10 II LATER II

8 0 0
                                    

- Jangan berusaha untuk menjadi pelangi, bagi orang yang buta warna.

Nara memejamkan matanya sekejap, langit langit ruangan itu tampak berbeda dengan apa yang langit ruangan setiap hari yang Ia liat. 

Nara beralih duduk dan memegang kepala nya yang berdenyut, rasanya sakit jika bergerak sedikit saja. Kedua matanya menelisik detail ruangan itu, didepannya terlihat jam menunjukkan pukul 03.24, dan jam itu tampak tidak asing bagi Nara,

Ternyata ruang itu milik Gara, 

Yap... apartemen Gara. 

Sebelumnya, Nara telah pernah berkunjung ke apartemen laki-laki itu. 

Bahkan, sering. Entah itu karena Nara bosan, tidak ada teman, curhat, tugas, dan lain lain.

Nara mengerutkan dahinya heran, padahal... jika diingat-ingat dia tidak sama sekali untuk pergi ke Apartemen milik Gara. Nara mulai beranjak keluar dari kamar itu, yang seluruh kamar itu dipenuhi dengan warna Monokrom.

Nara berjalan perlahan sembari celingak-celinguk melihat suasana di Apartemen itu. 

Apartemen milik Gara, seperti tidak ada orang. Sangat sepi dan hening.

 "Tau gitu, gue beli apartemen sendiri aja"gerutu Nara dalam hati, Ia masih kesal dengan kejadian yang baru saja dihadapi berjam-jam yang lalu. 

Nara kembali melihat melihat isi setiap ruangan Gara, ternyata tidak terlalu banyak. Hidup Gara sangat tentram, Nara sudah mengetahui bahwa Gara adalah orang yang tidak suka keributan namun suka hidup damai. Nara baru sadar ternyata hidup Gara tidak seramai keluarganya yang terlalu ribut dalam satu rumah.

"Gini yaa rasanya hidup sendiri,"ucap Nara pelan. 

"Iya, enak banget."

Sontak, Nara berbalik dengan matanya yang membulat lebar

"GARA!!!!!!"teriak Nara kencang. Gadis itu sangat kaget, berhubung ruangan itu sepi, peluang Ia takut semakin tinggi.

Gara tersenyum menatap Nara, Nara memukul lengan Gara kencang.

"GAR!!! suka banget bikin orang kaget,"

"Penakut sih," kata Gara sambil menampilkan gigi putihnya, membuat wajah sempurna itu makin sempurna.

"Ya kenapa kalo aku penakut?!" ucap Nara sewot, dirinya masih kesal kepada Gara.

"Gapapa kok," Gara tersenyum hangat, tangannya telah menempel di rambut halus Nara.

"Apasih, senyum-senyum gitu. Ngeselin banget" cibir Nara.

Gara menatap Nara serius, matanya menatap dalam kedua iris mata yang indah itu. Nara membalas tatapan Gara dengan heran. 

"Kenapa?"

Gara menarik lengan Nara dan mengajaknya mengobrol ke sofa. Nara hanya mengikuti kemauan pacarnya satu itu. Lagi-lagi Nara bingung dengan perlakuan Gara sekarang.

"Kamu kenapa pingsan di jembatan barusan? mata kamu juga sembab, cerita sama aku Nar, ada apa barusan?"  tanya Gara khawatir, tangannya telah mengusap kelopak mata Nara.

Nara menghembuskan nafasnya, ternyata benar apa yang Ia duga barusan. Gara pasti bertanya apa yang terjadi.

Nara tersenyum, "Aku lagi sedih.."

"Sedih kenapa?"

"Sedih, kamu sama Alana terus," Nara terkekeh pelan

Gara menghela nafasnya, "Serius Nar, ada masalah apa kamu tadi?" Gara yakin, pasti ada masalah dibalik ini. Tak mungkin jika biasanya gadis itu tidak permasalahkan masalah Alana dari dulu.

"Gapapa kok."

"Gapapa gimana Nar?! kamu tadi pingsan dijembatan, kalo ngga ketemu aku tadi habis dari luar, kamu bisa diculik sama orang!! Jangan bohong Nar.."

Nara tersenyum manis, tangan Nara menggenggam kedua tangan Gara kuat.

"Tadi maag aku kumat dijalan, sakit banget. Sekarang udah nggak sakit lagi kok" ucap Nara meyakinkan Gara 'lagi'. Gara memeluk Nara erat, rasanya jika gadis itu bernasib buruk alhasil hati Gara hancur.

Karna Gara, tidak bisa merelakan bahwa gadis itu pergi.

"Gapapa ya?"

"Iya, gak papa Gara..."

Nara menepuk punggung laki-laki disampingnya, Nara ingin memastikan kepada Gara bahwa Ia sendiri tidak apa-apa, namun sebenarnya tidak apa-apa. Tak bisa berterus terang bahwa jika Ia sendiri sedang tidak baik-baik saja.

Karena Nara, tidak ingin untuk merepotkan semua orang kesayangannya.

Sudah cukup, hanya Ialah yang mengalami semua apa yang Ia rasakan saat ini.

semua luka yang Ia hadapi, cukup Ia saja yang tahu.

Cukup Nara,

dan,

Nara seorang.

"Maaf,"

Nara menatap heran Gara, salah satu alisnya menandakan bahwa Ia bingung. 

"Maaf kenapa?"

Nara mendongak menatap lekat mata elang Gara, senyum hangat Nara terpatri diwajahnya yang cantik itu. Kemudian Nara menyenderkan kepalanya di bahu Gara, 

"Gara... aku ngantuk, aku mau tidur dikamar sebelah ya,"

Gara mengangguk pelan, laki-laki itu menuruti permintaan Nara, 

"Iya, sayang"

Nara tak bisa menyembunyikan senyumannya, hatinya berbunga bunga, kupu-kupu yang telah mengisap madunya dari bunga berterbangan didalam perutnya. Lagi, Nara dibuat semakin jatuh cinta kepada Gara. Tak sering mereka Quality time, Nara ingin menghabiskan waktunya terus bersama Gara. Nara telah terlalu nyaman dengan adanya Gara. 

Ketika bersama Gara, Ia merasa hidup.

Tetapi, sulit rasanya.



LATERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang