Dua orang remaja menepikan diri berteduh di sebuah warung penjual bakso. Tampak mereka menikmati makanan yang terhidangkan. Namun dari raut wajah tampak adanya rasa kecewa. Hujan sore ini seolah menjadi pengiring perasaan yang di alami. Bukan suatu hal yang buruk juga, meskipun begitu mereka tetap bisa bersama.
"Tadi kamu kebasahan nggak Syer? Maaf ya harusnya kita ke bioskop tapi malah ke tempat ini." Penuturan yang terlihat menyesal dari lelaki dihadapannya.
"Nggak kok, tenang aja," balas Syerine.
"Kalau bukan gara-gara aku yang ketinggalan tiket bioskop. Pasti kejadian ini nggak akan terjadi," keluhnya.
"Lain kali kamu harus lebih teliti lagi. Aku nggak papa kok, asal kita masih bersama semuanya akan baik-baik aja." Mendengar perkataan dari Syerine, lelaki itu menyunggingkan senyuman.
-
Cuaca tampak mendung ketika diperjalanan menuju bioskop. Tetapi mereka begitu menikmati angin sore yang sepoi-sepoi. Setibanya di tempat bioskop Cinema XXI. Mereka sudah mengantri untuk masuk ke ruangan. Ketika itu Jeffine mencari keberadaan tiket yang sudah dibeli Kakaknya. Namun usahanya nihil karena dia baru teringat jika tiketnya tertinggal di atas kasur saat dia mengenakan jaket. Mungkin karena saking senangnya mengenakan jaket pemberian dari Syerine. Hingga dia melupakan tiketnya begitu saja.Jeffine dengan tatapan memohon, "Syer."
"Iya Jeff kenapa?" jawab Syerine disampingnya.
"Tiketnya ketinggalan," ujar Jeffine pelan dan Syerine hanya terkekeh menatap dia, rupanya sudah menduga dari gerak-gerik anehnya tadi.
"Iya udah kita beli tiketnya aja lagi."
Seorang pegawai di tempat itu tiba-tiba menghampiri mereka yang sebelumnya keluar dari barisan antrian.
"Ada yang bisa saya bantu Dek?" tanyanya kepada mereka.
"Jadi gini mas, tiket kami tertinggal di rumah. Apakah masih bisa kalo kita mendadak beli?" ucap Syerine memberitahu.
"Oh maaf ya Dek tiketnya sudah habis terjual, kebetulan ini film tayang perdana jadi harus beli sehari sebelumnya." Mereka saling memandang lalu memilih untuk kembali ke rumah karena cuaca yang sudah mulai merintik hujan.
Sepanjang perjalanan pulang, Jeffine terus-menerus meminta maaf kepada Syerine. Karena kecerobohan dirinya yang membuat harapan menjadi pupus. Kini hujan sudah mengguyur cukup deras jalanan ini. Mereka sepakat untuk berteduh di warung bakso. Kebetulan juga mereka merasa kelaparan.
-"Aku mau beli wedang jahe di sebrang sana Jeff. Tunggu dulu sebentar ya," ucap Syerine bangkit dari duduknya.
Jeffine mencekal lengan Syerine, "biar aku aja yang belikan."
"Deket kok Jeff, aku bisa sendiri," tolaknya lembut.
"Ya udah kamu hati-hati ya." Syerine mengangguk dan dia meminjam payung pada si penjual bakso yang kebetulan payung itu tersedia di sana.
Beberapa menit kemudian ketika Syerine ingin membayar minuman yang dibelinya. Dia baru tersadar jika dompetnya tertinggal di tempat penjual bakso itu. Dia bergumam kesal jika mungkin dirinya sudah tertular oleh Jeffine yang kurang teliti seperti ini. Menyebalkan!
Baru saja Syerine akan berbalik badan ingin mengambil uang. Tetapi seorang lelaki disampingnya tiba-tiba membayarkan apa yang dibelinya.
"Punya dia total harganya berapa Pak?" tanyanya pada si penjual wedang jahe.
"Beli dua cup jadi harganya sepuluh ribu Mas," jawab si penjual tersebut.
"Mas nggak perlu, nanti saya malah punya hutang." Syerine mendongakkan kepala melihat dengan jelas lelaki yang mengenakan jas hujan biru dongker hingga menutupi kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Langkahku
Teen FictionBismillah |First Story| [Hargai karya penulis dengan follow akun, vote, komen, dan share cerita ini] 'Pencarian Jati Diri Demi Mengejar Pencapaian Hingga Mengorbankan Perasaan' Sebuah pengharapan yang begitu besar dari orang tuanya. Menuntut Syerin...