Kita flashback sejenak ya
******
Di hari Minggu sore, Nara sedang berada di taman belakang sambil mengerjakan tugas sekolah. Halaman belakang rumahnya memang cukup luas, selain tanaman juga ada kolam ikan kecil dan gazebo. Nara sendiri sedang berada di gazebo yang bersebelahan dengan kolam ikan. Dia tak sendiri, ada Gavyn yang berada di gazebo dan membaca sebuah komik. Tiba-tiba Nara memukul tangan Gavyn yang sedang asyik mencomot potato chips dalam toples.
"Apa sih Ra..."
"Ish, jangan dihabisin Kak! Aku juga mau keripik kentangnya."
Ada potato chips, buah potong dan minuman yang menemani mereka. Mama mereka memang menyediakan cemilan tatkala mereka berkata akan belajar di belakang.
"Kamu mau makan kalau sudah selesai ngerjain soal kan tadi bilangnya?"
"Iya, tapi kalau kakak makan terus aku nggak kebagian!"
Gavyn kemudian menengok toples yang isinya sudah tinggal seperempat kemudian dia tersenyum lantas mengambil gelas yang berisi air untuk dia minum.
"Lagian kamu sih lama ngerjain PR nya."
"Makanya bantuin, lagian Kakak nggak belajar apa habis ngerjain PR."
Gavun hanya mengedikkan bahunya. Tadinya Gavyn juga mengerjakan PR , namun tak lama Gavyn sudah menyelesaikan PR matematikanya. Katanya dia hanya punya satu PR untuk hari senin besok.
"Kayak nggak tau aja, Kakak kan belajarnya kalau mau ujian saja Ra."
Memang benar apa yang dikatakan Gavyn, dia jarang sekali belajar. Katanya belajar itu ya di sekolah, selebihnya di rumah dia hanya mengerjakan PR. Masalahnya meski dia tak rajin belajar nilai akademiknya selalu bagus. Justru waktunya dipakai untuk membaca komik kalau dia tidak ada kesibukan lain. Setahun belakangan dia juga aktif mengajar anak SD, bukan hal akademik melainkan mengajar taekwondo karena dirinya sudah memegang ban hitam. Papanya pernah bilang ke Nara, nggak perlu ikut cara Kak Gavyn karena setiap anak punya kemampuan dan cara masing-masing untuk belajar. Mungkin Gavyn tipikal yang bisa belajar dan paham hanya dengan mendengarkan penjelasan guru di sekolah.
"Makanya bantuin, biar Nara cepet selesai Kak."
Nara lagi-lagi merengek, dia memang tak menyukai pelajaran fisika. Saat ini dia tengah mengerjakan PR pelajaran tersebut. Meskipun saat ini Gavyn sudah kelas 11 dia tak lupa rupanya cara mengerjakan pelajaran fisika anak SMP.
"Apa sih yang kamu kerjain?"
"Bab tekanan, aku nggak ngerti."
Gavyn pun lagi-lagi membantu menerangkan dan mengkoreksi pekerjaan Nara. Sungguh Nara tak membenci fisika, jika pelajaran lain dia mampu mengerjakan namun sepertinya fisika seperti momok tersendiri.
"Nah, selesai kan."
"Yey..makasih Kak." Nara berhambur memeluk Kakaknya yang dibalas dengan mengacak rambut Nara.
"Mending kamu les fisika lagi deh Ra."
Nara melepaskan rangkulan pada Kakaknya itu kemudian cemberut.
"Les kemana? Aku nggak mau kalau ke Bu Ranti."
Bu Ranti adalah salah satu guru Fisika di sekolah Nara yang katanya galak. Sebelumnya Nara les ke guru lain yang kemudian mutasi ke luar kota.
"Kan bisa ke bimbel Ra, nanti Kakak coba carikan info deh mana yang rekomended."
"Yaudah, tapi nanti kalau Nara les masih nggak ngerti Kakak tetep ajarin ya?"
"Kakak pasti ajarin, tapi kamu jangan pesimis dulu. Apa yang ada di mindset kamu menentukan pemahaman kamu nanti. Jadi harus semangat belajar."
***
Nara cukup senang dengan bimbel barunya. Dia bahkan bertemu teman-teman baru. Saat ini dia diajak oleh Windy dan Tami ke sebuah cake shop. Di sana mereka bisa makan cake di tempat dan memesan minuman."Gimana, enak kan?".
"Hmm, iya juara rasanya."
Nara mengacungkan jempol sambil melahap red Velvet di piringnya.
"Gue sering diajak Mama beli kue di sini, jadi tahu mana saja yang rekomended." Tami menceritakan asal mula dia tahu cakeshop itu.
"Black forestnya gue juga suka nih." Giliran Windy yang menceritakan kue yang dia makan. Kemudian mereka saling mencoba kue yang dipesan masing-masing.
"Oya, muffin di sini juga enak. Mama gue paling suka jadi nanti mau bungkus."
"Muffin?" Nara teringat alau Gavyn cukup suka dengan kue yang satu itu.
"Iya muffin, elo mau bungkus juga?"
"Iya mau."
***
Nara meminta sopir menjemputnya dan mengantar ke tempat Gavyn. Nara tahu hari ini Gavyn ada jadwal mengajar taekwondo. Setelah turun dari mobil, Nara berlari masuk ke gedung. Dia membawakan Gavyn dua buah muffin tak lupa dia belikan air minum. Semuanya dia simpan di dalam tas goodybag.Nara melangkah ceria memasuki gedung, jam segini biasanya Gavyn sudah akan selesai mengajar. Ini memang bukan kali pertama dia datang, sebelumnya Nara pernah diajak Gavyn lantaran mereka janjian untuk makan es krim selepas Gavyn mengajar.
Dari kejauhan, Nara melihat Gavyn melangkah ke tepi setelah beberapa muridnya bubar dari barisan. Sambil terus mendekat, Nara mengawasi langkah Gavyn yang kemudian duduk di sebelah seorang gadis dengan rambut sebahu.
Nara berpikir sejenak, apakah dia salah waktu saat ini? Memang dia tak mengirimkan pesan ke Kakaknya itu sebelumnya. Sepertinya sebaiknya Nara pulang karena Gavyn bersama seseorang namun saat memutar langkah Gavyn memanggilnya.
"Ra .."
Nara memutar lagi tubuhnya dan memasang senyum simpul.
"Kamu kok gak bilang sama Kakak mau ke sini."
"Iya maaf Kak, aku balik saja kalau ganggu Kakak."
"Lho kok balik, nggak ganggu kok. Ayo."
Gavyn kemudian menggandengnya menuju kursi panjang tempat seorang anak perempuan dengan rok abu-abu duduk.
"Mon, ini ada Nara adek aku."
"Hai, gue Mona salam kenal."
"Nara Kak." Nara menerima uluran tangan Mona kemudian duduk.
"Adek kamu nggak ada miripnya sama kamu Vin. Sebagai abang, kamu harus pinter jagain nih, cantik banget."
Gavyn terkekeh mendengar penuturan Mona. Mungkin Gavyn juga tak bercerita jika memang mereka saudara angkat bukan kakak adik kandung.
"Iya nih, makin gede makin cantik. Aku ngeri aja habis ini ada yang ngapelin ke rumah."
"Hmm, si Kakak mulai posesif nih Ra."
Nara tersenyum menanggapinya. Sepertinya Kak Mona orang yang ramah.
"Oya, kita tadi lagi makan muffin. Kak Mona bawa banyak, dia bikin sendiri. Cobain Ra, enak." Gavyn mengambil sebuah box di samping Mona dan membukanya agar Nara mengambil kue tersebut.
Nara kemudian mengambil satu dan menggigitnya. Rasanya enak sekali, malah lebih enak dari muffin yang dibelinya. Di perjalanan, dia sempat mencicip muffin yang akan dia kasih ke Gavyn. Khawatir jika rasanya kurang pas.
"Gimana Ra, suka?"
"Enak Kak Mona."
Mona tersenyum sambil mengucapkan terimakasih. Nara meneruskan kunyahannya sambil mendekap erat goodybag yang sepertinya tak perlu lagi diberikan kepada Gavyn.
Bersambung
***
Ada yang belum tidur?
Berhubung enggak ngantuk jadi aku akhirnya update
Karena Gavyn sudah muncul, sesekali ceritanya akan flashback ya..ceritanya
Jangan lupa vote, yang belum follow boleh banget difollow.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Luka (END-Unpublish)
ChickLit(HANYA TERSISA 9 BAB YA) Sejak dahulu, Nara telah menyematkan hatinya hanya kepada satu nama. Seorang lelaki yang telah menjaganya sejak dahulu, seseorang yang berperan menjadi kakak sekaligus orang yang dicintanya. Dia lelaki yang namanya selalu t...