"Hai, Janu!" sapa Lava ketika dia sampai di dalam kelas. Pemuda yang dipanggil itu tidak menyahutnya. Karena dia sedang asik bersama buku dan earphone nya.
Lava berdecak melihat hal itu. Dia akhirnya menyerah dan menduduki bangkunya. Tapi tanpa sepengetahuan Lava, Janu melirik sebentar sebelum kembali menatap buku.
"Halo juga," sahut Janu. Membuat gadis di depannya langsung menghadap penuh ke arahnya.
"Tumben."
"Aku lagi gak mau diajak ngobrol."
"Kenapa? Risih sama gue ya?" tanya Lava penasaran.
"Belajar, hari ini ada ulangan sejarah kamu lupa?" balas Janu.
Mendengar itu Lava melebarkan matanya. Dia mengecek ponselnya untuk melihat jadwal ulangan di dalam kalender. Benar saja, dia lupa jika hari ini ada ulangan harian di dua mata pelajaran.
Lava menepuk jidatnya ketika melupakan hal itu. "Aduh, iya bener. Masih ada waktu gak ya buat belajar," paniknya.
"Masih."
"Oke deh, gue belajar juga!"
Kini kedua murid itu mulai fokus pada buku di depan meja. Lava sengaja membaca materi bersama di meja Janu. Untungnya, cowok tersebut tidak mengusirnya agar kembali.
"WO—"
"Sssttt!"
Baru saja Leo memasuki kelas, semua murid langsung membungkamnya agar tidak berteriak. Membuat cowok itu mengulumkan bibirnya. Dia pun dengan cepat berlari ke tempat duduk. Matanya menemukan pemandangan yang tidak biasa di sampingnya.
"Kalian belajar?"
"Pak Suga gak suka kalau mata pelajarannya banyak yang remed. Makanya sebisa mungkin gue harus bisa di atas KKM," ungkap Lava tidak menatap Leo.
"Gawat nih," resah Leo seraya menoleh pada pemuda di samping.
"Gak ada contekan kali ini. Usaha sendiri," ujar Janu yang sudah paham dengan tatapan Leo dari ekor matanya.
"Ah! Gak seru lo."
"Kamu yang gak tahu diri."
Leo mendengus sebal. Mau tak mau, dia pun juga ikut membuka bukunya untuk yang pertama kali. Janu sengaja tidak memberikan secara cuma-cuma pada cowok itu. Padahal, Leo termasuk murid yang berprestasi. Hanya saja dia suka malas berpikir jika waktunya sudah mepet. Alhasil Janu pun membantunya memberi petunjuk jawaban walau sedikit.
"Awas kalau nanti gue bisa dapet nilai di atas lo. Pokoknya lo harus traktir gue di kantin," tukas Leo.
"Kita lihat aja." Janu tersenyum. Membuat Lava yang tak sengaja melihat itu terpana.
"Gue juga mau," ucapnya tiba-tiba.
Janu menatapnya. "Kamu?" tanya cowok itu yang langsung mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Takut Mencintai
Fanfiction"Kamu gak punya malu, ya?" Laki-laki berbadan tinggi itu menatap risih pada seorang perempuan di hadapannya. Sedangkan sang empu, dia semakin menampilkan lesung pipinya, tersenyum manis pada si Janu-nama laki-laki tersebut. "Tapi gue suka gangguin...