01. Kehadiran Murid Baru

126 17 3
                                    

Semua cerita ini murni pemikiran sendiri. Bila terdapat kesamaan nama tokoh, latar, dan tempat, harap dimaklumi.

Swastamita untuk dibaca. Bukan dijiplak. Jika ingin menjiplak cerita ku harap segera pergi karena Demi Allah, sampai hal itu terjadi aku tidak ikhlas lahir dan batin.

Ada sedikit perubahan untuk alur cerita. Aku adalah tipikal orang yang dapat dikatakan perfeksionis. Ada beberapa alur yang terkesan terlalu cepat. Jadi untuk kali ini aku pastikan semua alur akan tertata rapih.

Aku juga ingin minta maaf bagi kalian yang menunggu (siapa tau ada yang nunggu cerita ini update🤣) karena beberapa bulan ini aku tidak update Swastamita karena sedang mengejar jumlah kata di fizzo and yeah, target 30 ribu kata sudah tercapai. Oh iya, jika ada waktu silakan mampir ke Calon Imam (cerita ku di fizzo) tautan ada di bio.

Panggil aku Oci dan aku panggil kalian say. Bisa?

Selamat membaca. Penuhi dengan emoticon 🧡🧡

***

Suara jangkrik dan jarum jam yang terus berputar menjadi pemecah keheningan diantara anak dan ayah itu. Selepas makan malam keduanya berkumpul di ruang keluarga namun tak ada satu pun kata yang terucap.

Huft

Terdengar suara helaan napas berat yang dihembuskan pria paruh baya dengan rambut mulai beruban. Namanya Bramantyo. Panggilannya Bram. Singel parents dengan kepribadian tegas dan sedikit posesif pada putri semata wayangnya - Alfiyah Kamila.

"Ini Nak," ujar Bram lirih.

Sebuah map berwarna hijau disodorkan pada putrinya. Namun, putrinya itu menatap map yang masih tertutup dan ayahnya secara  bergantian.

"Ini apa Yah?" tanya Alfiyah.

"Buka sendiri," jawab Bram lirih.

Alfiyah menurut. Gadis itu mengambil map dan membukanya.

Surat permohonan pindah sekolah.

Satu detik
Dua detik
Tiga detik

Alfiyah berpaling dari map. Menatap ayahnya yang sedang tertunduk. Gadis itu berujar dengan nada lembut.

"Ayah..."

"Ayah minta maaf Nak. Ayah harus memindahkan kamu ke sekolah lain," ujar Bram lirih.

Bram tidak sanggup melihat Alfiyah. Ketidakmampuan Bram untuk membayar sekolah putrinya menjadi alasan. Alfiyah berhasil masuk ke sekolah impiannya — SMA Terang Bangsa. Namun, sekolah itu menerapkan kebijakan baru. Beasiswa penuh dihapuskan dan yang tersisa hanya beasiswa sebagian sehingga mengharuskan peraih beasiswa penuh — Alfiyah, untuk membayar. Alhasil Bram membuat keputusan untuk memindahkan Alfiyah ke sekolah lain. Satu SPP SMA Terang Bangsa setara dengan lima kali lipat gaji Bram sebagai satpam.

"Yah... tolong liat Alfiyah dulu," pinta Alfiyah dengan nada lembut.

Bram menatap putrinya. Melihat senyum yang tercetak pada wajah Alfiyah membuat Bram semakin bersalah. SMA Terang Bangsa adalah sekolah yang didambakan Alfiyah sejak SMP. Sekolah itu dihuni murid berprestasi dan penuh ambisi. Masuk ke SMA Terang Bangsa tidak mudah. Ada tes tertulis dan wawancara yang harus dilakukan oleh semua calon peserta didik.

Swastamita [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang