December - Narcissus

252 36 28
                                    

This one story tak follow sangat maksud bunga. But since the flower is narcissus yang ala-ala sinis (lol), so I buat heroin tu sinis sepanjang zaman hahaha. And this one I rasa paling tak best dan paling tiba-tiba but well, benda dah tulis, baca aje lah hahaha. Maaf atas sebarang kekurangan.


"WHAT? Date with your friend? Eh, you dah buang tebiat ke apa?" Suaraku naik meninggi. Tak percaya dengan permintaan dari lelaki yang tiba-tiba masuk dalam hidupku setelah sekian lama dia menyepi dan menghilangkan diri.

"Please, Tasnim..."

"No! I dah ada boyfriend. Who needs to go to blind date when they already have someone they love," ujarku sambil memutarkan bebola mata. Kuku jari tangan kanan aku tiup-tiup. Biar hati insan di depanku ini terbakar hangus!

"Boleh tak sekali je Tasnim ikut cakap abang? As a brother, I want the best for you." Suara lelaki dihadapanku ini separuh merayu. Namun aku hanya pandang sepi. Malah, bibirku naik menyinis.

The best, my foot!

Cakap ajelah terbaik untuk dia.

"And suddenly you are a brother," keluhku penuh kepuraan. Tangan naik memicit dahi yang tiada langsung rasa sakit atau denyutan.

"I. Am. Your. Brother." Sepatah-sepatah lelaki yang mengaku abangku ini berbicara. Suaranya ditekankan bersama renungan tajam memanah di wajah.

"Brother?" Aku soal sinis.

"Heh!" Aku tertawa halus namun pasti, cukup menyakitkan telinga lelaki ini. Lelaki yang tak sudi aku panggil abang! Boleh pergi mati dengan gelaran abang tu!

"Where were you when I need my family the most? Where?" Nada suaraku mendatar namun terselit bisa yang beracun.

"After all these years, tiba-tiba you muncul and interrupted my life, playing brother's role and asking me to go on a date with someone that I freaking don't know. So out of nowhere. Dah mati ke sorang lagi adik kesayangan you?"

"Tasnim!"

"Ops, sorry my bad. Bad mouth!" Bibir aku cemikkan ke hadapan sebelum aku tampar perlahan. Gaya seolah-olah aku menyesal dengan apa yang baru aku katakan. Namun, sebesar hama pun aku tak rasa bersalah dengan apa yang baru terbit dari bibirku sebentar tadi.

"For my dearest brother information, I already have someone that I love. He's a man that doesn't leave me when I need someone by my side. He's there when I need a shoulder to cry my eyes out," tapi dia hanya wujud dalam bayangan aku, watak yang aku sendiri cipta untuk gagalkan rancangan kau, sambungku di dalam hati.

He doesn't exist, so what?

Dia bukannya watak yang penting dalam hidup aku. Sekadar kambing hitam untuk aku lepaskan diri dari diasak 'abang' gila di depanku ini.

"Abang tak pernah tahu pun yang Tasnim ada boyfriend."

"You tu siapa yang I perlu inform kalau I ada boyfriend atau tak? Just someone who suddenly came into my life out of nowhere and plays brother's card." Sinisku tak berhenti. Hati ini hari menyinis Tasnim sedunia!

"Kalau betul Tasnim dah ada someone, bawa dia jumpa abang. Only then abang akan berhenti suruh Tasnim jumpa kawan abang. Kalau tak, I'm gonna do everything that I can to make you say yes to this meeting." Kening abang terjongket tinggi mencabarku.

Damn!

Aku merengus geram. Mata mencerlung garang memandang abang yang berwajah bersahaja. Bibir bawah aku gigit kuat sehingga rasa masin menyentuh hujung lidah.

Flower Of The MonthWhere stories live. Discover now