Terkadang waktu memang seakan berlari namun sayangnya diri yang tak kunjung bisa mengiringi.
*****
Hampir tiga bulan berlalu dari waktu Nara mengiyakan untuk serius mencoba dengan Diaz. Saat kedua orangtua Nara berkunjung ke Malang, Nara belum berani mengenalkan Diaz karena memang merekamasih baru memulai. Diaz sendiri mengatakan di awal bahwa dia tak berniat lama-lama karena niatnya adalah untuk mengajak Nara menuju pernikahan. Diaz mengatakan, meraka sudah mengenal cukup lama. Mulai dari kuliah hingga kini bertemu lagi di tempat kerja yang sama.
Hari ini kebetulan ada undangan pernikahan anak dari Direktur rumah sakit tempat Nara praktek. Tentu saja Diaz juga diundang, sehingga mereka janjian untuk pergi bersama. Acara resepsi diadakan di sebuah hotel yang berada di Malang. Saat Diaz mengabari lima menit lagi sampai, Nara buru-buru mengambil handbagnya dan turun ke depan sambil menunggu di teras. Tak lama mobil BMW putih milik Diaz pun sampai di depan pagar. Nara langsung berjalan keluar menghampirinya.
"Hai, nggak nunggu lama kan?"
"Nggak kok Mas, aku baru selesai pas kamu chat tadi."
Nara heran, Diaz malah nggak langsung menjalankan mobilnya.
"Kenapa belum jalan?" Nara bertanya ke Diaz yang kini juga menatapnya sambil tersenyum.
"Makasih ya sudah mau couple-an bajunya."
Nara hanya menjawab dengan senyuman. Sebenarnya keduanya tak sepenuhnya memakai outfit yang sama persis, hanya warnanya saja yang senada. Jika biasanya yang heboh kepengen kompakan itu perempuan, kali ini justru Diaz yang mengajak mereka mengenakan tema senada. Saat kemarin Diaz menginginkan kompakan warna, Nara berpikir baju apa yang dia punya sehingga bisa netral warnanya untuk bisa kompakan dengan Diaz. Nara menjatuhkan pilihan ke sebuah dress brukat berwarna moka. Dress yang memang dia sudah punya tanpa harus membeli.
Kebalikan dari Nara, Diaz justru mengajaknya berbelanja kemeja batik. Sebenarnya Diaz juga menawarkannya belanja baju baru namun Nara beralasan jika dia sudah cukup punya baju banyak untuk acara kondangan. Nara memotret gaunnya saat mengantar Diaz belanja, kemudian Nara juga memilihkan kemeja batik Diaz.
Saat memasuki ballroom, tamu yang datang sudah cukup banyak. Beberapa rekan dokter maupun tenaga medis di rumah sakit menyapa mereka. Hubungan keduanya tentu sudah diketahui oleh semua orang, bahkan sebelum mereka berniat serius malah banyak yang menjodohkan mereka.
Selesai memberikan selamat kepada pengantin dan menyapa Bapak Direktur RS, Nara dan Diaz mencari tempat duduk.
"Mas aku mau ke toilet sebentar, kamu kalau mau keliling ngambil makanan dulu ya nggak apa."
"Oke."
Nara kemudian menuju toilet. Saat dia tengah berada di dalam bilik toilet, terdengar sayup-sayup suara dua orang perempuan datang.
"Beh, gila ya kegantengan Dokter Diaz naik berapa persen nih pakai baju batik hari ini."
"Iya memang ganteng, sayang aja sudah punya pawang. Hehe.."
"Dokter Nara juga cantik sih, kita nggak ada apa-apanya lah. Mereka berdua cocok banget, tadi datang vibes nya kayak ibu dan bapak pejabat deh."
"Ada-ada saja kamu. Ya, aku juga ikut seneng melihat mereka."
Nara nggak hafal, siapa mereka mungkin perawat atau pegawai rumah sakit. Untunglah dia tak mendengar obrolan macam-macam, malah cenderung mendukung hubungannya dengan Diaz.
Saat kembali ke ballroom hotel, Nara menemukan Diaz tengah meminum es buah.
"Eh ini aku juga ambilin buat kamu Ra."
"Terimakasih Mas."
Sepulang dari kondangan, Diaz langsung mengantarkan Nara pulang ke rumah. Sebenarnya karena ini weekend mereka bisa saja jalan-jalan, namun jika memakai baju kondangan sperti ini Nara jadi malas. Berdua bersama Diaz nyatanya mereka selalu tak kehabisan bahan obrolan. Mulai dari membicarakan hal ilmiah menyangkut pekerjaan, hingga musik favorit. Dari dulu Diaz memang dikenal ramah dan pandai bergaul. Perjalanan pulang jadi tak terasa hingga sampailah keduanya di depan rumah Nara.
"Mau mampir dulu Mas?"
"Sudah sore, mungkin lain kali ya."
Diaz sudah pernah mampir beberapa kali ke rumahnya, tak sering.
"Oke, aku masuk dulu."
"Eh Sebentar Ra." Saat hendak keluar mobol, Diaz menahannya.
Nara pun heran, namun tetap tinggal
"Ada yang mau aku omongin." Diaz kemudian membuka laci dashboeard. Setelah itu mengambil sebuah kotak beludru.
"Maaf aku nggak siapin acara yang romantis, malah ngomongin begini di mobil tapi aku maunya ngomong sekarang. Nggak perduli ini waktu yang tepat atau enggak."
Nara tak bisa berkata-kata lagi. Dipernikahan sebelumnya tak ada acara propose juga seperti ini.
"Nara, maukah kamu menjadi orang yang berbagi kisah hidup seumur hidup denganku? belajar bersama denganku melewati susah dan senangnya berumah tangga?"
"Ini..."
"Pegang saja dulu, maaf kalau ini terlalu cepat take your time. Aku bisa nunggu, kalau kamu bisa terima aku nanti tinggal pakai sendiri. Kalau ditolak, ya kembalikan nanti."
Diaz menaruh kotak beludru tersebut di tangan Nara yang kini masih membisu.
"Em, jadi boleh aku pikirkan dullu?"
"Sure, take your time Ra karena dari awal niatku sama kamu itu adalah ke arah sana."
Bersambung
********************
Buat yang ngikutin healing heart, side story Damar part II sudah tayang di Karya karsa, jadi lunas ya cerita Damar X Naina. Semoga nantiDamar bisa aku buatin lapak sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Luka (END-Unpublish)
Chick-Lit(HANYA TERSISA 9 BAB YA) Sejak dahulu, Nara telah menyematkan hatinya hanya kepada satu nama. Seorang lelaki yang telah menjaganya sejak dahulu, seseorang yang berperan menjadi kakak sekaligus orang yang dicintanya. Dia lelaki yang namanya selalu t...