[hjw] - semesta bulan bintang ; night ride.

570 71 3
                                    

Night Ride

Night Ride

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan apa yang telah direncanakan, Haruto dan Jeongwoo kini sudah berada di atas motor KLX hitam milik pemuda Watanabe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai dengan apa yang telah direncanakan, Haruto dan Jeongwoo kini sudah berada di atas motor KLX hitam milik pemuda Watanabe. Motor kesayangannya itu ia pacu pelan untuk pergi ke angkringan yang Jeongwoo sarankan sembari nikmati angin malam.

Tangan yang lebih muda melingkar apik di perut sahabatnya, dilanjut senandung lagu lawas yang dinyanyikan dengan nada sumbang khas keduanya.

Pun mereka tertawa saat sesekali saling lemparkan guyonan di lampu merah, merasakan rasanya menjadi yang terbahagia satu semesta. Bahkan ketika lampu berubah hijau dan dengan isengnya Haruto tarik gas dengan kencang, yang terdengar hanya tawa keduanya sebagai tanda mereka nikmati perjalanan.

Lalu setelah dua puluh tiga menit lamanya mereka berkendara, tenda jingga dengan sablon bertuliskan Angkringan Bu Aya akhirnya terlihat oleh mata. Lelaki jangkung itu parkirkan motornya, menunggu si manis turun lalu serahkan helm hitamnya pada Haruto. Setelahnya kedua insan itu berjalan masuk ke dalam tenda yang cukup luas untuk ukuran angkringan itu.

"Haru mau apa?" tanya yang lebih muda saat lihat berbagai macam makanan tersaji dan siap untuk dipesan. Matanya berbinar, apalagi saat tatap berbagai macam sate di atas piring.

"Aku nasi teri sama sate usus aja dua, kamu apa?" si pemuda Watanabe kembali bertanya, Jeongwoo hanya diam sambil mengetukkan jarinya ke dagu.

"Mau nasi tempe orek aja, tapi aku boleh beli sate telur puyuh gak?" Jeongwoo menatap Haruto dengan wajah memelasnya, buat yang ditatap terkekeh pelan.

"Boleh kok, satu aja tapi ya?" binar bahagia terpasang, si manis mengangguk lalu dengan senangnya mulai ambil pesanan untuk keduanya. Haruto tak dapat untuk sembunyikan senyumnya, rasanya begitu bahagia ketika yang statusnya sahabat itu tersenyum senang karenanya.

Lalu sehabis membayar dan memesan teh hangat, Haruto mengajak Jeongwoo untuk duduk di bangku paling ujung. Malam itu tak begitu ramai sebab terlalu sore untuk para penikmat angkringan datang berkunjung. Keduanya tentu senang karena tak perlu buru-buru habiskan makanannya.

"Haru, cuma perasaan aku atau rasanya lebih enak yang ini daripada yang di dekat kampus dua?" Jeongwoo berbisik pelan, Haruto yang sedang menyuap nasi lalu mengunyah lamat-lamat, berusaha bandingkan rasa dengan angkringan langganan mereka.

"Sama aja, Woo? Sama-sama enak." jawab Haruto, Jeongwoo hanya mendengus pelan.

"Haru payah enggak bisa bandingin rasa." protes si manis yang dibalas dengan suara tertawa kecil.

"Iya deh inspektur makanan, jadi habis ini mau kemana nih?" Haruto bertanya setelah menghabiskan dua bungkus nasi, menyisakan Jeongwoo yang bahkan belum habis.

"Kemana aja, aku pengen nikmatin angin malam." jawabnya, Haruto mengangguk. Setelah habiskan semua hingga tandas, keduanya bangkit lalu berjalan kembali ke tempat parkir.

Perjalanan mereka berlanjut, kali ini benar-benar tanpa arah. Haruto hanya ikuti kemanapun motornya ingin melaju, sedangkan penumpang di belakangnya pasang ekspresi senang. Masih dengan tangan yang dilingkarkan di perut lelaki di depannya, juga senandung yang kini beralih pada lagu indie dari penyanyi lokal yang ia tahu. Apalagi saat hembusan angin malam yang menerpa wajahnya, rasanya begitu ia nikmati.

"Haru aku seneng bangeeet!" Jeongwoo berteriak sedikit lantang saat melewati jalanan yang cukup sepi. Haruto tentu pasang senyum bahagia dengarnya.

"Kamu seneng kenapa?" tanya Haruto sembari tangan kirinya mengelus pelan tangan yang lebih kecil, buat Jeongwoo ganti eratkan pelukannya. Ingin hati bersyukur, karena rasanya mana bisa ia tukar kebahagiaan lelaki terkasihnya itu dengan hal lain jika begini. Bahkan kalau bisa ia ingin lakukan segala hal asal yang tengah peluk ia dengan erat itu selalu dalam keadaan bahagia. 

"Seneng aja! Kayaknya aku gak butuh alasan deh? Pokonya seneng aja aku bisa jalan-jalan malem kayak gini. Makasih ya, Haru?" ucap pemuda Park itu, Haruto mengangguk samar. Tahu jika momentum seperti ini jarang bisa dilakukan sebab biasanya mereka hanya terjebak obrolan di rooftop sembari nikmati langit malam. Yang lebih tua mengelus pelan lutut lelaki di belakangnya saat menunggu lampu berubah hijau. Menyisakan desiran aneh yang tiba-tiba saja muncul.

"Apapun buat kamu, Woo." kata lelaki berdarah Jepang itu terdengar tulus. Jeongwoo yang dengar hanya menumpu dagunya di bahu sahabat sejak kecilnya itu. Bergumam pelan yang mungkin hanya dapat didengar oleh angin yang menjadi saksi bisu jika malam itu, untuk kali pertama, Jeongwoo takut kehilangan Harunya.

'Haru, kalau nanti kamu temukan bulanmu, tolong jangan lupakan aku, ya?'

part 2 dari semesta bulan bintang!ini harusnya ada part 3 tapi mangkrak karna belum nemu ending, kata kalian mereka bakal pacaran apa gak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

part 2 dari semesta bulan bintang!
ini harusnya ada part 3 tapi mangkrak karna belum nemu ending, kata kalian mereka bakal pacaran apa gak?

— hane.

live a little [ • trsr ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang