live a little [ • trsr ]

[hjw] - semesta bulan bintang ; stargazing.

star-gazing

Jam digital yang tertera di ponsel menunjukkan pukul sembilan lewat tujuh malam, Haruto yang beberapa saat lalu terima pesan dari Jeongwoo kini telah terduduk di rooftop rumah sahabatnya.

Secangkir kopi yang masih mengepul uapnya ia genggam di tangan kanan, sedangkan tangan kirinya menopang beban tubuhnya. Beralas karpet bulu biru dan beberapa bantal sofa, keduanya sibuk nikmati semilir udara malam yang sedikit dingin bercampur rasa gerah hingga buat keduanya tak segan hanya gunakan kaus panjang dan celana training.

Langit malam ini pun cukup bersahabat hingga konstelasi bintang di atas sana dapat terlihat jelas. Buat yang lebih muda senang bukan main sebab dapat tatap cakrawala sepuas yang ia mau.

Tapi sepertinya berbeda dengan atensi milik pemuda Watanabe yang justru tak dapat lepas dari sosok yang tengah berceloteh tak tentu arah di sebelahnya itu. Lelaki manis yang menjadi tetangganya sedang menatap hamburan bintang di langit, sesekali tunjuk ke atas berusaha untuk buat rasi bintangnya sendiri. Sesekali juga dirinya memberengut ketika awan menutupi bintang yang tengah ditunjuk. Haruto sendiri hanya tersenyum kecil, pemandangan di hadapannya sungguh bagai cipta karya terindah dari Tuhan yang diberikan hanya untuknya.

Buat ia tak fokus hingga tanpa sadar si manis yang tadi sibuk uraikan perihal segala ilmu astronomi yang ia tahu kini ganti berbalik tatap dirinya untuk lontarkan pertanyaan. Buat ia tergagap sebelum kuasai diri.

"Haru tau gak kenapa Venus dibilang Bintang Kejora?" tanyanya. Haruto hanya menggeleng pelan, tak ingin beri jawaban sebab ia tahu jika Jeongwoo akan sukarela untuk menjawab sendiri. Sedangkan si penanya kembali pusatkan perhatiannya ke atas sana sebelum mengeluarkan suara lagi.

"Karena dia sering kelihatan waktu pagi dan itu terang banget, kayak bintang makanya dinamain Bintang Kejora." jelasnya sesuai dengan dugaan Haruto.

"Oh ya?" Jeongwoo mengangguk mantap.

"Iya. Tapi Haru, kenapa ya orang-orang sering bilang, if you were earth, i wanna be your sun. Padahal artinya si Bumi harus bersaing sama planet yang lain buat dapat cahayanya? Kenapa gak bilang aja, if you were earth, imma be your moon," ujarnya mengutarakan pendapat, sedangkan Haruto yang mendengar hanya mengangkat alisnya tanda tertarik dengan obrolan. Paham jika si manis sedang gunakan perumpamaan yang kadang ia suka tak habis pikir.

"Why should be the moon, tho?" tanyanya.

"Bulan kan cuma satu punya bumi, so they don't have to compete with others. Iya kan?" ujarnya memastikan, Haruto akhirnya mengangguk paham. Tangan kirinya kini beralih mengusak surai lembut milik Jeongwoo, lalu turun ke pipi gembilnya. Ia rasa sedikit terkagum dengan isi kepala yang diam-diam ia taruh rasa itu. Maka tanpa ragu akhirnya menanyakan hal yang buat sosok di hadapannya tertawa kecil.

"Kalau gitu, which one you want to be? My sun or my moon?" Jeongwoo hanya melempar senyum, lalu pandang lagi gemintang di cakrawala sembari berujar pelan.

"Star, I'll always be your star, Haru."

✧ jeongwoo chose to be the star ; which means dia hanya ingin jadi satu dari sekian banyak manusia yang mengisi hari milik Haru tanpa mengambil peran penting di dalamnya. or in short, jeongwoo just wanted to be haru's friend, but haru wants him to be the center of his life as the moon or the sun.

— hane.