Bab. 3 Let Me Out Of His Shadow

17.2K 1.3K 20
                                    

Warning : narasinya panjang

*************

Dalam perjalanan menuju klinik, Nara memikirkan apa yang diucapkan oleh Diaz saat makan siang tadi. Selama ini Diaz sudah begitu baik padanya, dia mendekat perlahan dan menunggu Nara untuk siap membuka hati. Jadi, tidak salah bukan kalau dia memberikan kesempatan?

Hujan gerimis menemani perjalanannya, sepulang dari pujasera tadi memang langit sudah tak lagi cerah. Selesai visite ke ruang rawat inap pasiennya, Nara melanjutkan perjalanan menuju klinik. Saat lampu merah menyala, terlihat dua orang anak sekolah berjalan beriringan. Anak laki-laki berseragam putih abu-abu terlihat melepas jaketnya untuk menutupi kepala anak perempuan berseragam putih biru. Entah mereka adalah kakak adik atau pasangan kekasih, namun hal itu mengingatkannya pada masa lalu saat masa-masa sekolahnya.

Gavyn selalu melindunginya di setiap saat, termasuk saat hujan Gavyn pernah melakukan seperti apa yang anak-anak yang baru saja dilihatnya. Mengajarkan apa pun dengan sabar apa yang tak Nara pahami dalam belajar. Gavyn yang selalu mengantar dan menjemputnya saat masa sekolah, sampai suatu saat Gavyn dekat dengan seseorang yang disukainya yang membuatnya tak bisa lagi menjemput Nara di sekolah.

Lampu merah sudah berubah menjadi hijau, klakson pun mulai terdengar agar yang terdepan segera beranjak untuk berjalan. Mobil Nara memasuki sebuah klinik bernama Klinik Carita. Sebuah klinik terapi untuk anak berkebutuhan khusus. 

Nara memiliki keinginan kuat untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak berkebutuhan khusus agar lebih sehat , mandiri dan bahagia. Beruntung dia bertemu dengan temannya saat SMA yang bernama Echy yang merupakan psikolog anak dan remaja yang kebetulan juga tinggal di Malang. Keduanya mempunyai visi yang sama, kemudian mendirikan klinik tumbuh kembang yang dinamakan Klinik Carita. Klinik Carita dibangun dengan konsep one stop shopping, yang didukung oleh Dokter Spesialis anak tumbuh kembang, Dokter Rehabilitasi Medik , psikolog anak dan tentunya tenaga terapis yang berpengalaman. 

Nara tidak sendiri, dia mengajak dokter spesialis anak sub spesialis tumbuh kembang yang telah mempunyai pengalaman banyak, yaitu dokter Rini. Sementara praktek psikolog anak sendiri dihandle oleh Echy, dan masih ada dokter rehab medik. Jika jadwal terapi dan psikolog adalah setiap hari, untuk jadwal dokter hanya dua kali seminggu. 

Nara dan Echy juga membuka pelayanan terapi untuk anak berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu dengan persyaratan tertentu. Berada di klinik cerita membuat Nara terkadang banyak belajar dari keistimewaan anak-anak yang spesial tentunya dengan para orang tua hebat yang senantiasa mendampingi dengan segenap kesabarannya. 

Ada rasa haru dan bangga melihat perjuangan anak dan orang tuanya untuk tidak menyerah belajar. Nara selalu menyelipkan doa untuk para pasien anak-anak berkebutuhan khusus di kliniknya agar selalu bahagia dan bisa berkembang baik. Tak banyak orang yang memahami, mungkin sekedar kasihan atau simpati akan otang tua hebat tetsebut bahkan tak jarang juga menganggap bahwa anak ABK adalaj beban.

Memasuki pelataran klinik, hujan tampak sudah mulai reda menyisakan gerimis kecil yang sepertinya masih enggan untuk beranjak meninggalkan bumi. Nara keluar dari mobil kemudian berlari masuk. Mungkin karrna hujan, jadi suasana rak seramai biasa. Ada kala memang pasien ABK absen lantaran sakit, ada yang kondisinya memang lebih rentan dari anak umumnya.

Hesti yang bertugas sebagai resepsionis menyapa Nara tatkala memasuki klinik.

"Sore dokter Nara."

"Sore Hes."

Nara langsung masuk menuju ruangannya. Sembari melangkah sesekali dia mengintip ruang- ruang terapi dari jendela. Ada anak yang belajar berdiri, ada yang sekedar belajar menulis dan beberapa terapi lain yang sedang berlangsung.

Menepis Luka (END-Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang