8 - Buryam

2.5K 454 102
                                    

Mon maaf gaes. Karena belakangan ini tingkat kepedean ku dalam menulis menurun drastis. Padahal aku selalu aktif medsos, tapi gak pernah up. Huhu sedi sekali. Sekali lagi, maafkan aku.

Mohon bantuannya ya, teman-teman. Agar aku bisa kembali percaya diri dengan tulisanku.

boleh lah di polo ig-ku, barangkali ada yg mau ngasih kritik dan saran. Boleh dm saja. Karena aku lebih aktif di ig @slvnt1

***

Tanah-tanah menggunung itu diam, tak sedikit pun ada yang bergejolak. Entah dibaliknya ada kejadian apa, Airin tidak pernah tahu. Yang jelas, ia selalu mendoakan Almarhum ayahnya agar ditempatkan di sisi terbaik.

Airin tersenyum melihat kediaman ayahnya yang kini terlihat cantik karena ia tabur bunga. Setelahnya, kaki itu kembali berdiri. Meninggalkan pemakaman dengan segala keheningannya.

Tanpa Airin tahu, sedari tadi, ada seseorang yang memantaunya dari kejauhan. Memerhatikan gerak-gerik Airin di nisan Almarhum ayahnya.

Kini, ia tersenyum saat melihat Airin sudah pergi. Kakinya melangkah, menuju tempat yang baru saja Airin tinggalkan.

Matanya menatap sendu nisan itu, bibirnya tersenyum penuh kerinduan. "Ah, aku padahal bawa banyak bunga," katanya pada nisan yang tak bisa membalas.

Satu ide terlintas di benaknya. Senyuman penuh arti diperlihatnya di bibirnya. "Kamu pake bunga dari aku aja ya, lebih cantik daripada ini," lanjutnya seraya meraup taburan bunga di atas nisan Almarhum Raka, dan memindahnya ke nisan sebelah, yang entah nisan siapa. Yang jelas, ia tidak ingin melihat ada taburan bunga dari Airin disana. Hanya ia yang boleh menabur bunga di nisan Almarhum Raka.

Genggaman demi genggaman bunga berhasil ia pindahkan ke nisan sebelah. Kini, nisan Almarhum Raka kembali bersih tanpa satu helai pun bunga diatasnya.

Lalu, dengan penuh perhatian, ia membuka kantong yang ia bawa. Menabur bunga dengan penuh perasaan ke atas nisan itu.

"Nah kan, bunga dari aku lebih keliatan indah daripada bunga dari dia."

Senyuman belum luntur dari bibirnya. Satu kepuasan penuh ketika melihat nisan Raka yang cantik karena taburan bunga darinya.

Hanya darinya.

Kemudian matanya menatap nisan di sebelahnya yang tadi ia taburi bunga bekas Airin. "Maaf ya, aku sengaja pindahin taburan bunga dari Airin ke sebelah. Cukup selama kamu hidup, kita gak bisa bersama. Sekarang, aku gak mau berbagi tempat sama dia lagi. Cuma bunga dari aku yang boleh ada diatas kamu. Cuma aku yang boleh menghias kamu biar jadi lebih indah."

"Aku pergi ya. Semoga kamu tenang disana."

Setelah itu, kakinya pergi meninggalkan pemakaman.

Satu hal yang kembali terulang, dikejauhan terdapat orang lain yang memerhatikan gerak-gerik Anna. Dari mulai Anna memindahkan bunga dari nisan Raka ke nisan sebelahnya, sampai Anna pergi. Semua tak luput dari pandangan seseorang yang memakai hodie abu.

"Dia, gila," gumamnya seraya terus memerhatikan punggung Anna yang semakin tak terlihat.

***

Jus alpukat.

Ya, hanya segelas jus alpukat yang menemani Airin. Suasana cafe yang sunyi, menimbulkan kesan sepi.

Bagi Airin. Kesunyian bukan hal yang aneh. Gadis itu sudah terbiasa dengan sunyi, terlatih dengan sepi, dan bersahabat dengan keduanya.

Menjelang sore, namun Airin masih betah duduk di pojok cafe itu. Dekat jendela yang menyuguhkan suasana taman cafe yang mungil namun asri.

Aurora BorealisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang