Syerine bersiap untuk berangkat ke sekolah. Tapi kali ini ia sedang mager berangkat mengendari motor sendiri. Ia jadi di antarkan Mama Papanya ke sekolah menggunakan mobil. Kebetulan searah dengan jalan orang tuanya bekerja.
"Kenapa kamu ga bareng Jeffine aja Syer," ucap Papa—Abilla membuka pintu mobil.
"Ngga ah ga enak juga takut ngerepotin," Syerine segera memasuki tempat duduk mobil bagian tengah.
"Udah lah Pa. Buruan kita berangkat aja Mama udah telat nih," ujar Mama—Syalsa yang sudah stay di dalam mobil.
Syalsa bukan seorang ibu rumah tangga, ia wanita karir yang mempunyai butik sudah bercabang di beberapa kota. Sedangkan Abilla itu seorang pegawai pajak di lingkungan ditjen perpajakkan di dalam negeri.
Sesampainya di sekolah, Syerine kemudian berpamitan kepada kedua orang tuanya. Terlihat dari kejauhan Kak Rafa akan datang menghampiri. Syerine seketika langsung saja pergi berlari menuju kelasnya menghiraukan kedatangan Kak Rafa.
"Syer, kamu kenapa?!" teriak Kak Rafa setelah Syerine pergi menjauh darinya.
Syerine tak merespon apapun tetap beranjak ke kelasnya dengan rasa malas.
"Hai Syer, tumben datang sendirian?" Elma baru tiba di kelas dari kantin bersama Risya. Syerine hanya terdiam sibuk menatap ponselnya.
"El udah biarin aja jangan ganggu," bisik Risya membuat Syerine jadi menoleh.
"Adduh kalian dari mana aja tumben baru datang," Syerine bertompang dagu.
"Eh Syer kamu ini kenapa, di tanya malah balik nanya," Elma mengernyit.
"Kita dari kantin tadi habis sarapan Syer," Risya mengusap perutnya memeragakan dirinya kenyang.
"Oh gitu ya maaf deh heheh," Syerine kembali menatap ponselnya.
Beberapa saat kemudian Yuna dan Maya masuk ke kelas dengan bercucuran keringat kelelahan. Mereka melihat situasi kelas begitu hening. Temannya sibuk dengan ponsel masing-masing kecuali dengan Risya yang baru jam segini sudah memejamkan matanya.
"Hee kalian ga nanya kenapa kita baru datang," Yuna menghembuskan nafas panjang setelah duduk di bangkunya.
"Eh kalian baru datang kenapa sampe segitunya," Elma terkekeh kecil.
"Minum dong minum minta buruan haus nih," teriak Maya gaduh. Syerine tersadar ketika botol minumnya di ambil paksa oleh Maya.
"Ih santay dong May, bilang dulu napa kalo mau minta minum," Syerine mendengus kesal.
"Yampun Syer daritadi juga udah bilang," Maya langsung meneguk air tersebut dengan cepat.
"Ini gara-gara Maya motornya kehabisan bensin segala," Yuna mulai bercerita sambil mengibaskan kerudungnya terasa gerah. "Mana pom bensin jauh lagi, jadi kita dorong motor dulu deh."
"Sumpah ga inget banget Yun kalau belum isi bensin. Yaudah sih sama-sama capek ini," Maya mengelap mulutnya yang basah itu kemudian mengembalikan botol minum milik Syerine. "Lagi ngapain sih sibuk main ponsel terus Syer?"
"Dari awal datang ke kelas juga dia udah kayak gitu kali May," Elma menggerutu.
Syerine tetap tidak mempedulikan perkataan temannya. Tak lama kemudian seorang laki-laki bertubuh tinggi putih, rambut yang seperti landak menjulang tegak ke atas memasuki kelas. Syerine langsung saja mengahampiri tempat duduk lelaki itu, yang membuat teman-temannya jadi melongo kebingungan.
"Heh ada apa dengan kamu sebenarnya? Jangan kayak gitu dong kalo ga suka bilang?!" Syerine menggebrak meja Jeffine. Murid di sekelilingnya menjadi tertuju menatap mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Langkahku
أدب المراهقينBismillah |First Story| [Hargai karya penulis dengan follow akun, vote, komen, dan share cerita ini] 'Pencarian Jati Diri Demi Mengejar Pencapaian Hingga Mengorbankan Perasaan' Sebuah pengharapan yang begitu besar dari orang tuanya. Menuntut Syerin...