***
Janu datang ke sekolah tepat pada pukul 6 pagi. Dia mengendarai motor yang jarang dipakainya. Karena itu adalah pemberian Laura terakhir kali saat ulang tahunnya yang ke-15 tahun.
"Pagi Janu!"
"Pagi."
Sapaan dari beberapa siswi membuat dia mau tak mau membalasnya walau dengan menundukkan kepala. Janu memang sering mendapatkan perhatian, namun dia masih tidak nyaman karena itu.
"Terus ya, tadi gue pikir kucingnya mau nyakar. Ternyata dia minta makan sama gue!"
Pemuda itu menoleh pada suara yang datang dari samping koridor. Lava berjalan dengan kedua teman barunya. Entah kapan dia bisa langsung akrab dengan mereka, tapi satu hal yang Janu tahu kalau gadis tersebut memiliki sifat periang pada sesama.
"Oh iya, denger-denger lo deket sama anak yatim piatu itu ya?"
Lava mengehentikan langkahnya tatkala mendengar penuturan salah satu temannya. Tanpa sengaja pandangannya mengarah pada sosok Janu yang berdiri tak jauh di sana, menatapnya sebentar sampai akhirnya melenggang pergi seakan tidak peduli.
"Lav?"
"Ah, Iya. Dia punya nama dan panggilannya itu Janu," ucap Lava menoleh pada teman di sampingnya sambil tersenyum.
"Sorry, maksud gue juga gitu."
Lava terkekeh pelan. "Lain kali jangan panggil identitas pribadi orang sembarangan ya? Takutnya mereka gak suka," sindirnya.
Setelah mengatakan itu dia pun mengajak keduanya menuju kelas. Lava sengaja berbicara jujur agar orang yang meremehkan sesuatu tanpa tahu kebenarannya merasa malu pada dirinya sendiri.
Lava tidak menyadari bahwa seseorang di balik koridor kelas itu mendengar ucapannya barusan. Pemuda bernama Janu tersebut dibuat terdiam.
"Padahal mereka cuma mau cari perhatian sama kamu, Lav."
***
Leo memasuki koridor lantai 2 dengan gaya khasnya. Sesekali ia memutarkan kunci motornya di jari telunjuk untuk menunjukkan sisi Cool Boy pada setiap murid yang melihatnya. Memang jika sudah terlalu narsis ujung-ujungnya dia tidak akan memedulikan orang di sekitar.
"Loh, itu Janu 'kan?" ujar Leo saat tak sengaja matanya menemukan sosok Janu di depan. Pemuda itu mengernyit ketika melihat tingkah temannya yang aneh. Seperti orang yang mencoba sembunyi.
"Ja—"
BUGH!
Tapi belum sempat dia memanggil nama Janu, sebuah tinju melesat tepat di rahang kirinya. Seseorang memukul Leo dari arah samping tanpa sepengetahuan.
"INI BALASAN KARENA LO COBA DEKETIN CEWEK GUE LEO!"
"Wah? Apa-apaan ini woy! Gue salah apa sampai lo dateng-dateng nyari fitnah gini!?" sungut Leo yang berada di atas lantai. Dia tersungkur saat tinju itu mengenainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Takut Mencintai
Fanfiction"Kamu gak punya malu, ya?" Laki-laki berbadan tinggi itu menatap risih pada seorang perempuan di hadapannya. Sedangkan sang empu, dia semakin menampilkan lesung pipinya, tersenyum manis pada si Janu-nama laki-laki tersebut. "Tapi gue suka gangguin...