Ch 13.

2.4K 344 265
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Summary : Di bawah cahaya bulan dengan termenung Haruto masih bertanya tanya, kenapa langit mengirimnya ke dunia ini. Dia harusnya mati karena bunuh diri harus hidup kembali di tubuh menyedihkan pangeran ketiga Kerajaan Nippon yang sering di sebut juga pangeran terkutuk.

Sampai matanya bertatapan dengan mata hitam yang begitu di kenalnya. Mata kekasih yang begitu dia cintai dan harus mati karena melindungi ambisi Haruto, Park Jeongwoo Putra mahkota Kerajaan Goryeo.

Haruskah dia kembali pada ke gilaan nya dan menghalalkan segala cara membuat Jeongwoo jatuh cinta, atau harus merelakan pemuda yang dia cintai hidup bahagia di dunia ini tanpa kehadiran Haruto.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Dan kalian tau apa yang di lakukan Jeongwoo setelah mengetahui kehamilan Haruto?

Dia berhenti menemui Nari, memfokuskan semua perhatiannya pada Haruto. Tidak perduli jika Raja, Permaisuri serta Ibu suri memberikan perintah agar dia kembali berada di sisi Nari.

Jeongwoo pernah melakukan kesalahan, tetapi dia mau belajar dari kesalahan itu agar tidak terulang kembali. Maka dari itu apapun yang di katakan semua orang, segala macam perhatian Jeongwoo berikan pada Haruto.

Berbagai macam hadiah dia selalu kirimkan pada sang istri, makanan yang di mau atau apapun itu pasti akan Jeongwoo turuti. Selain itu juga dia menyembunyikan kabar kehamilan Haruto untuk sementara waktu, agar semua orang tidak menargetkannya.

"Jewu aku bisa makan sendiri."ucap Haruto pelan saat Jeongwoo terus menyuapinya setiap hari.

"Tidak! Biar aku yang menyuapimu."balas Jeongwoo datar tanpa mau mendengar ucapan Haruto sama sekali.

"Aku masih bisa makan sendiri."ucap Haruto menolak lagi dengan pelan menahan tangan Jeongwoo.

"Haruto buka mulutmu."perintah Jeongwoo dingin yang membuat Haruto refleks membuka mulut, tidak berani membantah lagi meski begitu wajahnya masih terlihat tidak terima.

Dia merasa perhatian Jeongwoo terlalu berlebihan, bukannya Haruto tidak bersyukur tentu saja dia bersyukur akan hal itu. Hanya saja apa yang di perintahkan sang suami itu sudah dalam tahap tidak wajar, contoh kecilnya saja Haruto akan selalu di gendong kemanapun dia ingin dan itu juga asal bersama Jeongwoo.

Bahkan sampai ada kursi khusus dengan selimut bersulam emas untuk Haruto gunakan di luar, agar dia merasa tidak kedinginan saat melihat pemandangan berbagai macam bunga di halamannya.

Semua itu berkat Jeongwoo, sang suami memerintahkan para pelayan membuat taman mini agar Haruto tidak perlu berjalan terlalu jauh. Mengingat Haruto terlihat menyukai pemandangan berbagi macam bunga di taman istana.

"Aku sudah kenyang."tolak Haruto menggeleng pelan sambil menaruh kedua tangannya di depan mulut. Matanya bahkan menatap Jeongwoo memohon agar tidak harus makan lagi.

"Jika begitu minum obatmu dulu."ucap Jeongwoo sambil memberi perintah pada pelayan agar menyiapkan berbagai macam obat untuk Haruto minum.

Dunia Yang Berbeda - JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang