15. I(N)B : (LEBIH) DEKAT

52 3 0
                                    

"Kenapa?" Ia bertanya saat aku masih diam.

Agatha Yessica!

Nama yang masih teringat jelas dikepala. Dimana orang yang selama ini aku rindukan dan dicari setelah kepergiannya entah kemana. Tapi kali ini, Tuhan mempertemukanku dengan dirinya. Seolah semua doa yang aku panjatkan perlahan terkabul. Masih tidak percaya bahwa Chika kecil, kini menjadi Chika yang terlihat dewasa dan cantik, bahkan, aku saja terpana karena kecantikannya sekarang.

Ada rasa ingin mengetahui dirinya lebih dalam, menanyakan dengan siapa dan dimana rumahnya sekarang? Tapi sepertinya aku urungkan terlebih dahulu, mengingat ini belum waktunya.

"Enggak apa-apa, cuma keinget masa lalu aja pas tau nama kamu." Kataku.

Ia mengangguk. "Oke! Gue mau nanya boleh enggak?"

"Silahkan." Jawabku seraya tersenyum.

Terlihat ia menghela nafas kasar. "Lo masih sakit enggak?"

Aku mengernyit. "Apanya?"

Tangannya terangkat menggarukkan kepalanya yang tidak gatal, lalu kedua pipinya terlihat merah. Serta jangan lupa ia tersenyum canggung.

"Itunya?" Pelannya.

"Aku enggak mudeng." Ujarku, karena benar, aku benar-benar tidak paham sama sekali yang dikatakannya.

"Masa enggak ngerti sih?!" Geramnya.

Aku menggelengkan kepala. "Kamu ngomongin apa sih? Jujur aku enggak paham."

Ia berdecak kesal.

"Pipi lo sakit enggak?!" Tanyanya, lalu dengan cepat menoleh kearah lain. Kedua pipinya benar-benar merah.

Setelah mengetahui apa yang dimaksud, aku tersenyum canggung, kedua pipiku menjadi hangat. Karena teringat dirinya yang dulu suka sekali memberi perhatian kepadaku.

"Udah enggak kok! Kenapa emangnya?" Kataku.

"Enggak apa-apa, cuma nanya doang. Takut aja gitu terjadi apa-apa."

Aku mengangguk. "Emang kalo terjadi sesuatu kamu mau tanggung jawab?"

"Mau sih! Cuma ya- ah udah deh jangan bahas lagi, maafin gue." Sahutnya, membuatku terkekeh, padahal aku hanya bercanda saja tadi.

"Oh ya, gimana kabar sepupu kamu? Sudah membaik?" Tanyaku penasaran.

Semenjak kejadian beberapa waktu lalu dengan Chika dirumah sakit, semenjak itu jugalah aku tidak pernah bertemu lagi dengan dirinya. Aku juga penasaran dengan kondisi sepupu Chika yang katanya ditusuk.

Bersamaan itu, aku juga tidak pernah bertemu Febi lagi. Padahal, ia teman yang sangat menyenangkan, dan janji yang akan bertemu denganku di kelas masih teringat jelas.

Chika menghela nafas kasar. "Kata bunda, dia masih koma. Dan pelakunya juga belum ketemu sampai sekarang."

"Sabar ya, aku doain semoga sepupu kamu cepet sadar." Balasku.

Chika mengangguk. "Makasih buat doanya."

"Sama-sama."

Kami berdua terdiam, hingga akhirnya Chika membuka suara.

"Hei!"

Aku menoleh. "Ya!"

"Maaf!"

"Untuk?"

"Karena kita pake gue-lo diawal pertemuan. Padahal harusnya, pake aku-kamu biar lebih sopan. Maaf ya!" Ucapnya dengan penyesalan.

Aku tersenyum. "Ini kesekian kalinya kamu bilang minta Maaf! Udah ya! Lagipula aku enggak tersinggung kamu manggil kaya gitu."

I'M (NOT) BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang