10. Masa Lalu

7 1 0
                                    

Masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan kehadirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan kehadirannya. Namun hanya diri kamu sendiri, yang mampu menghilangkan rasa sakitnya.


***

Leo memasuki salah satu perumahan elite di Jakarta. Setelah pintu gerbang itu terbuka, dia langsung memarkirkan kendaraan motor ninja hitamnya ke dalam garasi. Matanya melirik ke arah dua mobil yang selalu dipakai kedua orangtuanya. Mereka sudah tiba lebih dulu.

"Ck. Semoga gak diceramah," gumam Leo seraya melangkah masuk ke dalam pintu rumah. Saat itu, tidak ada siapapun di ruang tamu. Membuat Leo hanya mengedikkan bahunya, tidak peduli mereka berada di mana.

Namun baru saja satu langkah menuju anak tangga, Ayah Leo menegur pemuda itu hingga berhenti.

"Leo."

Dia membalikkan tubuh agar menghadap sang Ayah. Mata pria itu menghunusnya tajam membuat Leo menghela napas.

Mulai deh.

"Tadi Papa denger dari pihak sekolah kamu berantem lagi sama Kevin?"

"Emangnya kenapa? Dia yang cari gara-gara duluan sama Leo," balasnya.

"Lain kali Papa gak mau denger ini lagi. Kamu udah berapa kali dibilang jangan cuma bisa main doang di sekolah," tutur Ayahnya.

"Papa tahu apa si kegiatan aku di sana? Papa dengan enaknya bilang kalau Leo ini cuma main. Bahkan Papa sama Mama gak tahu kalau Leo berusaha mertahanin peringkat 10 besar di sekolah," sela Leo tidak terima.

"Leo. Papa lagi ngomong sama kamu jangan suka menyela."

"Aku capek, Pa. Mau ke atas," pamitnya.

"LEO!" Pria itu kembali menyeru namanya menciptakan bunyi gema di dalam sana.

"Jangan sampai kamu Papa keluarin dari rumah ini kalau sampai berantem lagi seperti di sekolah dulu."

Pemuda itu dibuat membisu. Bibirnya lalu tertarik menampilkan senyuman miring.

"Ternyata Papa masih aja gak percaya sama Leo," gumamnya.

"Apa kamu bilang?"

"Papa masih anggap aku cowok urakan? Iya 'kan?" Leo berbalik. Menatap sang Ayah dengan wajah kecewa. "Aku pikir Papa mau nerima aku di rumah ini lagi karena gak akan bahas hal itu di depan Leo."

"SEMBARANGAN KAMU! PAPA TERIMA KAMU DI RUMAH INI KARENA KAKAK KAMU YANG KHAWATIR!"

"Oh, jadi kalau bukan karena Kak Cintha Papa gak akan nerima Leo di sini?"

"LEO!"

"SEMUANYA GAK ADA YANG PERNAH PEDULI SAMA LEO 'KAN!? LEBIH BAIK AKU PERGI AJA KALAU GITU!"

"SILAKAN KALAU KAMU MAU KELUAR DARI RUMAH INI!"

Jangan Takut Mencintai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang