Maaf bestie, ternyata ini udah masuk hqri rabu..
***
Dari tempatnya duduk, Airin melihat beberapa anak SMA yang baru memasuki cafe. Jam tangan yang melingkar di tangan kiri Airin menunjuk pukul 09.45, mungkin pihak sekolah mereka memulangkan siswanya lebih awal, atau mungkin juga mereka sengaja bolos.
Airin yang sudah melewati masa putih abu, sekarang tersadar bahwa nilai sekolah saja bukanlah yang akan jadi penentu sukses tidaknya seseorang.
Lagipula, siapa yang bisa menjamin bahwa siswa yang selalu mendapat nilai bagus akan lulus seleksi PTN? Siapa yang bisa mengira bahwa siswa pembuat onar akhirnya dapat tembus PTN?
Mimpi yang didambakan. Do'a yang dipanjatkan. Kerja keras yang diusahakan. Manusia hanya bisa sebatas itu. Bagian akhirnya, tetaplah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
Keputusan Airin untuk gap year setelah tidak lulus seleksi PTN, ternyata membawanya pada Antaraksa. Dari dulu, Airin selalu mendapat berbagai pengetahuan dari channel youtube Antaraksa. Dan sekarang, ia menjadi bagian yang akan menyebarkan pengetahuan tentang semesta.
Hal yang tidak bisa kita dapatkan di hari lalu, adalah pengalaman yang akan membuat kita tumbuh di hari ini. Dan hal yang kita dapatkan hari ini, akan membuat kita semakin berkembang di hari esok.
Jejak kaki yang baru saja memasuki cafe, membuat mata Airin mendelik, bibirnya tersenyum separuh.
Ternyata ini alasan Bagas ingin menemuinya. Tapi apa yang dibawa Bagas dalam paper bag coklah itu? Atau mungkin ada alasan lain Bagas ingin menemui Airin selain karena cowok yang kini tersenyum konyol itu?
"Annyeong!" Cowok yang memakai kaos abu yang dibalut jaket hitam itu melambaikan tangan. Senyuman konyol yang lama tak dilihat Airin, kini terlihat lagi oleh mata gadis itu.
Airin mendelik pada Anton - abang keduanya. Ia lalu melirik Bagas yang tersenyum tipis.
"Gimana kabar, Rin?" tanya Bagas sambil duduk di hadapan Airin. Ia meletakan paper bag dan ransel hitamnya di kursi. Saking banyaknya isi paper bag itu, Airin jadi bisa melihat jelas jika isinya adalah buku-buku.
Bagas mau memberinya buku sebanyak itu? Bagas nyuruh Airin ngambis buat seleksi PTN tahun depan kah? Ish, Airin menggeleng. Otaknya korslet.
Anton duduk disamping Airin, dia menjentikan jari di depan adiknya. "Ngapa lo, bengong?"
Airin berdecak kesal.
"Rin, lo baik?" Bagas mengulang pertanyaannya.
"Baik," jawabnya singkat.
"Lo gak bogosipta sama gue?" Anton menarik gelas dihadapan Airin, menyeruput greentea milik Airin tanpa ijin.
"Ih! Minuman gue woy!" Airin menarik kembali minumannya.
"Sorry, gak jadi jemput lo, Rin."
Airin kembali menoleh pada Bagas. "Gapapa. Santai aja." Airin menghela napas. "Jadi ini yang mau lo omongin?" lanjutnya sambil menunjuk Anton.
"Iya."
Anton berdeham. "Gue sengaja minta bantuan Bagas. Kalo gue sendiri yang ngajak lo ketemu, lo pasti nolak. Adek durhaka emang. Ketemu abang sendiri kagak mau."
Airin melotot pada Anton. "Lo tuh! Abang durhaka."
"Iya deh, iya. Miane..."
Airin mengangkat gelas greentea-nya. "Sekali lagi lo ngomong korea, gue siram!"
"Yaelah! Lo kagak tau, selama lo gak pulang ke rumah, gue udah namatin tiga drama korea. Kosa kata korea gue udah bertambah. Annyeong. Bogosipta. Miane. Wae. Jinja. Cangkama. Gwencana. Kiyowo. Obso. Apalagi ya? Gue mendadak lupa. Nah iya, satu lagi," Anton mengulurkan tangan. "Naneun, Anton."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora Borealis
Romance"Semesta dengan rasa, menghadirkan kita." -Airin Tri Tamia-