[hsk] - hujan dan peluk.

174 15 0
                                    

Hujan dan Peluk

Sore itu rintik hujan basahi setiap sudut kota, biarkan tanah dan jalanan berubah basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu rintik hujan basahi setiap sudut kota, biarkan tanah dan jalanan berubah basah. Hyunsuk mendengus, merutuk pada nasibnya yang tak lebih dari sial hari ini; sudah dihabisi oleh omelan dosen dan rekan sekelompoknya saat kelas siang tadi, sekarang ia masih harus berdiri di lobi fakultas guna menunggu hujan reda. Rasanya tak ada hal lain selain kata serapah yang ingin dikeluarkan. Tapi lagi, hanya ditelan mentah sebab masih cukup waras dirinya.

Alhasil, yang dilakukan si manis sekarang adalah menatap ujung sepatunya yang basah terciprat air yang jatuh ke tanah. Agak menyesal sebab tak mengindahkan saran kekasihnya untuk membawa payung kecil yang selalu tergantung di sebelah pintu, berkata seolah ia percaya bahwa langit akan tersenyum cerah hingga mentari kembali pada peraduan. Tapi lagi dengusan ia lepaskan, lantas menatap langit yang semakin gelap dan hujan masih sama derasnya.

Ponsel pintarnya sudah mati sejak dua jam lalu yang buat ia tak bisa hubungi kekasihnya guna minta bantuan. Sedari tadi pula ia berniat ingin menerjang, tapi sudah pasti flu esoknya. Maka ia hanya berharap Tuhan beri kebaikan untuk hentikan hujan sejenak hingga ia dan dua orang lainnya bisa berlari keluar area kampus.

“Capek, pengen pulanggg.” Hyunsuk merengek kecil, bibirnya ia kerucutkan kesal. Hujan masih saja deras tapi ia sudah pegal setengah mati. Rasanya ingin segera pulang, lalu mandi dengan air hangat dan minta Jihoon—kekasihnya—untuk peluk guna hilangkan rasa lelah yang mendera. Tapi, langit sepertinya masih enggan berbaik hati.

“Terobos aja kali ya?” Hyunsuk mencebikkan bibirnya, tangannya terulur menadah air sembari menimang sekali lagi niatnya untuk terobos derai yang ada.

“Ah, udahlah!” putusnya lantas dengan nekat berlari menerobos derasnya hujan. Menapakkan tiap langkahnya di atas genangan air kotor dengan telapak tangan yang sibuk lindungi helai rambutnya dari tetesan air; namun sia-sia saja rasanya.

Tiga menit setelahnya Hyunsuk sampai di halte terdekat dari kampus. Ia lekas usak rambut dan jaket denimnya yang setengah basah. Tak lama berselang, bus terakhir datang. Hyunsuk langsung bergegas naik kemudian duduk di bangku samping jendela, menatap rinai hujan yang sudah tak sederas sebelumnya.

Perjalanan yang ditempuh pun tak begitu lama, begitu sampai di pemberhentian dekat gedung apartemennya, Hyunsuk segera berlari turun menembus gerimis dan masuk pada gedung tinggi tempatnya tinggal.

“Sebentar!” Hyunsuk baru saja
masuk ke dalam kamar sewanya saat Jihoon terlihat hendak menegurnya dari balik pintu. Si anak semester enam itu segera berlari cepat ke arah kamar mandi setelah menyambar mantel mandinya dan bergegas membersihkan diri. Jihoon sendiri menelan niatnya untuk menegur dan berakhir gelengkan kepalanya heran.

Lima menit setelah itu akhirnya Hyunsuk keluar, dengan rambut basah segera menyusul Jihoon yang duduk di depan televisi dengan monitor laptop yang menyala. Menyadari kehadiran sosok lain di sebelahnya, Jihoon segera menoleh dan mendapati kekasihnya di sana.

“Siapa suruh nerobos hujan kaya gitu?” tegur Jihoon sembari mengambil alih handuk di tangan Hyunsuk; ganti mengusak rambut basah kekasihnya.

“Gak ada. Lagian lama banget ga reda reda, ya udah terjang aja,” balas Hyunsuk sambil mencebikkan bibir yang dibalas dengan cubitan pelan di hidung oleh Jihoon.

“Lain kali telfon aku, jangan kaya gini. Aku masih ngira kamu ada kerja kelompok, taunya nunggu hujan.” Hyunsuk mengangguk dengar teguran dari yang lebih muda. Dengan muka ditekuk penuh rasa bersalah, ia tatap Jihoon di hadapan.

“Iya, maaf. Aku gak bisa ngabarin kamu soalnya hp aku mati tadi tau. Aku juga udah keburu capek, ya udah terjang aja. Tapi Jihoon, sekarang aku boleh minta peluk? Aku pusinggg.” Jihoon dibuat terkekeh kecil, ia mengecup kening si manis lalu tanpa banyak ucap memilih bangkit sembari angkat tubuh yang rasanya tak lebih berat dari sekarung beras itu ke dalam gendongan.

Hyunsuk yang diperlakukan begitu hanya menaruh dagu pada pundak lebar Jihoon, menghirup wangi yang buat dirinya tenang. Tapi tenang miliknya hanya bertahan sebentar sebab Jihoon sudah baringkan dirinya pelan di ranjang untuk kemudian si lelaki menyusul berbaring di sebelahnya.

Jihoon tanpa banyak bicara menarik Hyunsuk ke dalam pelukan, tangan kirinya yang dijadikan bantal ia bawa untuk mengelus punggung sempit milik Hyunsuk. Yang diperlakukan begitu memilih masuk lebih dalam pada peluk hangat milik Jihoon. Berbagi rasa hangat satu sama lain.

Hyunsuk suka, amat suka pada hangatnya peluk kekasihnya. Apalagi saat helai rambutnya diusap lembut sambil dikecupi pelan seperti saat ini. Hyunsuk jatuh terbuai rasanya.

“Masih dingin?” Jihoon bertanya yang disambut anggukan.

“Kalo gitu aku mau ke dapur dulu bikin minum, kamu mau susu apa teh?” tanyanya pada yang lebih tua. Yang ditanya hanya tatap dengan cengiran lucunya.

“Mau Jihoon aja,” katanya. Jihoon mengerling, berusaha abai pada Hyunsuk yang coba goda dirinya.

“Susu apa teh, sayang?” Lantas akhirnya ditekankan lagi pertanyaannya. Hyunsuk terlihat menggerutu sebentar sebelum menjawab.

“Susu,” tukasnya dengan bibir dikerucutkan lucu. Jihoon lihatnya hanya usap rambut kekasihnya dengan lembut.

“Ya udah tunggu dulu. Jangan cemberut gitu, mau aku cium ya?” goda Jihoon yang justru tanpa ragu disambut binar antusias dari Hyunsuk.

“MAU!” seru kekasihnya. Jihoon menggeleng, bangkit dengan senyum mengejek.

“Aku ke dapur aja,” katanya lantas berlalu dari sisi tempat tidur kemudian melangkah ke luar dari kamar keduanya; meninggalkan kekasihnya yang kesal habis dikerjai.

“IH JIHOOON! AKU MASIH MAU PELUK SAMA CIUM!” tapi di balik pintu, Jihoon hanya menarik bibir penuh senyum.

“IH JIHOOON! AKU MASIH MAU PELUK SAMA CIUM!” tapi di balik pintu, Jihoon hanya menarik bibir penuh senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

annyeonghaseo, yeorobun.

-hane.

live a little [ • trsr ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang