Samuel sedari tadi hanya diam menendang batu-batu yang berada di sekitarnya. Bahkan ia mengabaikan berpuluh-puluh pesan dari Clara hanya demi menemui Kanaya. Samuel yakin jika gadis itu tahu bahwa Samuel rela menunggu nya berjam-jam ia pasti sudah jingkrak-jingkrak sambil tertawa ria. Ahh membayangkan Samuel jadi tersenyum sendiri. Jujur, Samuel sangat rindu momen indah dirinya dengan Kanaya. Terkadang Samuel membenci takdir yang seolah mempermainkan dirinya. Mengapa harus Kanaya yang bertindak seperti itu?."Astaga Pra. Maaf ya nunggu lama. Soalnya tadi itu aku abis ke ruangan pak Soleh, dia itu suka gak jelas ya... masa aku dikira nyontek sama Bintang! kan gak banget kalo aku nyontek begit-"
"Oke langsung ke pembicaraan nya aja."
"Lo inget Lala?"
"Starla?"
"Iya. Temen masa kecil kita-"
"Sekaligus first love gue."
Oke tenang Kanaya. Jangan terlalu di bawa hati. Ini baru saja permulaan, belum lagi nanti makin kesana pasti ucapan Samuel akan semakin menggores hati.
"D-dia udah-"
"Iya. Dia udah gak ada di sini Na."
"Dan lo penyebab nya!" Tatapan Samuel kini berubah menjadi tatapan sengit penuh kebencian. Sedangkan Kanaya kaget bukan main. Tidak! Kanaya tidak pernah melakukan hal itu!
"Aku gak pernah ngebunuh Starla!"
"Gue punya buktinya." Samuel menunjukkan sebuah foto yang menampilkan Kanaya tengah mendorong Starla dari atas gedung bertingkat tinggi. Sungguh Kanaya tidak tahu siapa yang tega melakukan ini.
"T-tapi aku gak dorong dia Pra.." air mata Kanaya mengucur begitu deras.
"Terserah lo mau ngelak kaya gimana. Yang penting bukti ini udah jelas buat gue!"
"Dia yang dorong diri dia sendiri Pra!"
"Starla gak mungkin kaya gitu!"
"Aku gak bohong Pra.."
"Aku gak bohong.... hiks" wajah Kanaya sekarang tampak sangat berbeda. Bibir yang pucat, kulit putih pasih, serta tatapan sendu dan juga air mata yang terus menetes tanpa bisa di kendalikan.
"Gue harus percaya sama lo?"
"Pra... percaya sama aku kali ini aja."
"Apa gue harus percaya sama orang yang bahkan gak pernah dateng ke pemakaman sahabat nya sendiri?"
Deg!
Detik itu juga putaran memori Kanaya waktu itu terlintas di kepala nya.
"La, aku gak tau apa permasalah kamu La.."
"Tapi jangan kaya gini."
Kanaya kini tengah memberanikan diri mendekat ke tepi pinggiran gedung tua.
"Aku capek sama semua masalah aku Nay!"
"Aku capek!" perempuan dengan dress hitam selutut itu menambahkan langkahnya semakin mengarah ke pinggir rooftop.
"Jangan kaya gini La.." Kanaya menggeleng-gelengkan kepala nya sembari mengusap air mata yang menetes semakin deras.
"Kamu gak ngerti masalah aku Naya!"
"Apasih kekurangan kamu? Keluarga kamu harmonis, mereka selalu sayang sama kamu, bahkan kamu udah jadi milik El sepenuhnya!"