Robi tersenyum puas. Meski kebingungan. Tumben sekali Satria baik. Biasanya masa bodo.
"Tuh. Dengerin Satria," ucap Robi.
Satria tidak menghiraukan ucapan Robi. Satria ke tempat duduknya dan teman-teman laki-laki itu menghampiri. Kesempatan untuk Robi kabur.
"Heh! Kerjain woy!" panggil Rafa pada Robi yang lari meninggalkan kelas.
Robi menahan langkahnya. Melihat Rafa sembari tersenyum. "Otak lo bukan otak ayam Raf," ucap Robi.
"Berani melangkah Jojo bongkar kartu as lo!" ancam Anggun.
Robi menelan saliva. Ancaman Anggun membuat Robi takut.
"Jangan dengerin dia," ucap Satria.
"Siap bos!" balas Robi segera menjauh. Robi itu tidak takut dengan Anggun, Jojo, Jeni, dan Rafa. Orang yang Robi takuti itu Satria. Satria jarang bicara sehingga membuat siapa pun segan karena orang seperti Satria sekali marah biasanya menyeramkan.
"PR kita gimana?" tanya Jeni menatap nanar bukunya.
"Tunggu Nadia aja," jawab Jojo.
Entah mata Satria yang baru terbuka atau Satria bodoh. Ternyata selama ini teman-temannya itu seperti jagoan. Sekedar mengerjakan tugas saja menyuruh orang.
"Kalian kerjain sendiri. Itu tugas kalian," ucap Satria menatap teman-temannya bergantian.
"Lo sok suci Sat!" Jojo menunjukkan ketidaksukaannya secara terang-terangan.
"Cari teman baru sana!" sambung Jeni jengkel.
"Kalian sadar? Apa yang kalian lakuin itu salah! Tugas itu punya kalian! Kerjain sendiri jangan mengandalkan orang lain!" ucap Satria. Sudah cukup selama ini Satria diam. Tidak ingin ikut campur urusan teman-temannya saat melakukan perundungan. Satria harus membimbing teman-temannya itu agar baik. Terutama Anggun dan Jojo.
"Alfiyah berhasil hasut lo Sat."
Jojo tidak sembarang berucap. Apa yang diucapkannya selalu fakta. Maka dari itu Anggun, Jeni, dan Rafa terkejut.
"Bukan karena dia Jo. Tapi, kalian selama ini kelewatan. Selalu berlaku seenaknya sama orang," balas Satria. Satria tidak ingin Alfiyah terlibat karena Anggun tidak akan diam. Anggun akan mengincar Alfiyah.
Kelas yang semula hanya berisi lima orang itu kian ramai. Murid yang lain mulai berdatangan.
"Kita semua ke rumah," ucap Anggun.
***
Alfiyah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Matanya bengkak. Semalaman ia menangis dan over thinking tentang masa depan dan usia sang ayah. Alfiyah takut tidak menjadi apa-apa dimasa depan sehingga tidak bisa membahagiakan ayahnya. Disisi lain Alfiyah takut kesuksesannya terlambat sehingga ayahnya tidak bisa melihat dan merasakan jerih payahnya.
"Udah cantik Dek."
Ucapan itu berasal dari Yohan yang baru dari parkiran. Yohan mendekati Alfiyah. Di koridor utama SMA Angkasa tersedia cermin besar tujuannya agar peserta didik bisa memeriksa penampilan sebelum masuk lingkungan sekolah.
"Disengat tawon apa galau karena cowok?" tanya Yohan melihat mata Alfiyah yang bengkak.
"Galau," jawab Alfiyah.
"Cowok mana yang bikin galau manusia ini?" tanya Yohan berguyon.
"Lo Han," jawab Alfiyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita [ON GOING]
Fiksi Remaja{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!} Ini tentang SMA Angkasa. Sekolah dengan citra begitu baik dimata masyarakat yang kenyataannya berbanding terbalik. Bagaimana tidak? Senioritas serta pembullyan terjadi di dalam sekolah itu secara nyata. Namun, pihak sekolah...