Pagi itu, Sakura sibuk membersihkan seisi kamarnya. Menyulak, menyapu, mengepel lantai. Sehingga tepat waktu pagi menjelang siang di jam sebelas. Ia ingin kamarnya terlihat rapi dan bersih supaya Sasuke betah saat datang nanti. Syukur-syukur mau lebih sering menginap di sini bersama Sakura.
"Supaya dia gak bosan," gumamnya sambil tersenyum lebar.
"Memangnya kau tidak bosan bertahun-tahun tinggal di tempat ini?" sahut Saki mendengus sebal. Yang sabenarnya merasa sangat bosan itu adalah Saki sendiri.
"Enggak! Selama ada ka Sasuke, aku gak akan bosan dengan apapun!" kata Sakura dengan sangat mantap.
"Dih, dasar bucin."
Siangnya, sebuah portal terbentuk di jendela Sakura. Itu adalah portal milik Sasuke. Melihat hal itu membuat senyuman Sakura terkembang. Dan senyumannya makin lebar ketika kelopak bunga mawar pink beterbangan keluar dari portal itu.
Kedua pipi Sakura memerah. "Sasuke, apa-apaan sih. Bikin malu aja."
"Hai!" ucap Sasuke sambil melongokkan kepalanya dari portal itu dengan senyuman tampannya. Sakura tentu saja langsung klepek-klepek dan tak tahan tuk menerjang Sasuke dengan pelukan erat.
Semenjak kejadian ena-ena kemarin, hubungan mereka memang makin dekat dan makin mesra saja. Dan mulai menjadikan Saki sebagai nyamuk. Kembarannya Sakura itu mendengus sebal. Memilih tuk menghilang.
.
"Sakura," panggil Sasuke ketika mereka berdiri bareng sambil melihat gumpalan awan di sisi jendela.
"Iya?" Sakura menyenderkan kepalanya di bahu Sasuke.
"Aku akan mencoba meminta Raja tuk mengeluarkanmu dari sini. Menurutmu, reaksi Raja seperti apa?"
Sakura tampak berpikir. Seingatnya waktu ia kecil, ayahandanya adalah seorang Raja yang tidak berperasaan. Waktu Sakura kecil ingin mengajak ayahnya main saja, sang Raja langsung melempar tatapan mata yang menyeramkan. Sakura gak pernah berani ngajak main dengan ayahandanya semenjak saat itu. Sakura cuma akrab dengan mendiang ibunya.
"Kupikir Raja itu orangnya suka serius dan agak keras. Tapi entahlah… aku tidak tau reaksinya seperti apa kalau kau berniat mau membebaskanku."Sasuke terdiam. Sabenarnya Sasuke berani gak berani tuk meminta membebaskan Sakura kepada sang Raja. Memang benar kalau ayahnya Sakura itu orangnya keras, tidak suka bercanda dan wajahnya kelihatan galak. Sepanjang hidup Sasuke di sekitar istana, dia tidak pernah melihat Raja tersenyum.
Namun Sasuke benar-benar ingin membuat Sakura bahagia dengan hidup bebas. Bukan terkurung di sihir labu ini sepanjang hidupnya.
Maka, Sasuke pun bertekad tuk memantapkan hatinya demi Sakura. Sasuke harus berani menghadap Raja.
"Sakura, nanti kalau kamu dibebaskan dari sini. Di istana nanti, kita pura-pura jadi temen dulu ya," ucap Sasuke kemudian.
"Eh, kenapa begitu?" tanya Sakura bingung.
"Aku belum berani mengungkapkan hubungan kita. Terlebih aku hanya seorang penyihir biasa yang bekerja di istana milikmu. Ayahmu bisa jadi belum mempercayaiku tuk menjadikanmu sebagai seorang kekasih," jelas Sasuke panjang lebar.
Sakura terdiam. Ia tidak sempat berpikir sampai sejauh itu. Karena itulah, Sakura mengangguk mengiyakan. Lagipula Sakura mempercayai Sasuke dengan sepenuhnya. "Cuman sementara doang kan?"
"Iya. Sampai aku punya keberanian untuk meminangmu."
Sakura tersenyum. "Nanti kalau aku bebas. Aku juga akan berusaha membujuk ayahandaku tuk merestui hubungan kita."
"Tapi jangan buru-buru ya, Sakura. Sungguh sabenarnya aku belum berani dengan ayahmu."
"Apa Ayahandaku memang terlihat semenekutkan itu?"
"Iya… kurasa gitu."
Setelah itu Sasuke pun menceritakan tentang sifat-sifat ayah Sakura selama memimpin kerajaan.
"Yaudah, gpp. Selagi kak Sasuke tidak jauh dariku, aku akan rela merahasiakan hubungan kita dari orang lain. Terutama Ayah." Sakura memberikan senyuman tulusnya. Ia sungguh mencintai sosok lelaki di sampingnya itu.
Sasuke pun membelas dengan senyuman serupa. Lalu mengacak rambut merah muda Sakura dengan gemas.
..
.
.Sakura merasa hidupnya tak lagi membosankan meski ia terkurung di dalam labu itu. Kehadiran Sasuke membuat warna dalam hidupnya. Apalagi setelah mereka sudah memutuskan tuk menjalani hubungan yang lebih dari kakak adek.
Namun kesenangan itu hanya sementara.
Sakura berjalan bolak-balik dengan resah. Sudah dua hari ini Sasuke tak mendatanginya setelah membicarakan tentang kebebasan Sakura.
"Kok, Sasuke gak kesini? Apa dia tidak diijinkan oleh orang itu lagi tuk menemuiku setelah mengatakan ingin membebaskanku?" gumam Sakura mulai resah. Saki tampaknya no komen.
"Atau dia lupa cara buat bikin portalnya? Eh, tapi gak mungkin." Sakura mengacak rambut merah mudanya dengan frustasi.
"Sudahlah, tunggu saja. Nanti juga datang sendiri. Baru dua hari juga," kata Saki yang bosan melihat Sakura riwa-riwi begitu. Bikin pusing saja.
..
.Hingga tak berapa lama kemudian, mereka dikejutkan dengan kemunculan sebuah portal tepat di depan jendela tempat Sakura berdiri.
Sontak Sakura menoleh. Kedua sudut bibirnya naik ke atas. Sakura bahkan berniat mau langsung memeluk Sasuke begitu Sasuke melongokkan kepalanya.
Namun senyumannya pudar begitu melihat bukan Sasuke yang keluar dari portal itu.
Sedangkan kembarannya segera berdiri di samping Sakura. Mendapati sosok asing dari portal itu otomatis membuat Saki jadi penasaran juga, sekaligus khawatir terjadi sesuatu terhadap Sakura.
Begitu juga dengan Sakura yang tampak waswas. Takut mendengar hal-hal yang tidak mengenakan pada Sasuke.
"Heh, mengharapkan si bocah tengil itu yang datang ya?" Kata orang itu. Seorang pria. Dengan pakaiannya yang kelihatan mewah. Dia adalah seorang raja. Ayahnya sendiri.
Ini merupakan kali pertama semenjak sepuluh tahun yang lalu Sakura dikurung di tempat ini, sang Raja baru mendatanginya.
Sakurai terdiam. Ekspresinya menjadi datar. Sakura tidak menyukai ayahnya sendiri. "Mana Sasuke?"
Raja menatap anaknya sendiri sambil menyergit. Pria itu sendiri tidak menyuka anaknya. Kematian sang istri membuat sang raja menyalahkan Sakura secara sepenuhnya. "Anak itu sudah mati dipenggal karena kesalahannya sendiri."
Sakura ternganga. Kedua matanya membola. "Itu.. bohong kan?"
Pria itu mendengus sinis. "Aku bisa tunjukkan padamu jasadnya. Oh atau mau kutunjukkan potongan kepalanya saja? Kebetulan nih kubawa."
Sakura terdiam dengan wajah memucat ketika ayahnya menyingkap jubahnya sendiri dan melempar sesuatu kepada Sakura. Sesuatu berbentuk potongan kepala manusia. Itu adalah kepala Sasuke.
Sakura terpekik kaget. Ia membekap mulutnya sendiri yang bergetar. Pun dari pupil mata dan seluruh tubuhnya.
Dan Sakura bisa merasakan semua nadi di dalam tubuh dan jantungnya berdenyut-denyut cepat. Menggema sampai ke kepala. Alarm ketakutan luar biasa. Keterkejutan yang teramat gila.
"Hei, tenangkan dirimu, Sakura!" Saki menepuk bahu sakura. Lalu menunjuk potongan kepala Sasuke yang kini menggelundung di depan kaki Sakura. "Kepala ini bisa saja palsu. Jangan langsung percaya!"
Sakura meneguk ludahnya susah payah. Ia mencoba menenteramkan dirinya sendiri. Mengatur napas sedikit lebih tenang. Meredakan getar-getar hebat yang membuatnya hampir percaya kalau itu adalah kepala Sasuke. Benar apa kata Saki. Sakura gak boleh percaya begitu saja. Harus yakin kalau Sasuke masih hidup.
..
.
...
.Next bab terakhir...
Sad end oh happy end? 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pink Hair Princess
Fiksi PenggemarBegitu bosan kehidupan yang dijalani Sakura dalam jeruji tak kesat mata. Tak dapat melihat indahnya pemandangan matahari pagi di sela-sela pegunungan atau udara segar di bawah rindangan pohon. Sakura bahkan tak punya teman banyak. Hanya Sasukelah sa...