Ramuan

202 33 13
                                    


.

"Sakura."

Dari suara Sasuke yang memanggil namanya dengan nada datar namun terdengar lirih dan tampak lelah sepertinya membuat Sakura hapal. Pasti Sasuke ada masalah dan mau meminta helai rambutnya lagi.

"Kali ini siapa yang sedang sakit?" 

Sasuke tersenyum kaku. "Tidak apa kan? kalau aku meminta beberapa potong rambutmu lagi?"

Sakura mengangguk. Sosok transparan di atas ranjang memelototi Sasuke dengan tidak suka.

"Siapa yang sedang sakit?" tanya Sakura lagi sembari mengambil guntingnya dalam laci. Tapi rupanya gunting itu tidak ada di sana. Sakura mencoba mencari dalam lemari.

"Sepupu kekasihku sakit. Sudah lama dia hanya bisa rebahan di atas ranjang. Kekasihku yang begitu menyayanginya ingin dia cepat sembuh dan menghadiri pernikahan kami lusa nanti."

Sakura menghentikkan acara mencari guntingnya untuk sejenak. Jantungnya sempat berdetak tak nyaman mendengar kata 'pernikahan'. Sasuke akan menikah. Itu artinya Sasuke pasti akan sibuk dengan keluarga barunya. Dan Sakura akan dilupakan. Ia tidak akan punya teman lagi. Tentu Sakura tak ingin itu terjadi. Ia tidak suka sendirian.

"Kau akan menikah?"

Sasuke mengangguk. "Iya."

"Kalau begitu selamat," ucap Sakura mengukir senyum datar.

Sasuke yang menyadari kalau Sakura yang tampak tak senang pun terdiam. Sasuke mulai menyadari bahwa, bukan hanya hari ini, namun hari-hari sebelumnya Sakura seperti lebih pendiam. Ketika ia datang Sakura jadi tidak seantusias biasanya.

"Akhir-akhir ini kau terlihat murung, Sakura. Apa kau sedang ada masalah? Atau sedang sakit?" Sasuke mengulurkan tangan. Menempelkan punggung tangan ke jidat Sakura yang lebar. 

Sakura reflek menjauhkan tangan Sasuke. "Aku tidak sakit. Hanya merasa kalau kau jadi jarang kemari lagi. Apa kau sesibuk itu?"

"Oh." Sasuke mendadak merasa bersalah. Memang semenjak memiliki kekasih, ia jarang berkunjung ke tempat Sakura. Sasuke sibuk memanjakan sang kekasih yang suka menempelinya dan tidak mau jauh-jauh.

"Maaf ya. Aku janji akan menemanimu seharian penuh ketika aku sedang ada waktu luang."

"Kapan?"

"Nanti. Aku tidak tahu kapan tapi mungkin akan ada waktunya."

Jawaban yang tidak pasti. Sakura menghela napas kecewa. Ia kembali menyibukkan diri mencari gunting. Rupanya dalam lemari pun tak ada. Sakura mencoba mencari di tempat lain.

"Kak, apa kau lihat guntingku? Kenapa tidak ada ya? Perasaan aku menyimpannya di sekitar sini."

Melihat Sakura tak kunjung menemukan guntingnya, Sasuke pun membantu. "Memangnya terakhir kau menyimpannya di mana?"

"Entahlah. Tapi aku yakin sekali biasanya kusimpan di dalam laci atau kalau tidak ya dalam lemari," jelas Sakura kembali mencari dalam lacinya.

Beberapa menit berlalu, mereka tak kunjung menemukan benda tersebut.

"Bagaimana kalau gunakan ini saja?" Sasuke menarik belati yang selalu dibawanya.

Belati itu terlihat begitu tajam, membuat Sakura menatapnya ragu. "Itu terlihat berbahaya."

"Tidak. Ini aman. Kemari. Biar aku saja yang melakukannya. Kau tenang saja, aku tidak akan melukaimu."

Sakura pun menghampiri. Beberapa helai rambut pendeknya digenggam Sasuke dengan hati-hati. 

The Pink Hair PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang