03 •Pernikahan•

4.4K 123 2
                                    

Hari berganti hari, acara pernikahan El dan Amela berlangsung dengan rahasia tanpa resepsi pernikahan.

Amela masih di kamar sudah siap untuk keluar setelah ijab qabul selesai.

Di bawah El mengucapkan ijab qabul dengan lancar.

"Saya terima nikahnya Amela Kamelia binti Rahman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mahar emas sepuluh gram dibayar tunai!"

"Para sanksi sah!" ucap Penghulu dengan lantang.

"SAH!" ucap mereka semua dengan serempak.

Tiba di mana Amela turun dari atas dan berjalan ke arah suaminya, Amela duduk di samping El dengan manis.

Wajah cantik dan imut, pipinya yang gembul dan merah-merah membuat gemas siapa saja yang melihatnya.

El diam terpaku melihat kecantikan alami Amela, karena Amela bermake up natural.

"Sabar, El!" ucap Kevan menyadarkan El dari lamunannya.

"Silahkan dipasangkan cincinnya," ucap penghulu tersenyum.

El memasangkan cincin ke jari manis gadis yang sudah menjadi istrinya.

"Apa aku juga?" tanya Amela menatap El dengan polos.

Semua orang hanya terkekeh dan tersenyum melihat pertanyaan polos Amela.

"Tentu saja," ucap El dingin.

Amela juga memasangkan cincin untuk El lalu mencium punggungnya sesuai anjuran ayahnya.

El mencium kening istrinya dengan lembut.

Deg!

Jantung El berdetak cukup kuat dan tak biasanya.

'Astaga jantungku, sepertinya aku harus periksa. Apa aku punya penyakit jantung, ya,' batin El

Selesai akad mereka berdua masuk ke kamar, Amela duduk di ranjang milik El.

"Ngapain kamu duduk di situ!" sentak El yang baru masuk kamarnya.

"Lalu, saya harus duduk di mana?" tanya Amela polos.

"Kamu tidur di gudang atau di bawah saja! Aku gak mau rumahku kotor karena mu!" ucap El dengan nada tinggi.

"Ba-baik, Tuan," ucap Amela ketakutan dan berganti pakaian lalu tidur di bawah hanya berbantal saja tanpa berselimut.

El yang melihat Amela bener-bener tidur di lantai hanya diam membeku.

Bagaimana bisa istrinya menuruti perkataannya untuk tidur di bawah.

Amela mulai mengerti akan namanya pernikahan dan juga hidupnya, ternyata tak ada bedanya dari di rumahnya.

Air mata Amela menetes perlahan namun tak pernah mengeluarkan suara tangisannya.

El yang tak memikirkan banyak segera memejamkan matanua untuk tidur.

Merek tidur di tempat yang berbeda, sungguh jahat sekali El.

*****

Pagi menyambut Amela yang memaksa untuk bangun, badannya sakit dan kepalanya sedikit pusing.

Mukanya yang sedikit pucat, mungkin karena tidur di lantai membuat dia demam.

Amela mandi dan segera keluar kamar turun menuju dapur lalu memasak untuk sarapan.

"Biar saya saja, Non!" ucap Bibi Amin melihat Amela memasak.

"Biar saya saja, Bi. Lagian saya istrinya kata internet istri harus melayani suaminya contohnya masak," jelasnya Amela polos.

Gadis Polos Milik Tuan MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang