.Tak membutuhkan waktu lama, rambut Sakura cepat sekali tumbuh berkat ramuan itu. Dua hari berlalu, kini rambutnya sudah panjang sepinggang. Membuat Sakura terlihat lebih feminim dan semakin cantik.
"Wah, Sakura.. " Sasuke saja jadi merasa pangling. Ia sempat terkagum-kagum melihat rambutnya yang panjang.
"Kau jadi terlihat lebih cantik dengan rambut panjangmu," kata Sasuke terpana dengan perubahan rambut Sakura.
Sakura memalingkan wajahnya yang memerah. Tatapan Sasuke membuatnya tersipu. "Jangan berkata begitu. Kau sebentar lagi kan mau menikah, ingat?!"
"Tapi, serius, Sakura. Aku tidak menyangka ternyata kalau rambutmu panjang kau jadi terlihat lebih cantik darinya."
"Jangan memujiku terus."
Sasuke berdehem. "Baiklah. Aku ambil sedikit rambutmu ya."
Setelah itu Sasuke meminta ijin memotong sebagian rambutnya untuk dibawa ke istana. Sasuke bahkan sudah menyiapkan gunting dan sebuah kotak kecil untuk menyimpan rambut Sakura.
Sebelum pergi, Sasuke memberikan botol ramuan itu lagi. Menyuruh Sakura untuk meminumnya. Katanya orang-orang istana masih membutuhkan lebih banyak rambut. Dengan terpaksa, Sakura pun menerimanya.
...
..
Sepasang mata emerald yang agak gelap milik Saki melirik Sakura yang sedang menyisir rambut panjangnya dan tampak kesulitan.
Saki mendengus kesal. Merasa tidak terima melihat wujud dirinya yang satunya lagi mau-maunya dimanfaatkan orang lain. Ia tidak suka. Mengingatkan dengan ibu Sakura yang semasa hidupnya juga sering dimanfaatkan orang lain.
Sosok wanita cantik yang punya rambut pirang panjang terbayang. Wanita cantik itu tersenyum cerah menatapnya penuh kasih sayang. Namun, detik berikutnya ekspresi shok dengan bermandikan darah menggantikkan bayangan indah tadi.
Saki mengepalkan tangannya kuat. Dia meyakini dirinya tidaklah salah telah membunuh wanita yang pernah melahirkannya dan Sakura itu.
...
..
"Aku tidak menduga kalau ramuan itu bisa membuatmu seperti rapunzel. Lihat, rambutmu bisa sampai sepanjang ini."
Pagi itu Sasuke datang membawa ramen yang masih hangat untuk Sakura. Dan kini Ia sedang merapikan rambut Sakura yang sudah memanjang bahkan sampai dibawah mata kaki.
Sakura sendiri menyibukkan diri dengan memakan ramen pemberian Sasuke. Ia hanya menggumam sebagai respon.
"Aku jadi merasa tidak tega untuk memotongnya." Sasuke menatap rambut merah muda ditangannya dengan penuh kekaguman. Ia suka rambut itu. Terasa lembut dan tampak berkilau. Pulang dari sini Sasuke berniat meminta pada istrinya untuk memanjangkan rambut.
Sakura melirik Sasuke. "Kalau kau tidak mau memotongnya, biar aku saja yang melakukannya. Lagipula memiliki rambut panjang itu merepotkan."
"Tidak. Aku bisa, kok. Kalau pun hari ini aku memotong rambutmu, minggu depan rambutmu pasti akan panjang lagi. Aku membawa botolnya lagi, btw." Sasuke menarik botol ramuan dari dalam saku celana.
"Ish, kukira ini sudah cukup. Memangnya seberapa banyak orang yang terkena penyakit di istana?" tanya Sakura sebal. Ia benar-benar tidak suka dengan cairan dalam botol itu. Terlebih membuatnya direpotkan dengan rambutnya yang cepat memanjang.
"Entahlah. Aku hanya menuruti apa kata Raja."
Sasuke membungkus potongan rambut Sakura ke dalam sebuah karung. Ia melakukannya dengan hati-hati seolah rambut Sakura adalah sebuah berlian mahal yang jika disentuh sembarangan akan pecah.
...
"Nah, aku pergi dulu ya. Minggu depan aku akan ke sini lagi," pamit Sasuke sebelum pergi.
Sakura menghela napas kesal. Ditatapnya botol ramuan pemberian Sasuke dengan pandangan jijik. Untungnya hari ini Sasuke sempat membawakannya camilan manis untuk menghilangkan rasa tidak enak dari botol itu.
Sakura mengusap rambut pendeknya. Sasuke memangkas sampai rambutnya yang sedia kala.
...
...
Seminggu berlalu dengan cepat.
Sakura keluar dari kamar mandi dengan kaus lengan pendek dan rok panjangnya. Tangannya sibuk menggelung rambut panjangnya yang jadi terasa berat akibat basah.
Saki hanya meliriknya bete dari atas meja makan dengan dagu yang ditopang lengan tangan. Ekspresinya tetap sama sampai Sakura duduk di atas lantai dekat jendela. Tepat dibawah sinar matahari, Sakura menyisir rambutnya. Beberapa tetes air menggenang akibat rembesan rambut merah muda Sakura.
"Lantainya basah, tuh," celetuk Saki yang sudah tidak tahan dengan keheningan diantara mereka.
Tapi Sakura tidak peduli. Ia hanya meliriknya sekilas.
"Cih, kau membosankan," kata Saki lagi. Dan Sakura lagi-lagi masa bodo.
Rambut merah muda Sakura jadi terlihat seperti menyala ketika mendapati pantulan cahaya matahari secara langsung, membuat sosok kembarannya menjadi sedikit tertarik.
Saki turun dari atas meja. Menghampiri Sakura yang sedang sibuk dengan rambutnya. Dia berjongkok tepat di depan Sakura. "Sekilas kau jadi tampak mirip dengannya."
Mendengar hal itu, Sakura menghentikkan aktivitasnya. Menatap Saki dengan alis bertaut. "Apa kau sedang menyesal telah membunuhnya?"
Untuk sejenak mereka saling tatap dalam diam. Tatapan Sakura tajam menghujat manik serupa yang balas menatap tak kalah tajam.
"Tidak. Sama sekali tidak," jawab Saki akhirnya.
Sakura menggeram marah. Kalau saja sosok itu dapat disentuhnya, pastilah sekarang Sakura sudah menjotos wajah memuakkan itu.
Merasa percuma meladeni Saki, Sakura memutuskan untuk melanjutkan kegiatannya. Menghiraukan sepenuhnya kehadiran si kembaran.
Sedangkan kembarannya tidak mempermasalahkan hal itu. Saki juga tetap berjongkok mengamati rambut merah muda menyala milik Sakura.
Hingga matahari mulai tenggelam, Sakura beranjak. Rambutnya sudah sepenuhnya kering dan sedari tadi ia menunggu kedatangan Sasuke sambil menatapi luar jendela.
Namun, Sasuke tak kunjung datang.
"Kenapa dia belum datang juga?" gumam Sakura mengharapkan kedatangan Sasuke sedari pagi.
...
..
Sehari lewat di hari perjanjian dan Sakura masih bersabar menunggu. Tapi di hari ketiga, Sakura mulai uring-uringan.
"Kak Sasuke kenapa belum datang? Apa dia lupa?"
Sakura berjalan mondar-mandir di sekitar jendela. Menggigiti kuku jarinya, cemas dan mulai khawatir.
"Ya. Dia mungkin sudah melupakanmu. Atau orang itu terkena penyakit dan mati sebelum sempat meminta rambutmu," sahut si kembaran berkata sesukanya.
"Jangan bicara sembarangan!" Sakura lama-lama kesal juga mendengar kata-kata pedas yang selalu dilontarkan Saki dan dibalas dengan kedikkan bahu tidak peduli.
..
.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pink Hair Princess
FanfictionBegitu bosan kehidupan yang dijalani Sakura dalam jeruji tak kesat mata. Tak dapat melihat indahnya pemandangan matahari pagi di sela-sela pegunungan atau udara segar di bawah rindangan pohon. Sakura bahkan tak punya teman banyak. Hanya Sasukelah sa...