Ch. 2

3.8K 520 93
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Summary : Di bawah cahaya bulan dengan termenung Haruto masih bertanya tanya, kenapa langit mengirimnya ke dunia ini. Dia harusnya mati karena bunuh diri harus hidup kembali di tubuh menyedihkan pangeran ketiga Kerajaan Nippon yang sering di sebut juga pangeran terkutuk.

Sampai matanya bertatapan dengan mata hitam yang begitu di kenalnya. Mata kekasih yang begitu dia cintai dan harus mati karena melindungi ambisi Haruto, Park Jeongwoo Putra mahkota Kerajaan Goryeo.

Haruskah dia kembali pada ke gilaan nya dan menghalalkan segala cara membuat Jeongwoo jatuh cinta, atau harus merelakan pemuda yang dia cintai hidup bahagia di dunia ini tanpa kehadiran Haruto.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Ini udah hari ke tiga sejak Haruto berhasil menggagalkan pengangkatan selir Jeongwoo, tubuhnya masih terasa lemah dan rapuh. Meski begitu dia telah bisa berjalan jalan seperti saat ini untuk memutari taman istana. Dengan menggunakan Hanbook berwarna biru cerah terkesan polos, Haruto duduk di dekat danau buatan.

Sinar matahari membuat dirinya berkali kali lipat jauh lebih cantik, meski begitu expresinya terlihat sangat datar. Kening nya berkerut heran saat kembali melihat wanita bernama Nari terlihat berjalan menuju ke arahnya.

"Ah.. Selamat pagi yang mulia pangeran."sapa Nari sambil membungkuk sopan dan terlihat tersenyum. Secara kebetulan dia juga memakai Hanbook berwarna biru, rambutnya di kepang dengan hiasan sederhana juga elegant.

Haruto balas tersenyum dengan lembut dia menaruh cangkir teh miliknya ke atas meja sebelum secara simbolis jawab salam sapaan Nari.

"Anda ingin minum teh bersama saya." tawar Haruto dengan lembut.

Benar saja Nari segera duduk di hadapan Haruto, dan beberapa pelayan segera melayaninya dengan penuh kesopanan. Situasi saat ini terlihat tenang, namun menegangkan bagi para pelayan yang lain. Karena mereka tidak akan tahu apa yang akan terjadi kedepannya, mengingat kedua orang itu adalah orang paling penting di sisi yang mulia putra mahkota.

"Sepertinya saya sering mendengar nama anda mengunjungi kediaman putra mahkota." Ucap Haruto kalem dan terdengar biasa, tidak ada sedikitpun nada mencurigakan dari ucapannya. Tapi Nari tahu dengan jelas apa maksud ucapan Haruto sebenarnya.

"Benar! Saya sering memasak untuk yang mulia putra mahkota sejak dulu."ucap Nari sambil tersenyum.

Tapi kata kata nya seolah ingin menunjukan jika sebelum kedatangan Haruto, dia adalah orang yang selalu bersama Jeongwoo. Bahkan sampai memasak kan makanan kesukaan putera mahkota, padahal sudah ada bagian dapur istana.

"Begitu ya, sayang sekali wanita secantik anda harus menjadi selir selama nya. Jika itu saya, maka saya tidak akan pernah mau menjadi selir. Harga diri saya terlalu tinggi untuk hal itu."ucap Haruto tenang dan kembali meminum teh miliknya, meski begitu dia masih sempat melirik untuk melihat tanggapan Nari.

Wajah wanita itu terlihat menegang, senyuman di bibir nya bahkan menghilang secara perlahan. Ucapan Haruto barusan sangat menyinggung harga dirinya, jika bukan karena keberadaan Haruto maka Nari yang akan menjadi permaisuri Goryeo.

Dunia Yang Berbeda - JeongharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang