end

222 17 7
                                    

"Akh!" Sakura meringis ketika ayahnya menjambak rambutnya. Lalu dipaksa mendongak agar berhadapan langsung dengan wajah sang Raja.

"Kenapa iblis kecil sepertimu bisa terlahir diperut istriku, hah?!" kata raja sambil menatap sakura dengan kedua matanya yang tajam.

Sakura cuma diam. Meskipun sabenarnya ia merasa sangat sakit hati mendengar perkataan tersebut. Seolah ia memang benar-benar tidak dianggap sebagai seorang anak oleh satu-satunya orangtua yang dimilikinya ini. Satu-satunya orang tua yang seharusnya memberikan kasih sayang dan perhatian seperti orang tua pada umumnya. Bukan malah berkata seperti itu.

Memikirkan hal tersebut membuat Sakura tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Matanya memanas. Apalagi setelah teringat kini ia tidak punya siapa-siapa lagi. Sasuke mungkin saja sudah mati beneran. Kepala lelaki itu di dekat kakinya terlihat begitu asli.

Sang raja mendengus sinis melihat ekspresi Sakura. Remasan tangan di rambut pink itu pun makin kencang.

"Akh! Sakit ayah!"

Plak!
Pipi Sakura memerah karena baru saja ditampar oleh tangan besar milik sang Raja.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Aku bukan ayahmu!! Dasar iblis."

Bibir Sakura bergetar. Sudah tak sanggup lagi tuk menahan genangan air di kedua matanya yang kini mengalir deras membasahi pipi.

"Menjijikkan. Tidakkah kau puas telah membunuh istriku?" desis pria itu tak berperasaan.

"Aku tidak membunuh ibu—!"

Duagh!
Kali ini Sakura mendapatkan sebuah tonjokan di wajahnya.
"Kau juga tidak boleh memanggil istriku sebagai ibu. Dia bukan ibumu! Kau itu hanya iblis, mengerti?!!"

Sakura pun cuma terdiam sambil terus menangis.

Sedangkan Saki mulai terusik melihat bagaimana pria itu memperlakukan sakura.

"Sakura, biarkan aku mengendalikan tubuhmu. Orangtua ini harusnya mati saja," kata Saki yang sudah merasa gatal ingin membalas sebuah pukulan pada sang Raja.

Jleb!
Namun sebelum itu terjadi, sang Raja sudah lebih dahulu menusuk perut Sakura dengan sebuah pisau. Benda itu rupanya sudah ada di tangan Raja.

Pria itu melepas jambakannya di rambut Sakura yang kini terjatuh sambil memegangi perutnya yang berdarah.
"Hiks, kenapa ayah tega —ukh!"

Sebelum sakura menyelesaikan ucapannya, sang raja memukul perutnya. Membuat Sakura makin kesakitan.
"Sudah kubilang kan?! Jangan panggil aku ayah!! Aku bukan ayahmu!!"

Duagh! Duagh!
Sang Raja kini menendang-nendang perut Sakura dengan brutal. "Kau sudah tidak berguna lagi. Ini waktunya kau mati saja, sialan."

Saki yang melihat perbuatan Raja itu pun sudah mulai tidak tahan. Langsung saja Saki merasuki tubuh Sakura dengan paksa. Kali ini Sakura membiarkan tubuhnya dikendalikan Saki.

Saat itu terjadi, Saki membuat tubuh Sakura menghindar dari tendangan Raja. Bersamaan dengan itu juga, Saki menggunakan kaki Sakura tuk menyepak kedua kaki ayahnya. Sehingga sang raja pun terjatuh.

Dan dengan cepat, Saki berdiri. Luka ditubuh Sakura tak dihiraukan. Segera saja Saki mengambil alih pisau yang terlepas dari tangan raja dan …

Jleb! Jleb!
Membalas dua tusukan menyakitkan di kedua kaki si Raja kamvret itu.

"Akhh!! Anak iblis syetan sialaan, akh!" teriak sang Raja sambil meringis kesakitan ketika merasakan sengatan rasa perih dan denyutan nyeri yang teramat sangat di kedua kakinya.

Saki berdecih jengkel mendengar perkataan pria itu. Diambilnya kedua tangan Raja tuk disatukan, lalu …

Jleb!
Diitusuk menyatu dengan pisau sampai menembus lantai kamar.

The Pink Hair PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang