Sepulang kerja Nara mampir ke klinik tumbuh kembangnya seperti biasa. Sebelum masuk ke klinik, Nara terlebih dahulu mampir ke daycare miliknya yang tak lain berada di sebelah klinik tumbuh kembangnya.
Beruntung dulu Nara dibantu oleh Omnya sehingga bisa memiliki tempat yang berdampingan. Sebelumnya tempat itu adalah rumah kosong yang dijual oleh pemiliknya. Tidak berada di jalan utama namun jalan raya kecil yang tentu juga bisa dilewati mobil.
Nara tak perlu merenovasi banyak. Untuk rumah utama dia gunakan sebagai klinik yang hanya dipartisi beberapa ruangan untuk ruangan terapi anak-anak. Nara hanya membangun di sebelah menambahkan sisi samping. Menggabungkan garasi dengan sisa halaman samping untuk daycare nya.
Daycare yang dinamai DoReMi Daycare itu beroperasi dari Senin hingga Jumat pukul setengah 8 pagi sampai 5 sore, sedangkan hari sabtu hanya setengah hari sampai pukul 1 siang. Klinik tumbuh kembangnya beroperasi lebih siang yaitu dari ukul 9 sampai 6 sore.
Jika klinik tumbuh kembang Nara berpartner dengan temannya, untuk daycare Nara dibantu Tantenya meski dalam hal operasional sering ditangani Nara sendiri. Menjelang pukul 5 tentu kebanyakan anal sudah mulai dijemput. Sesuai catatan terakhir, jumlah anak yang tergabung adalah 17 anak. Nara tidak menerima terlalu banyak anak, dia juga selalu memperhatikan kemampuan pengasuh dengan jumlah anak agar semua anak bisa diperhatikan betul.
Saat masuk ke dalam, dia hanya mendapati Bu Tri salah satu pengasuh senior yang Nara berikan tanggung jawab sebagai ketua pengelola di bawahnya.
"Sudah sepi Bu tri? Pengasuh lainnya mana?"
"Eh Iya dokter Nara, sudah pada pulang. Hari ini kan janjian mau nengok Arta yang baru lahiran. Tinggal Aqila yang belum, sebenarnya saya sudah mengabarkan ke Papanya kalau Aqila demam. Jadilah saya yang tinggal, nggak jadi ikut."
"Oh iya ya hari ini."
Nara kemarin juga sempat menitipkan kado, karena takut dirinya tak bisa ikut ke sana. Arta adalah salah satu pekerja yang membantu bersih-bersih di daycare. Sudah sejak sebulan lalu cuti dan digantikan Pak Sunar dan Bu Asih yang bergantian hari. Keduanya bertugas di klinik yang memang areanya lebih luas.
"Demamnya sejak tadi pagi Bu?"
"Saya sih nyadarnya pas mandiin sore dia semakin rewel nggak seceria biasanya. Mungkin dokter Nara bisa bantu ngecek dia."
Nara menghampiri anak perempuan cantik berambut ikal yang diperkirakan berusia setahunan, Aqila sedang tiduran di tempat tidur yang digelar di ruangan daycare sambil memainkan bonekanya. Anak yang bernama Aqila itu tergolong tenang.
"Sudah di cek pakai thermometer Bu?"
"Sudah tadi saya cek panasnya 37."
"Hai Aqila, dokter Nara boleh pegang ya?"
"Doktel gak suntik?"
Nara tertawa mendengar pertanyaan Qila.
"Nggak dong, dokter hanya mau pegang keningnya Aqila ya."
Aqila membalikkan badannya telentang sambil menyodorkan boneka kelinci miliknya ke Nara. Untuk anak seusianya yang bertemu orang baru, Aqila tergolong berani dan tak pemalu. Jika di klinik dia lumayan lama, di daycare Nara hanya menengok sebentar-sebentar saja sehingga dia juga tak hafal dan tak akrab dengan anak -anak yang dititipkan.
"Ciyo."
"Ah..jadi namanya Ciyo, lucu sekali."
Nara sembari menyentuh kening batita itu dan merasakan memang panas.
" Biasanya dia itu lincah dan suka berceloteh Dok, anaknya juga mudah akrab. Hari ini saja lemas, mungkin karena demam."
"Waktu dikabarin Papanya membalas apa Bu Tri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Luka (END-Unpublish)
ChickLit(HANYA TERSISA 9 BAB YA) Sejak dahulu, Nara telah menyematkan hatinya hanya kepada satu nama. Seorang lelaki yang telah menjaganya sejak dahulu, seseorang yang berperan menjadi kakak sekaligus orang yang dicintanya. Dia lelaki yang namanya selalu t...