan barbar karena laki laki tersebut kebetulan adalah anak motor.

Seandainya Nara tahu, Ia bisa saja terkena jurus andalan gadisnya itu tiada henti. Gadis itu tentu tidak menyetujui hal yang berbau balap liar.


LATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang