Bab. VIII

11.6K 1K 12
                                    

Saat memasuki klinik, Nara heran ada beberapa karyawan klinik duduk-duduk di teras.

"Tumben pada duduk di teras ini."

Ada Hesti bagian resepsionis, Lina dan Utari bagian administrasi.

"Eh dokter Nara, ini Dok tadinya nunggu tukang bakso kok nggak lewat-lewat ini." Lina yang menjawab pertanyaan Nara.

"Ya, sambil-sambil nih Dok kan biasanya memang jam 5an tukang bakso lewat tapi tujuan utamanya sih beda lagi." Hesti menggoda yang dibalas dengan pelototan oleh Utari.

Nara hanya menanggapi dengan tertawa, dia memang menganggap semua pegawainya teman agar merasa tak canggung dan  pura-pura rajin saat Nara mendatangi klinik.

"Motif aslinya sih, pengen cuci mata dok siapa tau bisa jadi Mamanya Aqila." giliran Lina yang bersuara.

"Wah kalian ini tau aja yang bening-bening dan available." Tiba-tiba saja Echy muncul juga di teras.

"Eh Bu Echy, ya mau gimana itu Papanya Aqila ganteng banget."

Echy hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar tutur kata Utari yang diangguki oleh Lina. Ketiganya memang masih muda dan belum menikah.

"Udah bubar sana, kembali bekerja lalu siap-siap pulang. Lina, dokumen yang saya minta tolong nanti taruh meja saya."

"Astaga, maaf Bu Echy saya jadi kelupaan. Tari ayo bantuin." Lina menyeret Utari masuk.

"Kami masuk duluan dokter Nara dan Bu Echy."

Nara pun mengangguki ketiganya yang berlalu masuk.

"Baru sampai Ra? kok tumben jam segini."

"Sebenarnya sudah tadi sih Chy, tadi ke sebelah bantuin Bu Tri. Ada anak di sebelah namanya Aqila, lagi demam tapi Papanya gak jemput-jemput. tapi syukurlah barusan sudah dijemput."

"Oh jadi kamu ketemu Trias?"

"Kamu kenal Papanya Qila?" 

Keduanya mengobrol sambil masuk ke dalam klinik. Sudah setengah enam lewat para pegawai sudah mau siap-siap pulang karena klinik akan tutup jam 6 sore.

"Kenal, dia itu sepantaran Alvin. Mereka temen kuliah dan sampai sekarang masih sering kontak karena kadang ada project kerjaan bareng."

"Alvin, adik kamu itu?"

"Iya Alvin, jadi Trias sama Alvin ini sahabat baik. Kasian juga dia jadi single parent di usia muda."

"Oh ya..? jadi dia ngurus Aqila sendiri?"

"Iya, di umur 27 dia sudah jadi single parent sekarang sih harusnya 28 tahun . Mamanya Qila meninggal saat ngelahirin. Kalau kata Alvin sih dia telaten banget ngurus anaknya sendiri. Sudah setahun lebih juga masih belum nikah lagi. Berhubung satu geng tinggal Alvin yang belum nikah, kadang justru dia diajakin jalan sambil momong bocah. Si Alvin juga seneng-seneng aja lagi. Pernah malah pernah dititipin di rumah Mamaku Aqilanya waktu mereka mesti meninjau kerjaan mendadak di weekend. Aqila anaknya anteng dan lucu, Mamaku seneng juga kan belum ada cucu perempuan karena anak ku cowok semua."

"Iya, Aqila cantik dan kelihatannya anaknya tenang tadi. Adek kamu sudah waktunya nikah kali, siapa tau dapat cucu perempuan atau kamu mau nambah lagi mumpung masih umur berapa."

"Duh Ra, Ranzi masih setahun dan kayaknya aku suda tutup pabrik ini dua anak cukup.Biar aja Mama neror Alvin buat cepet-cepet nikah lagi juga sudah ada pacar."

"Yaudah aku ke ruangan dulu ya Chy."

"Eh bentar-bentar, ikut ke tempatku dulu. Suami ku kemarin dari Madura banyak bawa rengginang sama krupuk-kerupukan. "

Menepis Luka (END-Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang