Alfiyah termangu dengan jantung berdebar. Bulu kuduknya berdiri. Tidak mungkin salah lihat. Bayangan hitam tadi sangat jelas.
"Itu apa?" lirih Alfiyah.
Bilik toilet paling ujung kanan terbuka. Clarisa.
"Dih." Clarisa berdecih sembari mencuci tangan. Perempuan itu menatap Alfiyah dari kaca wastafel. Wajah Alfiyah nampak syok.
Mulutnya yang gatal karena penasaran membuat Clarisa bertanya.
"Nemu setan lo?" tanya Clarisa dengan nada sedikit ketus.
Clarisa hanya bertanya mau dijawab atau tidak terserah manusia itu — yang penting mulutnya sudah tidak gatal.
"Iya."
Alis Clarisa terangkat. Perempuan dengan seragam yang sengaja dikecilkan itu memperlambat gerakan tangannya sehingga busa sabun melimpah. Clarisa pikir manusia itu akan bercerita karena wajahnya masih syok.
"Bayangan hitam itu lewat sekilas tapi gue bisa liat kalau sosoknya perempuan. Rambutnya ikal."
Clarisa terdiam. Air yang mengalir pada wastafel membersihkan busa sabun ditangannya.
Alfiyah menarik napas panjang dan dihembuskan perlahan. Berulang kali gadis itu melakukan hal yang sama untuk menenangkan dirinya. Setelah dirinya tenang baru lah Alfiyah ke perpustakaan tapi sebelum pergi Alfiyah menatap Clarisa.
"Tangan lo udah bersih," ucap Alfiyah.
Clarisa kembali ke alam sadarnya. Ia menatap tangannya. Busa sabun sudah berkurang banyak. Cepat-cepat Clarisa mencuci tangannya hingga bersih dari busa sabun lalu menatap Alfiyah yang sedang merapikan rambut di depan cermin.
"Bayangan yang lo liat itu orang sini," ucap Clarisa.
Alfiyah langsung menatap Clarisa.
"Maksudnya?" tanya Alfiyah tidak paham.
Clarisa menarik satu sudut bibirnya. Tersenyum mengejek.
"Katanya peraih beasiswa. Pikir sendiri," jawab Clarisa.
***
Mulut Alfiyah sukses terbuka lebar saat tiba di perpustakaan. Ada banyak sekali buku yang diletakkan pada lantai. Ukurannya pun bervariasi dari yang paling kecil hingga paling besar.
"Ayo."
Alfiyah menatap laki-laki di sampingnya. "Kak, lo selalu bikin kaget. Muncul tiba-tiba!" keluh Alfiyah. Ini tidak sekali atau dua kali kehadiran Satria mengejutkan.
Satria hanya diam. Langkah laki-laki itu lebih dulu masuk ke dalam perpustakaan. Alfiyah baru sadar saat melihat paper bag hitam polos yang ditenteng Satria. Apa yang Satria bawa ke perpustakaan?
Alfiyah menyusul di belakang Satria. Alfiyah pikir Satria akan langsung menjalankan hukuman tapi nyatanya laki-laki itu malah duduk manis pada tempat membaca. Isi paper bag dikeluarkan. Kotak makan.
"Kak!" Alfiyah langsung menegur Satria.
"Liat itu!" Alfiyah menunjuk spanduk yang tertempel pada dinding perpustakaan.
"Liat point ke dua," ucap Alfiyah.
"Dilarang membawa makanan." Satria membaca tulisan yang tertera. Kepalanya mengangguk tapi kotak makan dibuka. Satria mulai makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swastamita [ON GOING]
Fiksi Remaja{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!} Ini tentang SMA Angkasa. Sekolah dengan citra begitu baik dimata masyarakat yang kenyataannya berbanding terbalik. Bagaimana tidak? Senioritas serta pembullyan terjadi di dalam sekolah itu secara nyata. Namun, pihak sekolah...