epilog

1.1K 186 35
                                    

Havya dibuat jengah melihat kelas Juan yang sedang melakukan pelajaran olahraga, lebih tepatnya jengah dengan para penggemar Juan yang bertambah usai mengikuti olimpiade

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Havya dibuat jengah melihat kelas Juan yang sedang melakukan pelajaran olahraga, lebih tepatnya jengah dengan para penggemar Juan yang bertambah usai mengikuti olimpiade.

"Teriak orang mah, Juan udah punya gua." ledek Jihan.

Havya mengaduk jus melon nya kesal, "Gak usah bahas itu."

"Lah kan emang Juan hak milik lo, ada yang salah dari ucapan gua?"

"Belum jadian soalnya." sahut Hawa.

"Tapi lo gak pulang ke apartement gua kemarin, ngapain aja lo sama Juan?" sambung Hawa.

"Merayakan sesuatu."

"Oh olimpiade?"

"Hm." Havya mengangguk saja, daripada urusannya panjang karena bongkar tanggal ulang tahun Juan kan bahaya, "Btw wa, lo sama Haga gimana?"

"Masih om ponakan zone." celetuk Jihan.

"Lo sendiri gimana anjir sama Justin?" tanya Hawa.

"Its not your business." Jihan menjulurkan lidah, meledek Hawa yang sontak mendapat tabokan, "Santai elah bocil."

"Ajel kenapa gak masuk sih? Bisa-bisa gila gua seharian bareng lo berdua." ujar Havya

"Lah kita bertiga kan emang gila." balas Hawa.

Secara tiba-tiba mereka dibuat menjerit karena ledakan dari salah satu kedai. Orang-orang berbondong-bondong keluar dari kantin. Mereka bertiga yang duduk di dekat kedai tersebut terkapar dilantai dengan ringisan yang keluar dari bibir masing-masing.

"Jangan lari-larian tolong! Nanti gua ke injek!" teriak Hawa.

"Havya Larissa! Are you okay?!" Jihan mengecek Havya yang terus memegang kepalanya karena terbentur meja, darah keluar karena baretan dari garpu di pipi.

"I'm okay."

"Ayo keluar."

Mereka bertiga keluar tergopoh-gopoh, apalagi di dorong oleh orang-orang dibelakang, membuat Hawa mencak-mencak.

"Pia!"

Havya terdorong hingga membentur tiang penyangga koridor, dia meringis nyeri memegangi dahinya, awalnya biasa saja sampai dia melihat tiang tersebut ada bercak darah, sontak saja rasa perih terasa.

"Aduh dahi sama pipi lo." Hawa berjongkok panik, sementara Jihan berusaha berjaga disamping Havya agar tidak terdorong lagi.

Mereka tentu saja khawatir, kondisi Havya belum sepenuhnya baik, Hawa juga masih sering mendengar tangisan Havya dengan menyebut orang tuanya.

"Havya!"

Juan berlarian bersama dengan ketiga temannya panik, dia berjongkok mengecek keadaan Havya, "Gua gendong ke UKS."

16.45 | jungwon - hyewon (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang