Hargai mereka yang masih berada di sisimu. Karena belum tentu hari esok kalian dapat bertemu.
-Januari
***
Aran
Nu.
Kenapa?
Dimana?
Ibu marah lagi ke gue
Sekarang gue di rumah sakit
Kamu kenapa lagi emang?
Gue pikir dengan berani bilang ke mereka kalau gue gak takut semua udah beres.
Tapi mereka gak terima dan pukulin gue gitu aja.
Gue harus bilang apa?Jujur ke Ibu
Kamu pasti bisa
Ibu udah gak percaya sama gue lagi
Ngiranya gue masih main balap liar ituYaudah tunggu
Aku ke rumah sakit sehabis beberes dari sekolah
Kirim tempatnya di manaIya.
*Read*
Janu menghela napas setelah mengakhiri percakapan dengan Aran. Melihat temannya yang memasang wajah serius membuat Leo mengernyit.
"Lo kenapa, Nu?"
"Ah, biasa. Anak dari Ibu panti lagi kena musibah," jawab Janu.
"Kok bisa?"
"Masalah pergaulan."
"Oh gitu. Lo mau sekalian bareng pulang?" tawar Leo seraya menyampirkan tasnya ke pundak.
"Gak usah makasih, kamu pergi aja duluan."
"Oke deh. Duluan ya gue," pamitnya bergegas ke luar pintu kelas. Janu pun masih membereskan alat tulis dari meja. Namun saat itu, tak sengaja matanya menoleh pada gadis di depannya yang juga sedang sibuk merapihkan peralatan tulis.
"Kenapa lihatin gue?"
Cowok itu pun segera mengalihkan tatapannya. Jujur saja, Janu tidak menyangka Lava bisa merasakan tatapan orang lain walaupun dia tidak melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Takut Mencintai
Fanfiction"Kamu gak punya malu, ya?" Laki-laki berbadan tinggi itu menatap risih pada seorang perempuan di hadapannya. Sedangkan sang empu, dia semakin menampilkan lesung pipinya, tersenyum manis pada si Janu-nama laki-laki tersebut. "Tapi gue suka gangguin...