9. I(N)B : DIA (2/2)

49 3 0
                                    

8. Alvita Febriolla
9. Ananta Viona
10. Aura Mira
11. Azkia Azizi
12.
13.
14.

Kedua ujung bibir terangkat setelah membaca namaku dan mereka yang tertera disana, dimana tidak lupa juga nama kelas dan jurusan yang didapat.

X IPS 2!

Ya itu adalah kelasku yang sebentar lagi ditempati bersama mereka. Senang dan lega akhirnya bisa satu kelas dengan mereka. Seolah doa teman-temanku terkabul oleh sang Pencipta.

Setelah melihat mading, akupun menerobos mereka bertiga yang masih setia melihat mading. Senyumku tidak luntur sedari tadi, bahkan rasanya seperti masih mimpi bisa bersama dengan Mira, Olla dan Zee nanti.

Terlihat ketiga temanku sudah duduk didekat lapangan, mereka saling melempar candaan, bahkan Zee lah yang paling keras tertawanya.

"Hahaha anjir lo dikatain muka ban mobil sama Mira!" Ucap Zee.

"Mira! Ner bener lo ye? Awas aja nanti lo. Gue bunuh pake linggis." Sahut Olla, bersiap menyerang Mira, namun dengan cepat aku langsung menengahinya.

"Eh udah la udah! Jangan berantem, nggak enak diliatin sama anak-anak." Balasku.

Mira yang merasa terlindungi hanya bisa meledek Olla. "Wlekkk! Rasain! Makanya jangan berani sama gue! Udah tau gue punya Vivi yang siap melindungi! Ya kan Vi?!"

Kepalaku menggeleng karena ada-ada saja yang dikatakan Mira tadi.

Olla menghela nafas kasar, mungkin ia kesal sekali karena tidak bisa menyerang Mira.

"Ya ya gue kalah amirudin!" Kata Olla.

"Sipp deh! Oh ya gimana vi?" Tanya Mira.

"Gimana apa?" Tanyaku.

"Ya tadi, lo liat mading kita jadi sekelaskan?" Balas Mira, membuat Olla dan Zee langsung menatapku.

Mungkin mengerjai mereka bertiga boleh ya? Lagian aku juga ingin tau respon mereka.

Kemudian dengan cepat aku merubah ekspresi wajah menjadi sedih, dan liat saja respon mereka juga ikut berubah.

Aku menggelengkan kepala pelan. "Kita beda." Balasku.

Olla, Mira maupun Zee langsung menghela nafas kasar terlihat wajah mereka juga jadi murung. Ya Tuhan maafkan aku sudah membohongi mereka.

"Yah kayanya kita nggak bisa bareng deh Mir!" Ucap Zee.

"Nggak bisa berantem lagi dong la, zee." Sahut Mira.

"Ya udahlah kalo kita nggak bisa sekelas, setidaknya masih bisa main bareng ya kan?" Kata Olla.

Lalu hembusan angin perlahan menerpa kami berempat, pohon-pohon pun ikut bergoyang bahkan terjadi keheningan diantara kami berempat. Sungguh, melihat mereka bertiga berdiam diri merasa sedikit bersalah, tapi kan aku hanya menguji mereka.

Dengan terpaksa aku pun memberitahu mereka dengan cara mengatakan seperti ini:

"Kalo kalian masih disini aku tinggal, aku mau kekelas X IPS 2. Kalian liat aja ya dimading, kalo aku bener, aku mau cari temen lagi bukan kaya kalian. Tapi kalo aku bohong, berarti kalian nggak cerdas dan mau saja dibodohi dengan sahabatnya."

Setelah mengatakan itu, aku langsung berdiri dan pergi dari sini. Diam-diam aku tersenyum karena berhasil mengerjai mereka.

***

Bermodalkan bertanya kepada teman-teman satu angkatan, akhirnya aku menemukan kelas yang sejak dari tadi dicari. Dimana yang ternyata dilantai 2 dan harus menaiki tangga. Sebelum masuk kelas, aku memandangi sekeliling kelas yang ternyata sangat rapih dan bersih. Mungkin karena sekolah bagus, jadi ya fasilitasnya pun sebanding.

I'M (NOT) BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang