03

42 22 10
                                    

Di apartemen nomor 521, Jaemin kembali dengan raut wajah kesal nya pemuda itu harus diberi pelajaran tidak tau saja siapa dia, begitu pikirnya.

"Lo juga salah, Jaem. Disini kita gak bisa salahin korban," ucap Jeno kembali berjalan luar.

Jaemin menatap saudaranya itu. "Gue gak suka ya disalahin kayak gitu." ucapnya seraya membuka botol minuman kesukaannya, teh yang ada pucuknya itu loh.

Jeno menghiraukan perkataan Jaemin dan keluar, tentu saja menjemput adiknya yang dibawa tetangga sebelah, Jisung.

Melihat perginya Jeno, Jaemin membuka ponsel dan terlihat ingin menghubungi seseorang.



































"Next siapa?"








































































"Santai aja, kita gak bakal bunuh lo kok." sahut Renjun membuat Jisung mengangguk, dia percaya kok.

"Gila ya itu anak yang namanya Jaemin, itu kesannya dia nyalahin korban mana nyolot banget lagi kan?" cibir Kun membuat Jisung menunduk, kasian kakaknya.

"Itu juga yang namanya Ten, kasar banget kayaknya,"

"Berisik kak, ada tamu loh." ucap Chenle seraya membawa nampan berisi minuman dan snack keripik kentang kesukaannya, hayo tebak?

Kun menoleh kearah Jisung dan menghampirinya. "Lo tau sesuatu tentang kakak lo itu? Jaemin." tanya Kun membuat Renjun menyenggol sikutnya.

"Jangan nanya dia dong, kak."

Jisung sendiri gelagatan, dia kan gak tau apa apa, eh tapi?

"Kak Jaemin, orang baik kok tapi-"

BRAK!

Chenle tersentak hampir saja menjatuhkan gelas plastik yang dipegangnya.

"Gak usah banyak nanya ke adik gue, bisa? Manfaatin adik gue lo pada?"

Renjun menatap Jisung, mengkode pemuda itu untuk segera membawa sang kakak nya keluar, kesannya ngusir gak sih?

"Saudara lo itu mencurigakan, gimana Kalo ternyata dia-"

"Ada bukti gak?!" potong Jeno sebelum akhirnya menarik sang adik keluar dari sana, ditarik terus kasian.

Renjun menghela nafas "Lain kali jangan nanya ke Jisung lagi, kasian dia." sahutnya.

Kun menoleh "Lo gak curiga ke Jaemin? Gue tau lo masih selidikin kasus ini kan?" tanya nya.

"Gue rasa ada yang neror kita, buktinya kamar tamu kenapa bisa ada darah gitu?" sahut Kun membuat Renjun menatapnya.

"Kamar tamu ada darah?"

Chenle mengangguk "Kemaren, kata kak Kun biarin aja gak usah dibersihin. Mana bau banget lagi!" cibirnya kesal sebab kamarnya berada disampingnya.

"Mungkin gak itu kode dari si pembunuh itu? Kemaren pas lo nyelidikan kasus pembunuhan dilantai bawah, lo bilang ada darah yang udah lama kan dikamar si korban?" tanya Kun.

"Kita mau dibunuh kak?!" teriak Chenle panik pasalnya dia belum jadi seorang Gamer terkenal.

"Tetap jaga diri, gue gak yakin kita baik baik aja besok." kata Renjun membuat Chenle makin panik.





























































"Gue ngerasa kalo pembunuhnya itu lagi dideket gue sekarang tau gak sih?"

Johnny menatap datar pada pemuda itu "Lo nuduh gue ya?" tanya nya pasalnya kan cuma dia yang berada didekatnya kini.

Taeil menatap Johnny dengan curiga "Lo... ngerasa?"


































































"AARRGGGHHH!"

[✓] Killer | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang