02 •Pertemuan Pertama•

4.6K 108 2
                                    

Selesai pembahasan pernikahan dengan keluarganya, Amela kembali ke kamar untuk tidur. Karena, hari sudah mulai malam.

"Pernikahan? Apa ya itu," gumam Amela sambil melihat langit-langit kamarnya yang dihiasi bintang-bintang kecil bercahaya.

Karena terlalu lama dan mulai mengantuk, perlahan-lahan mata bulat berwarna cokelat itu menutup.

Amela mulai memasuki dunia mimpinya dalam selimut tebal miliknya.

*****

Di sisi lain, El membaca data Amela. Senyuman melengkung muncul di bibir El.

"Baiklah, aku akan membuat dia meminta bercerai denganku," gumam El.

"Kamu boleh kembali, Van!" seru El melihat Kevan berdiri di ruang kerjanya.

Kevan mengangguk dan berjalan santai keluar ruangan bosnya.

"Kuharap, dengan kehadiran gadis ini kau sadar El. Kalau wanita juga semua baik," lirih Kevan.

El keluar ruangan kerjanya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang di atas.

Kevan juga selesai pekerjaannya, dia memasuki kamarnya yang berada di bawah. Ya! Kevan tinggal bersama El dan Jakson dari kecil.

Kevan anak yatim piatu, ibu dan ayahnya Kevan meninggal karena melindungi majikannya. Yaitu-Jakson dan El.

*****

Pukul lima pagi, Amela sudah bangun dan membersihkan rumahnya. Ayahnya Amela berangkat pukul setengah enam karena berpura-pura mencari pekerjaan baru.

Amela menyiapkan sarapan untuk keluarganya, jadi ketika keluarganya bangun sudah siap semuanya.

"Ayah berangkat dulu, Lala," ucap Rahman berpamitan.

"Iyahh Ayah, hati-hati yahh. Oh iya ini bekal untuk Ayah," ucap Amela lembut lalu memberikan bekal nasi berwarna biru tua di bungkus dengan tas.

"Terima kasih, Ayah berangkat dulu!" Rahman mencium kening anak kesayangan nya, lalu berjalan keluar rumah dan pergi bekerja.

Amela mulai menatap masakannya ke meja makan dan menyapu halaman rumah bahkan menyirami bunga di depan rumah.

Pukul enam ibu kakaknya bangun, lalu mencuci muka dan berjalan ke arah meja makan. Semua sudah bersih.

"Tumben gak harus di bangunin tu tikus got," ucap Renata.

"Biarin saja, lebih baik kita makan. Bentar ibu akan ambilin bekal dulu untuknya," ujar Mirna lalu membuatkan bekal untuk Amela seadanya dan uang lima ribu rupiah.

"Ayuk makan sayang, kamu harus makan yang banyak biar sehat. Nantikan kuliah," ucap Mirna senyum sambil makan bersama anak kesayangan.

Amela selesai menyapu halaman lalu berjalan masuk rumah.

"Sudah bangun, Bu? Kak?" tanya Amela lembut.

"Mata lo gak lihat gue lagi makan berarti sudah bangun! Bego?!" bentak Renata.

"Udahh sana-sana, lo bikin gue gak napsu makan tau gak!" usir Renata dengan nada tinggi.

Amela segera masuk ke kamarnya dan mandi untuk berangkat sekolah. Selesai mandi seperti biasa dia akan menghampiri ibunya untuk mengambil bekal dan uang jajan.

"Ini bekal dan uang jajan kamu!" seru Mirna lalu menyodorkan makanan dalam tas.

"Lima ribu, Bu?" tanya Amela polos.

"Iyah, lima ribu karena pengiritan. Lihat bapakmu tu sudah dipecat dari kantor," ujar Mirna.

Amela hanya mengangguk, lalu bersalaman dengan ibunya dan jalan keluar rumah berangkat sekolah.

Di perjalanan Amela hanya diam saja, sampai gak lihat kalau ada mobil milik El hendak berparkir.

Tin! Tin!

Bunyi klakson membuat Amela tersadar dan lamunannya buyar.

"Ehh?" Kaget saat ada mobil hendak menabraknya, Amela segera mundur dan mobil hitam milik El berhenti seketika dan tergores di tiang pinggir jalan.

Mobil berhenti dan keluar seorang pria tampan berbadan tegap dan berkulit putih.

"Kalau jalan pakai mata?! Gak lihat ada mobil mau di parkir malah di tabrak! Ganti rugi gak?!" bentak El.

Amela hanya diam membisu melihat El yang di depan nya, bingung harus memberikan ganti rugi dengan apa.

"Maaf," cicit Amela menundukkan kepalanya.

"Emang maaf bisa membuat mobil saya kembali utuh?!" ucap El dengan nada meninggi.

"Saya cuma ada lima ribu, Tuan. Emmm, ini pun dari ibu saya," ucap Amela dengan polos.

Betapa terkejutnya El mendengarkan ucapan gadis kecil di depan nya, uang jajan hanya lima ribu? Dulu saja dia membawa uang jajan dengan jutaan. Namanya juga sultan:)

"Ck!" umpat El segera masuk mobilnya kembali dan menyuruh Kevan menjalankan mobilnya.

Kevan tau kalau Amela yang akan dijodohkan dengan bosnya tersebut. Saat Kevan memberikan data perempuan yang El maksud, Kevan tak menyertai foto sang Gadis.

Amela yang masih diam di pinggir jalan segera tersadar dan berlari menuju sekolahnya agar tak terlambat.

Sesampainya di sekolahan, Amela segera masuk ke kelas dan duduk di samping sahabatnya Anggi.

"Selamat pagi, Sahabatku," ucap Anggi memeluk Amela.

"Selamat pagi juga, Gigi," ucap Amela sembari membalas pelukan sang sahabatnya.

"La, kamu gak apa-apa kan?" tanya Anggi.

"Lala enggak apa-apa kok," ucap Amela.

Yap! Nama panggilan Amela bagi orang yang kenal dekat sekali dengannya adalah Lala sedangkan Amela memanggil Anggi dengan sebutan Gigi.

Amela dan Anggi di kelas sampai bel istirahat berbunyi.

"Kamu gak ke kantin,La?" tanya Anggi.

Amela mengangguk dan berkata, "Aku ke kantin sama kamu"

Anggi tersenyum lalu menggandeng tangan Amela berjalan keluar kelas menuju kantin.

"Ehhh, mau kemana lu pada hahh?!" sergah Sintia dan teman-temannya di kantin.

"Beliin gue makanan dulu. baru lu bebas," sambung Sintia melihat ke arah Amela.

Amela hanya mengangguk dan membelikan apa yang Sintia mau dan membawanya ke meja kantin yang di duduki Sintia.

"Ini, Sin, pesanan kamu," ucap Amela lalu berlalu meninggalkan meja Sintia.

Amela dan Anggi duduk di meja paling pojok, Amela membuka bekalnya dan melihat lauknya tumben dikasih ayam sama ibunya.

Tapi semua itu tak berlangsung lama, Sintia menaburkan garam dapur kantin ke bekal makanan Amela.

"Sintia, kamu mau apa sih?! Apa salahku?!" ucap Amela menangis.

"Kamu berhenti mengganggu sahabatku, Sintia?!" bentak Anggi yang baru saja datang membawa makanan untuk mereka berdua.

"Lu selalu saja belain dia?! Apa istimewanya dia sih, Nggi!" ucap Sintia kesal.

"Istimewanya dia adalah tak bersifat sepertimu!" ujar Anggi lalu membawa Amela pergi dari kantin.

Di taman, Amela memeluk sahabatnya sembari menangis.

"Apa salahku, Gi? Aku gak pernah menyakiti mereka, tapi kenapa mereka menyakiti Lala," ucap Amela sesenggukan.

"Sudah jangan menangis. Aku ada selalu untuk kamu Lala, jangan lemah buat dirimu tegar dihadapan mereka," tutur Anggi mengelus punggung sahabatnya dengan lembut.

Amela melihat sahabatnya lalu mengangguk tersenyum manis dan gemes.

"Yahh, aku akan berusaha tegar dihadapan mereka semua, dan semuanya," ucap Amela tersenyum mengerti.

Anggi tersenyum melihat senyuman tulus dan bahagia dari bibir Amela.

'Semoga kamu tetap seperti ini dan penderitaan kamu yang alami akan segera berakhir,' batin Anggi melihat Amela tersenyum tulus dan mengerti.

Gadis Polos Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang