37. Teman lama

71 15 3
                                    

Hai sahabat sekalian, doakan Teruntuk, Ell Bares cepat end yaa, semoga aku konsisten nulisnya, seperti biasa jangan lupa vomentnya ya sahabat..

Enjoy the part
...

Ell berjalan melewati koridor bersama Putra, Arsen, serta Juna menuju kelas, mata Ell memicing melihat gadis yang sangat ia kenal bercengkrama bersama Bagas.

"Sen gua titip tas."

Tanpa babibu ia segera menyusul keduanya dengan langkah pasti.

"lah ngapa tu bujang?" tanya Arsen melihat Ell yang terkesan buru-buru.

"semacam memisahkan benalu dari inang nya mungkin?" kata Putra melihat dua orang yang menjadi tujuan Ell.

"Jun si putra ngomong apaan dah?"

"simbiosis parasitisme." jawab Juna.

"kok lu tau?"

"nakal boleh, bego jangan."

"Jun.." Arsen tidak menyangka kalimat itu dikatakan Juna kepadanya, ia kira Juna berbeda dengan dua sahabatnya, otak shaming.

Putra tertawa mendengar perkataan Juna, "bagus juga si Arsen rekrut lu" kata Putra merangkul Juna meninggalkan Arsen.

"lu berdua gua tandain ya. Awas aja lu berdua nyari-nyari gue, gue ngambek titik!"

...

Ell melihat Bagas ingin merangkulku dengan ragu, Ell segera masuk diantara aku dan Bagas langsung merangkulku di depan Bagas.

"ngapain lu berdua-duaan sama cewe gua?"

"lu ga lihat berapa orang disini?" tanya Bagas melihat sekitarnya dan memang banyak orang disana.

"mau lu di pasar malam pun kalau deket cewe gua, namanya berdua-duaan."

"gua sportif, gausah takut gitu."

"tetep aja gu.." aku melihat Ell, "ssstt dah yuk ah malu diliatin tu sama orang."

Aku menarik Ell agar segera meninggalkan Bagas, Ell memicingkan matanya melihat Bagas, ia tidak suka miliknya di ganggu oleh orang lain.

...

Aku memeriksa laci meja, barangkali ada yang ketinggalan.

"kamu antar aku pulang? Kalau ga aku mau nelfon pak Iwan."

Ell diam saja sambil menungguku membereskan beberapa buku.

"aku antar."

Aku menutup tasku lalu memakainya, menenteng satu totebag kanvas berwarna coklat pastel.

"kenapa tu mukanya kusut banget?"

"baju kali kusut." Ell berjalan didepanku, aku melihatnya heran, kupercepat langkah kakiku berjalan mendahului Ell.

"ngambek?"

"ga biasa aja."

"masa sih?" tanyaku melihat raut wajahnya yang sama sekali tidak bersahabat.

Aku memilih diam saja dan tetap jalan disampingnya, semakin aku mengenalnya semakin banyak sisi Ell yang tidak bisa ditebak, kadang ia seperti anak kecil yang menggemaskan, kadang seperti ayah sangat bijak, kadang seperti abang mengesalkan, bisa tiba-tiba romantis, lalu tiba-tiba marah, Ell seperti langit, mendung atau cerah sesukanya.

[✓] Teruntuk, Ell BaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang