Bab. VI Dinner

13K 1.1K 15
                                    

Seperti biasa, ketika Nara dan Diaz sedang praktek di hari yang sama mereka menyempatkan makan siang bersama. Kali ini keduanya delivery makan siang dengan memesan nasi pecel dan memakannya di ruangan Diaz.

"Besok malam ada waktu?"

"Nggak ada agenda sih Mas, mau ngajak ke mana?"

"Makan malam di rumah ya?"

Nara yang tengah mengunyah nasinya seketika tersedak. Diaz dengan sigap  menyodorkan air minum setelah membukakan tutup nya.

"Terimakasih Mas, gimana tadi? Makan malam di rumah Mas Diaz?"

"Maaf kalau terlalu cepat, tapi beberapa waktu lalu aku memang cerita ke orang tuaku kalau aku sedang dekat sama kamu Ra. Mama pengen kenal sama kamu jadi beliau mengusulkan untuk ngajak makan di rumah. Sekedar pengen kenalan saja, soal lamaranku sesuai janjiku waktu itu kamu boleh memikirkannya dulu. Waktu itu aku kan juga sudah pernah ketemu sama Papa kamu waktu antar kamu pulang."

Beberapa waktu lalu memang Diaz sempat mengobrol lama dengan Papa Nara. Seperginya Diaz, bahkan Papanya mengusulkan jika berkunjung lain kali dengan Mama Nara ke Malang, Diaz wajib  diundang makan malam bersama. Mau makan di luar atau di rumah pasti Mama Nara senang mendengarnya. Itulah yang dikatakan Papanya beberapa waktu lalu.

"Ra, gimana?"

Setelah berpikir sejenak, Nara pun menjawab dengan yakin bahwa dia tak perlu merisaukan undangan Diaz kali ini.

"Oh, iya bisa. Jam berapa aku ke rumah Mas Diaz?"

"Kamu siap-siap saja, sekitaran jam 7 malam aku jemput."

"Eh, aku nggak masalah kalau berangkat sendiri."

"Bukan begitu, kalau aku nggak jemput kamu pasti dimarahin orang tuaku Ra. Lagian kamu ini tamu, so nggak masalah. Besok aku berangkat dari RS kampus jadi nggak perlu khawatir juga aku bolak-balik."

"Oke deh."

*****

Nara sedikit bingung bagaimana nanti dia menempatkan diri di tengah keluarga Diaz, terlebih yang dia risaukan adalah apakah mereka akan menyukainya atau tidak. Sebelumnya Nara tak perlu pusing memikirkan drama dengan mertua galak atau ketidakcocokan mertua dan menantu karena dia menikah dengan Kakak angkatnya sendiri. Orang tua Gavyn adalah orang tuanya juga jadi ini adalah pertama kali bagi dirinya.

Diaz adalah anak tunggal, ayahnya adalah seorang dokter kandungan senior sekaligus pemilik Rumah sakit ibu dan anak terbesar di Malang. Ibu Diaz adalah seorang pengusaha, yang mempunyai usaha jasa konveksi. Pelanggannya tentu tak main-main, mulai dari pejabat sampai perkantoran. Diaz pernah bercerita bahwa sebenarnya latar belakang pendidikan Ibunya adalah sarjana hukum namun dia memilih menjadi pengusaha demi meneruskan usaha keluarganya. Intinya, keluarga Diaz adalah keluarga berada dan tentu memiliki latar belakang pendidikan yang baik. 

Nara hanya khawatir akan statusnya yang membuat keluarga Diaz tak menyukainya. Nara juga lupa menanyakan hal itu kemarin, di perjalanan menuju rumah Diaz, Nara nanti berniat untuk menanyakan apakah Diaz sudah menceritakan statusnya yang sudah pernah menikah ke keluarganya. 

Menjelang pukul 7 Nara sudah siap. Dia mengenakan tunik berwarna mint dengan aksen tali di pinggang. Tak lama setelah dia turun, Diaz pun sampai menjemputnya. Nara tahu Diaz adalah orang yang cukup on time dalam segala hal sehingga dia juga harus menyesuaikan agar Diaz tak perlu lama menunggunya siap apalagi acara makan dengan orang tua Diaz. Tentu harus memberikan kesan yang baik. Nara juga sepulang dari rumah sakit tadi menyiapkan untuk membawa sebuah kue untuk dibawa.

"Hai, langsung berangkat?"

"Iya."

Diaz kemudian membukakan pintu untuk Nara sebelum berputar ke sisi kemudi. Diaz sendiri sudah kelihatan rapi, di mobilnya Diaz selalu membawa pakaian ganti.

Menepis Luka (END-Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang