Ch 4.

3K 473 191
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Summary : Di bawah cahaya bulan dengan termenung Haruto masih bertanya tanya, kenapa langit mengirimnya ke dunia ini. Dia harusnya mati karena bunuh diri harus hidup kembali di tubuh menyedihkan pangeran ketiga Kerajaan Nippon yang sering di sebut juga pangeran terkutuk.

Sampai matanya bertatapan dengan mata hitam yang begitu di kenalnya. Mata kekasih yang begitu dia cintai dan harus mati karena melindungi ambisi Haruto, Park Jeongwoo Putra mahkota Kerajaan Goryeo.

Haruskah dia kembali pada ke gilaan nya dan menghalalkan segala cara membuat Jeongwoo jatuh cinta, atau harus merelakan pemuda yang dia cintai hidup bahagia di dunia ini tanpa kehadiran Haruto.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kali ini Haruto tidak pingsan, dia masih sadar akibat penanganan cepat dari keluarga Jin. Kabar tentang dia jatuh sakit tidak di biarkan tersebar, agar tidak terjadi kekacauan di istana. Yang jelas akan menyebabkan permaisuri juga Ibu suri meminta Jeongwoo secepatnya mengambil selir.

Keadaan Haruto yang lemah pasti akan menjadi acuan mereka melakukan hardikan, para musuh pasti akan jauh lebih menargetkan nya agar bisa segera mati. Karena dengan hanya begitu mereka bisa menjadi istri resmi yang nanti nya akan mendampingi Jeongwoo duduk di tahta Kerajaan.

"Apa rasa sakitmu telah berkurang?"tanya Narae pelan dengan expresi khawatir yang kentara, sambil mengelus pipi tirus Haruto yang terlihat sangat pucat.

Nyaris seperti —mayat hidup tidak ada rona segar di wajah cantik nya. Dia bahkan hanya bisa berbaring lemah di ranjang sekarang, tersenyum lembut sembari menatap semua orang tegar.

Haruto itu rapuh tapi sekaligus juga kuat, tidak akan ada seorangpun manusia yang kemungkinan bisa mengalami siksaan hebat seperti dia tapi masih bisa tersenyum. Masih terus minta maaf pada mereka yang telah menyakitinya, keluarga Jin merasa begitu sakit hanya dengan menyadari hal ini.

Selama 15 tahun anak itu tumbuh dengan menanggung seluruh rasa sakit, di salahkan untuk kelahiran nya ke dunia karena menyebabkan menghilangkan nya sang Ibunda. Dan bahkan masih harus di manfaatkan oleh seluruh negeri Nippon, selalu dia yang harus berkorban.

"Iya, terima kasih bibi."jawab Haruto lirih nyaris sperti bisikan dan tersenyum lemah.

"Apa yang mulia putra mahkota perlakukanmu dengan baik?"kali ini pertanyaan itu di ajukan oleh sang kakek Jin Hujo.

Wajah nya terlihat begitu datar, tapi Haruto tau ada kilat mengancam di sana yang terasa tulus. Kemungkinan sang kakek ingin melindungi Haruto, entah dengan cara apa dia sendiri juga tidak tau.

"Kakek aku tidak bisa menjawab."balas Haruto tenang sambil tersenyum getir.

"Kau harus menjawab hal ini, katakan saja pada kakek apa dia memperlakukanmu dengan baik atau tidak."ucap Dongho tegas dengan aura mengintimidasi.

"Jangan menakutinya."ucap Minhyun saat melihat Haruto terlihat seperti takut. Maka dari itu dia segera menepuk pundak sang kakak untuk memberikan peringatan.

Dunia Yang Berbeda - JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang