14. I(N)B : ASRAMA 125

47 2 0
                                    

Sepertinya hari ini aku benar-benar tidak masuk sekolah, atau lebih tepatnya membolos. Setelah dari kantin tadi, aku dan Mira sempat masuk kedalam kelas dulu mengambil tas. Beruntungnya guru dijam pertama sedang tidak ada dikelas.

Aku dan Mira dengan cepat membereskan tas.

"La! Tuh kalo guru masuk lagi! Bilang aja gue lagi jenguk Oma, dan badrun lagi sunat!" Kata Mira seenaknya.

Kedua bola mataku terbuka lebar. "Mira! Aku cewek ya?!"

Zee dan Olla tertawa.

"Hahaha! Kalo Badrun sunat! Emang apanya sih yang disunat hah?! Nerbener emang nih orang!" Sahut Olla seraya menggelengkan kepalanya.

"Kemaluannya! Udahlah yuk drun! Kita bolos sekarang!" Ajak Mira saat sudah memakai tasnya.

"Semangat ya drun bolosnya! Semoga aja enggak ketauan kak Ariel." Balas Zee.

"Ya zee, nitip absen aja ya." Ujarku.

Zee mengangguk.

Lalu, kami berdua keluar dari kelas dengan menenteng tas masing-masing. Lorong yang sepi karena sedang jam pelajaran membuatku sedikit tidak tenang sebenarnya. Ya tidak tenang, karena ini pertama kalinya aku membolos sekolah.

Keluar dari sekolah, kami berdua memberhentikan sebuah angkot lalu masuk. Beruntungnya, aku dan Mira sudah mengganti seragam menjadi baju sehari-hari. Kali ini, aku memakai kemeja biru dan celana jeans, serta tidak lupa masker. Sedangkan Mira, ia juga menggunakan kemeja, tapi berbahan levi's, lalu celananya jeans juga sepertiku, memakai masker dan kacamata hitam.

Didalam angkot, aku duduk didekat jendela belakang. Dibalik masker yang dipakai sekarang entah mengapa aku ikut tersenyum tipis. Benar, aku tersenyum karena melihat bapak-bapak yang sedang menaiki sepedanya bersama anak perempuannya. Pemandangan langka dan indah, bahkan aku sangat yakin momen seperti itu akan susah didapatkan lagi saat sudah beranjak dewasa.

Jika aku bisa memilih?

Aku akan menjadi anak kecil lagi, menikmati masa kecil dengan penuh kebahagiaan bersama Ayah dan mamah sebelum masa dewasa itu tiba.

"Udah nyampe drun! Ayo kita turun!"

Dengan cepat aku mengangguk, lalu mengikuti Mira keluar dari angkot.

Saat aku berdiri didepan gerbang sekolah yang sangat besar, hal pertama yang dilihat adalah papan besar nama sekolah tersebut.

Dimana papan besar tersebut bertuliskan Asrama juga. Jadi, yang aku pijaki bersama Mira adalah sekolah, bukan Asramanya.

"Kamu yakin kita mau masuk kedalam?" Kataku seraya melihat Mira yang kini tersenyum.

Mira menoleh. "Ya! Dan cara satu-satunya adalah kita naik ke tembok sekolah ini."

Aku menggelengkan Kepala. "Aku enggak mau!"

"Kenapa enggak mau?"

"Takut ketauan sama satpam."

Mira berdecak kesal. "Gini nih kalo punya temen cemen, dilapangan berani ngelawan musuhnya, giliran kaya gini enggak berani sama sekali. Kenapa sih drun?"

"Ya aku bisa turun kelapangan karena terbiasa ngelawan musuh, beda halnya yang kaya gini Mir. Tolong jangan samain dengan karate." Kesalku.

Mira menatapku sinis beberapa detik, hingga akhirnya ia menghela nafas kasar. "Ya gue minta udah bawa-bawa karate tadi. Tapi drun! Masalahnya beda, kita disini, kita itu lagi bolos dan kita kesini karena ada tujuan. Tolonglah drun! Sekali aja lo ikutin kata hati lo ya, ini kesempatan buat lo, yang dimana ngerasain apa itu kata bebas."

I'M (NOT) BOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang